Santapan Rohani Hari Ini: Tujuan Rutinitas |
Posted: 26 Aug 2015 10:00 AM PDT Kamis, 27 Agustus 2015 Baca: 1 Korintus 9:19-279:19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. 9:20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 9:21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 9:22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. 9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. 9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Aku tidak berlari tanpa tujuan. —1 Korintus 9:26 Sebuah jam dengan bola bergulir yang terdapat di Museum Inggris menyadarkan saya akan dampak rutinitas yang melumpuhkan. Dalam jam itu, sebuah bola baja kecil bergulir menyusuri alur-alur di atas lempengan baja yang diletakkan miring, dan akan berjalan terus dari satu sisi hingga mengungkit sebuah tuas di sisi lainnya. Gerakan itu memiringkan lempengan baja tersebut ke arah yang berlawanan sehingga bola pun bergulir kembali ke arah sebaliknya lalu menggerakkan jarum jamnya. Setiap tahunnya bola baja itu bergulir bolak-balik sepanjang kurang lebih 4.000 km, tanpa pernah menuju ke mana-mana. Apabila kita tidak bisa melihat tujuan besar dari rutinitas kita sehari-hari, mudah bagi kita untuk merasa terjebak di dalamnya. Rasul Paulus rindu mengabarkan Injil dengan efektif agar Kristus semakin dikenal luas. “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul” (1Kor. 9:26). Segala sesuatu dapat terasa monoton—melakukan kunjungan, berkhotbah, mengajar, dan terlebih lagi saat terkungkung di penjara. Namun Paulus percaya bahwa ia dapat melayani Kristus, Tuhannya, di dalam segala keadaan. Rutinitas dapat melumpuhkan apabila kita tidak dapat melihat tujuan di balik rutinitas tersebut. Paulus memandang jauh melampaui segala keadaan yang membatasinya karena ia sedang mengikuti suatu perlombaan iman yang terus menggerakkan dirinya hingga sampai di garis akhir. Dengan melibatkan Yesus dalam setiap aspek hidupnya, Paulus menemukan makna, bahkan di tengah rutinitas hidupnya. Kiranya kita juga demikian. —David McCasland Ya Tuhan, berilah kami visi dan energi yang baru untuk mengejar tujuan memberitakan nama Kristus di tengah rutinitas hidup kami. Yesus dapat mengubah rutinitas kita menjadi pelayanan yang berarti bagi Dia. Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 120–122; 1 Korintus 9 |
Posted: 26 Aug 2015 02:15 AM PDT Penulis: Vincent Tanzil Berada bersama dengan seorang teman adalah hal yang umum kita jumpai di kampus. Pada saat mahasiswa-mahasiswa berjalan mengarungi selasar, biasanya mereka berjalan bersama satu, dua, atau beberapa orang teman. Pegawai dan dosen pun tidak jarang ditemukan sedang makan atau berjalan bersama. Berkumpul bersama dengan kawan-kawan merupakan kegiatan sehari-hari manusia pada umumnya. Meski demikian, tidak semua orang punya teman dekat atau sahabat. Seseorang bisa memiliki teman makan bersama, teman satu kepanitiaan, teman satu program studi, teman satu kantor, bahkan banyak teman dalam media sosial, tetapi tetap merasa kesepian. Bukan kepada semua orang isi hati boleh ditumpahkan. Ada yang memahami, ada yang menghakimi. Sahabat adalah orang yang memahami ketimbang menghakimi, karena itulah kita merasa nyaman bersama dengannya. Tidak cukup hanya memiliki teman, setiap kita perlu memiliki sahabat. Karakteristik seorang sahabat jauh lebih kompleks sekadar seorang teman biasa. Lahir dan besar di keluarga yang sama tidak menjamin sesama saudara bisa menjadi dekat satu sama lain. Orang yang kelihatannya riang dan hangat di kampus tidak selalu sama riangnya ketika berhadapan dengan saudara-saudaranya. Terkadang sahabat yang baru kita temui di kampus, organisasi atau tempat kerja, malah bisa menjadi lebih dekat dan cocok ketimbang saudara yang tinggal seatap. Sahabat seperti inilah yang bisa menjadi "lebih karib daripada seorang saudara" (Amsal 18:24b). Memiliki sahabat adalah hal yang sangat penting. Ini esensial. Ini prinsip kehidupan. Saking pentingnya persahabatan, kitab Amsal sampai mengatakan untuk memelihara hubungan tidak hanya dengan sahabat kita, tetapi juga dengan para sahabat orangtua kita. "Jangan kau tinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang. Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh" (Amsal 27:10). Tidak selalu kita tinggal dekat dengan saudara, karena itu sangatlah baik apabila memiliki seorang yang dekat pada saat kesulitan. Tentu para mahasiswa dan pegawai yang berasal dari luar daerah sangat memahami situasi semacam ini. Sahabat yang selalu ada di setiap waktu adalah bagian hakiki dari kehidupan. Pun demikian, penulis Amsal tampaknya menyadari adanya bahaya jika orang berpuas saja dengan sahabat yang selalu hadir, karena sangat mungkin kita hanya akan memilih sahabat yang mirip dengan kita, yang selalu sependapat dengan kita, dan yang tidak pernah memberikan masukan kepada kita. Sahabat yang demikian dapat membuat kita merasa senang, namun tanpa sadar ia membiarkan kita menuju kerusakan. Sebab itu, penulis Amsal berkata, "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah" (Amsal 27:5-6). Maksudnya apa? Memiliki seorang sahabat yang tidak sekadar memahami kita tetapi juga berani mengonfrontasi kekeliruan kita jauh lebih berharga ketimbang banyak teman tanpa kedalaman hubungan. Ada tipe sahabat yang menyenangkan untuk diajak berjalan-jalan bersama, bermain bersama, dan sebagainya. Akan tetapi, mereka yang bisa memberikan teguran untuk memperbaiki diri kita adalah sahabat terbaik yang bisa kita dapatkan. Kita bukanlah orang sempurna. Kita cenderung menyukai perkataan-perkataan yang manis dan menyenangkan bagi hati dan telinga saja. Tetapi orang Kristen tidak dipanggil untuk sekadar merasa nyaman dan percaya diri. Menjadi orang Kristen tidak berarti kita akan selalu berlimpah pujian dan penguatan. Meski mendapatkan pujian dan penguatan adalah hal yang baik, tetapi bukan itu tujuan utama kita. Tujuan utama orang Kristen adalah menjadi makin serupa dengan Kristus. Untuk menjadi makin serupa Kristus, bukan sekadar pujian yang kita butuhkan. Kita juga membutuhkan nasihat, teguran, dan dorongan untuk berubah. Tuhan pun telah menetapkan salah satu sarana yang efektif: sahabat. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17). Sahabat terbaik adalah seorang yang mengenali kita luar dan dalam. Kita tidak perlu menutup-nutupi kondisi kita yang sebenarnya terhadap sahabat yang demikian, karena kita percaya bahwa ia selalu menginginkan yang terbaik bagi hidup kita. Ia peduli, dan karenanya ia melakukan apa yang perlu untuk menajamkan kita. Milikilah teman yang banyak, sekelompok sahabat yang akrab, dan beberapa sahabat yang saling menajamkan. Selamat bersahabat. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar