Santapan Rohani Hari Ini: Menopang Saya

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Menopang Saya


Menopang Saya

Posted: 09 Sep 2015 10:00 AM PDT

Kamis, 10 September 2015

Menopang Saya

Baca: Mazmur 34:2-8

34:2 Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.

34:3 Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

34:4 Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!

34:5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

34:6 Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

34:7 Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

34:8 Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” —Yesaya 41:13

Menopang Saya

Setelah saya tidak lagi ikut dalam perjalanan keluarga bersama orangtua, saya pun jarang berkunjung ke rumah kakek-nenek yang tinggal ratusan kilometer jauhnya. Karena itu di suatu waktu, saya memutuskan untuk terbang mengunjungi mereka di kota kecil Land O’Lakes, Wisconsin, sekaligus berlibur akhir pekan di sana. Ketika kami berkendara menuju ke bandara untuk mengantar saya pulang, nenek yang belum pernah naik pesawat terbang mulai mengutarakan kekhawatirannya, “Pesawat yang kamu tumpangi itu kecil sekali . . . Tak ada apa pun yang benar-benar menopangnya di atas sana, kan? . . . Aku pasti sangat ketakutan kalau terbang setinggi itu.”

Ketika akhirnya saya duduk di pesawat kecil itu, saya kembali merasakan ketakutan seperti saat pertama kalinya saya terbang. Apa yang sebenarnya menopang pesawat ini?

Rasa takut yang tidak beralasan, atau bahkan ketakutan yang wajar, tidak perlu menggentarkan kita. Daud pernah hidup sebagai seorang buronan, ketika ia takut kepada Raja Saul yang tak henti mengejarnya karena cemburu oleh ketenaran Daud di antara rakyatnya. Daud mendapatkan ketenangan dan penghiburan yang sejati hanya di dalam hubungannya dengan Allah. Di dalam Mazmur 34, ia menulis, “Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (ay.5).

Bapa kita di surga penuh dengan hikmat dan kasih sayang. Ketika hati kita mulai dikuasai ketakutan, kita perlu berhenti sejenak dan mengingat bahwa Dia adalah Allah kita dan Dia akan selalu menopang kita. —Cindy Hess Kasper

Bapa, terkadang ketakutanku menguasaiku. Namun aku tahu bahwa Engkau selalu menyertaiku. Kiranya kasih-Mu yang sempurna melenyapkan ketakutanku dan menenangkan hatiku yang cemas!

Saat meyakini bahwa Allah itu baik, kita dapat belajar untuk melepaskan ketakutan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 8-9; 2 Korintus 3

Wallpaper: Memandang dari Lensa-Nya

Posted: 09 Sep 2015 03:00 AM PDT

Wallpaper bulan ini mengingatkan kita untuk selalu menguji pandangan-pandangan kita, bukan berdasarkan apa yang kita pikir benar atau apa yang dikatakan orang lain, tetapi berdasarkan firman Tuhan sendiri. Download yuuk... =)

PustaKaMu: Mari Berpikir tentang Pandangan-Dunia

Posted: 09 Sep 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Chronika Febrianti

berpikir-ttg-pandangan-dunia
Judul:
Mari Berpikir tentang Pandangan Dunia
Bagaimana orang-orang memandang Tuhan?

Diterjemahkan dari:
Worldviews [TH1NK Reference Collection]
Think For Yourself About How We See God

Penulis: John M. Yeats, John Blasé
Penyunting: Mark Tabb

Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh: Yayasan Gloria
Tahun Terbit: 2011
Jumlah Halaman: 263 halaman
 

Pernah mendengar istilah "worldview"? Istilah yang sering diterjemahkan sebagai "pandangan-dunia" atau “wawasan-dunia” ini pada dasarnya adalah cara seseorang memandang atau memahami dunia di sekitarnya, termasuk cara mereka memandang Tuhan. Ibarat lensa bagi mata yang rusak, cara seseorang memandang dunia akan menolongnya untuk memaknai berbagai peristiwa, sekaligus mendorongnya mengambil sikap tertentu dalam hidup. Misalnya saja, orang yang punya pandangan bahwa hidup ini hanya sekali saja, kemungkinan besar akan berusaha memuaskan segala macam keinginannya tanpa memikirkan risiko jangka panjang.

Harus kuakui, proses menata cara pandang ini tidak mudah bagiku. Saat ini aku sedang kuliah di Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya (FIB), dan salah satu subjek pelajaran yang harus kuambil adalah filsafat. Humanisme, feminisme, serta sejumlah filsafat timur yang kupelajari mulai terasa begitu logis untuk dijadikan prinsip hidup. Lensa yang sejak kecil kupakai (iman Kristen) mulai terasa meragukan. Makin banyak pandangan yang kupelajari, makin sering pula aku "ganti lensa", dan akhirnya aku bingung sendiri dengan apa yang kuyakini. Ibarat orang membangun rumah di atas pasir, imanku bisa goyah sewaktu-waktu. Parahnya lagi, aku menyimpan semua kebingunganku sendiri.

Mari Berpikir tentang Pandangan-Dunia, adalah salah satu buku yang sangat menolongku. Buku ini memuat hal-hal kunci yang menjadi inti bebagai paham dan kepercayaan di dunia, dan membandingkannya dengan iman Kristen. Meski bisa kelihatan sangat mirip, ternyata setiap paham dan kepercayaan itu memiliki perbedaan yang mendasar. Ilustrasi-ilustrasi dalam buku ini membuatku sadar, ternyata aku belum kritis dalam menerima berbagai pandangan yang ada di sekitarku. Buku ini menyadarkanku, betapa pentingnya berdoa dan menancapkan firman Tuhan dalam pikiran sebagai dasar untuk menguji segala sesuatu, agar aku tidak kehilangan arah dalam hidupku. Kebenaran tidak akan mengisi kehidupan kita bila kita tidak mencari hikmat dari Sang Sumber Hikmat itu sendiri.

Jika kamu merasa semua agama mengajarkan hal yang sama, atau kamu punya banyak pertanyaan tentang berbagai kepercayaan yang ada di dunia, jangan simpan sendiri kebingunganmu. Carilah seorang yang bisa diajak diskusi (mungkin pendeta, pembimbing rohani, pemimpin kelompok kecil) untuk menguji dan memperjelas pemikiranmu. Buku ini sendiri bisa menjadi salah satu "teman diskusi" yang baik. Ditulis dengan gaya percakapan dan sudut pandang yang segar, buku ini akan memberi referensi cepat mengenai beragam sistem kepercayaan yang ada di dunia saat ini, bagaimana mereka bermula, dan apa yang menjadi inti kepercayaan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar