(e-SH) 29 Juni -- Pengkhotbah 5:7-6:12 - Kaya Tidak Identik dengan Bahagia

Posted On // Leave a Comment

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
                        e-Santapan Harian
      Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA

Tanggal: Senin, 29 Juni 2020
Ayat SH: Pengkhotbah 5:7-6:12

Judul: Kaya Tidak Identik dengan Bahagia

Banyak orang berpikir bahwa semakin kaya seseorang, semakin ia akan bahagia. Nyatanya, ada saja orang kaya yang bunuh diri atau bercerai dari pasangannya. Sebaliknya, ada orang miskin yang hidup sampai usia lanjut atau setia bersama pasangannya.

Pengkhotbah memberikan bukti bahwa uang tidak dapat memberikan kepuasan. Pertama, semakin kaya seseorang, justru ia semakin tidak puas dengan kekayaannya. Orang seperti ini terjebak dalam ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan (5:9). Kedua, semakin kaya seseorang, semakin banyak orang yang mau memanfaatkannya (5:10). Orang kaya akan dikelilingi oleh banyak orang yang hanya menginginkan kekayaannya dan bukan orang-orang yang dengan tulus mengasihinya. Ketiga, semakin dikenyangkan oleh harta, ia semakin sulit tidur (5:11). Mungkin perasaan khawatir akan kehilangan hartanya atau keinginan bertambah kaya membuat ia tidak pernah tenang.

Ada lagi yang lebih menakutkan, yaitu kekayaan menjadi celaka bagi diri sendiri (5:12). Orang bisa dirampok atau dibunuh karena kekayaannya, atau dilenyapkan oleh kemalangan sehingga tidak ada yang dapat diberikan kepada anaknya (5:13).

Jangan berpikir bahwa kekayaan akan membawa kebahagiaan kepada kita, karena kaya tidak identik dengan bahagia. Bahkan, cukup banyak sisi negatif dari kekayaan. Karena itu, janganlah hidup ini hanya dipakai untuk mengejar kekayaan. Manusia hanya tahu apa yang sementara, sedangkan Tuhan tahu apa yang kekal. Itulah yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33).

Jika kita mau bahagia, jangan kejar kekayaan, tetapi kejarlah ketaatan dan sikap takut akan Tuhan. Ketika kekayaan memberikan kekhawatiran, keselamatan di dalam Tuhan memberikan kebahagiaan yang kekal. Demikianlah kita berdoa dan bersyukur hanya kepada Tuhan, sebab Dialah sumber hidup dan kebahagiaan kita. [INT]

e-SH versi web:http://www.sabda.org/publikasi/sh/2020/06/29/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Pengkhotbah+5:8-6:12
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Pengkhotbah+5:8-6:12

Pengkhotbah 5:7-6:12

 8  (5-7) Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.
 9  (5-8) Suatu keuntungan bagi negara dalam keadaan demikian ialah, kalau rajanya dihormati di daerah itu.
10  (5-9) Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
11  (5-10) Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?
12  (5-11) Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
13  (5-12) Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
14  (5-13) Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.
15  (5-14) Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.
16  (5-15) Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?
17  (5-16) Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.
18  (5-17) Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
19  (5-18) Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah[1:17416].
20  (5-19) Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
 1  Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:
 2  orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
 3  Jika orang memperoleh seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur panjang, tetapi ia tidak puas dengan kesenangan, bahkan tidak mendapat penguburan, kataku, anak gugur lebih baik dari pada orang ini.
 4  Sebab anak gugur itu datang dalam kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan, dan namanya ditutupi kegelapan.
 5  Lagipula ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui apa-apa. Ia lebih tenteram dari pada orang tadi.
 6  Biarpun ia hidup dua kali seribu tahun[1:17421], kalau ia tidak menikmati kesenangan: bukankah segala sesuatu menuju satu tempat?
 7  Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan.
 8  Karena apakah kelebihan orang yang berhikmat dari pada orang yang bodoh? Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku di hadapan orang?
 9  Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
10  Apapun yang ada, sudah lama disebut namanya. Dan sudah diketahui siapa manusia, yaitu bahwa ia tidak dapat mengadakan perkara dengan yang lebih kuat dari padanya.
11  Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia?
12  Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Scripture Union Indonesia
e-SH  Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
- - -
Anda diberkati melalui Santapan Harian?
Mari mendukung pelayanan Yayasan Pancar Pijar Alkitab (PPA)
Rekening BCA cab Pintu Air no. 106.30066.22 an. Yay Pancar Pijar Alkitab

0 komentar:

Posting Komentar