Santapan Rohani Hari Ini: Rencana Allah |
Posted: 07 Sep 2015 10:00 AM PDT Selasa, 8 September 2015 Baca: Yosua 5:13-6:25:13 Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: “Kawankah engkau atau lawan?” 5:14 Jawabnya: “Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang.” Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?” 5:15 Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.” Dan Yosua berbuat demikian. 6:1 Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup kota itu karena orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk. 6:2 Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini? —Yosua 5:14 Seorang perwira angkatan darat mungkin telah mengetahui rencana perangnya secara menyeluruh, tetapi tiap kali sebelum bertempur ia harus menerima dan memberikan instruksi khusus. Sebagai pemimpin bangsa Israel, Yosua harus menyadari hal itu. Setelah umat Allah mengembara selama 40 tahun, Allah memilih Yosua untuk memimpin mereka masuk ke negeri yang telah dijanjikan-Nya kepada mereka. Kota pertama yang harus mereka hadapi adalah Yerikho. Sebelum bertempur, Yosua melihat “Panglima Balatentara TUHAN” (yang barangkali Tuhan sendiri) berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangan-Nya. Yosua sujud dengan mukanya ke tanah, dan menyembah. Dengan kata lain, Yosua mengenali kebesaran Allah dan ketidaklayakan dirinya. Kemudian ia bertanya, “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?” (Yos. 5:14). Yosua mengalami kemenangan di Yerikho karena ia mengikuti perintah Tuhan. Namun di kesempatan lain, Yosua dan bangsanya “tidak meminta keputusan Tuhan” (9:14). Akibatnya, mereka ditipu dan terjebak untuk membuat perjanjian damai dengan bangsa Gibeon, musuh yang tinggal di negeri Kanaan. Hal ini mendukakan Tuhan (ay. 3-26). Kita juga bergantung kepada Tuhan saat menghadapi pergumulan hidup. Dia rindu kita datang kepada-Nya hari ini dengan rendah hati. Dan Dia pasti akan bersama kita lagi di hari-hari mendatang. —Keila Ochoa Dalam bidang apa kamu memerlukan bimbingan Allah hari ini? Mintalah kepada Allah untuk memimpin jalanmu. Kemenangan rohani akan diperoleh mereka yang merendahkan dirinya dan mencari kehendak Allah. Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 3-5; 2 Korintus 1 |
3 Alasan Orang Menjauhi Gereja Posted: 07 Sep 2015 02:00 AM PDT Penulis: Yosua Andreas Sejak sekolah hingga kuliah, aku banyak menjumpai orang yang menolak Yesus dan menjauh dari gereja. Saat pertama kali mendengar dan memikirkan pandangan mereka yang menjauhi gereja, aku tidak tahu bagaimana harus berespons. Tetapi pandangan-pandangan yang pernah kudengar itu kemudian mendorongku untuk lebih banyak merenungkan tentang kehidupan dan tentang firman Tuhan. Meski aku bukan mahasiswa sekolah teologia, aku ingin bisa siap menjawab pergumulan mereka yang mungkin kecewa dengan kekristenan dan menjauhi gereja. Tiga alasan yang paling sering kutemukan dari orang yang menolak Yesus dan menjauh dari gereja adalah sebagai berikut: 1. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang yang lemah dan penakut, tidak bisa apa-apa. Aku mencoba memahami maksud kata "kuat dan berani" yang ia katakan. Sepertinya yang ia maksudkan adalah berani melanggar aturan yang berlaku demi bisa diakui dan dipandang hebat oleh orang lain. Benarkah itu yang namanya kuat dan berani? Ketika aku membaca Alkitab lebih banyak, aku menemukan orang-orang yang juga kuat dan berani. Paulus dan Stefanus misalnya. Akan tetapi keberanian mereka ditunjukkan bukan dengan cara menentang aturan demi mengikuti apa yang keliru. Mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menjalani hidup sesuai kebenaran firman Tuhan, apapun risikonya. Mereka adalah orang-orang yang memilih untuk mengendalikan tutur lakunya sesuai firman Tuhan, memilih untuk mempertahankan iman, sekalipun harus bertaruh nyawa. Ketika kita datang ke gereja dengan kerinduan untuk menyelaraskan hidup dengan kebenaran firman Tuhan, kita akan senang memiliki sahabat-sahabat yang berani menolak perbuatan-perbuatan yang tidak benar atau tidak bermanfaat. Tetapi, ketika kita datang dengan harapan orang akan mengiyakan keinginan kita dan membuat kita terlihat hebat, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa. 2. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang-orang yang munafik. Akan tetapi, bukankah orang yang munafik ada di mana-mana, tidak hanya di gereja? Apakah misalnya, kita berhenti kuliah hanya gara-gara di kampus ada banyak teman yang "nakal" dan dosen yang "malas"? Oke, mungkin kita bisa memilih untuk pindah, tetapi apakah ada jaminan bahwa kampus lainnya bebas dari orang-orang yang demikian? Kemungkinan besar tidak. Kita akan selalu bertemu dengan orang-orang yang sulit, yang munafik, yang membawa masalah dalam hidup ini. Kalau hidup kita bergantung pada perilaku orang-orang di sekitar kita, maka dengan cepat kita akan meyerah dan menjauh. Kita perlu punya alasan atau tujuan yang jelas, mengapa kita memilih untuk melakukan sesuatu. Ketika tujuan akhir kita adalah meraih gelar sarjana misalnya, kita tidak akan berhenti kuliah hanya karena punya teman yang menjengkelkan. Ketika kita datang ke gereja dengan kesadaran bahwa kita semua adalah orang berdosa yang membutuhkan Tuhan, kita akan lebih bisa menerima orang lain dengan segala keterbatasan mereka. Tetapi, ketika kita datang dengan harapan semua orang yang ada di gereja haruslah bertutur laku sempurna, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa. 3. Orang yang rajin ke gereja itu adalah orang-orang yang tidak bisa berpikir logis. Bicara bukti logis, sebenarnya para ilmuwan pun mengakui bahwa keberadaan Tuhan itu sudah sangat jelas. Aristoteles pernah berkata bahwa "Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada yang menggerakkan." Kalau melihat ponsel yang canggih, apakah kita berpikir bahwa ponsel itu terjadi secara kebetulan? Tentu tidak. Kita tahu ada yang membuatnya secara khusus. Demikian juga, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini menunjukkan keberadaan Tuhan yang sangat nyata. Lalu, mengapa kita menderita? Mengapa ada doa-doa yang sepertinya tidak dijawab Tuhan? Aku menemukan jawabannya dalam kitab Ayub. Seperti yang dilakukannya kepada Ayub, Iblis berusaha membuat kita meragukan Tuhan karena mengizinkan penderitaan datang. Akan tetapi, Ayub menyadari bahwa keberadaan Tuhan tidak ditentukan oleh situasi hidupnya. Tuhanlah yang memberi kehidupan, Tuhanlah yang berhak mengatur apa yang terjadi, termasuk mengizinkan penderitaan datang. Ayub yakin bahwa Tuhan adalah pemilik hidupnya, dan dalam keyakinan itu Ayub tidak meragukan Tuhan meski masalah demi masalah terus menimpanya. Ketika kita datang ke gereja dengan rasa lapar dan haus untuk mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya, kita akan dipuaskan oleh Tuhan sendiri (Matius 5:6). Tetapi, jika kita datang dengan tujuan membenarkan pemikiran kita sendiri, cepat atau lambat kita pasti akan kecewa. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar