Santapan Rohani Hari Ini: Kompas Allah

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kompas Allah


Kompas Allah

Posted: 14 Sep 2015 10:00 AM PDT

Selasa, 15 September 2015

Kompas Allah

Baca: Mazmur 119:105-112

119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

119:106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil.

119:107 Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.

119:108 Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum-hukum-Mu kepadaku.

119:109 Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat-Mu tidak kulupakan.

119:110 Orang-orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu.

119:111 Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.

119:112 Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. —Mazmur 119:105

Kompas Allah

Selama Perang Dunia II, kompas-kompas berukuran kecil telah menyelamatkan hidup dari 27 pelaut yang berada kira-kira 500 km jauhnya dari pantai North Carolina. Waldemar Semenov, seorang pensiunan pedagang yang menjadi pelaut, sedang berdinas sebagai insinyur junior dalam kapal SS Alcoa Guide ketika sebuah kapal selam Jerman muncul dan menembaki kapalnya. Kapal SS Alcoa Guide terkena tembakan, terbakar, dan mulai tenggelam. Semenov dan awak kapalnya segera menurunkan sekoci-sekoci yang dilengkapi kompas dan menggunakan kompas-kompas tersebut untuk memandu mereka menuju ke jalur pelayaran yang terdekat dengan pantai. Akhirnya, setelah tiga hari, mereka berhasil diselamatkan.

Pemazmur mengingatkan umat Allah bahwa firman-Nya adalah “kompas” yang dapat dipercaya. Ia menyamakannya dengan pelita. Pada masa itu, seorang pelancong biasanya membawa pelita berbahan bakar minyak zaitun dan sinarnya yang kerlap-kerlip hanya cukup untuk menerangi jalannya selangkah demi selangkah. Bagi sang pemazmur, firman Allah bagaikan pelita yang memberikan cahaya yang cukup untuk menerangi jalan setiap orang yang mencari Allah (Mzm. 119:105). Saat sang pemazmur mengembara di tengah gelapnya jalan kehidupan yang tidak menentu, ia percaya bahwa Allah, melalui bimbingan firman-Nya, akan memberikan panduan baginya.

Saat kita kehilangan arah dalam hidup, kita dapat mempercayai Allah kita yang memberikan firman-Nya untuk diandalkan sebagai kompas. Kita dapat menggunakan firman Allah untuk memandu kita menuju ke suatu persekutuan yang lebih erat dengan-Nya. —Marvin Williams

Bapa Surgawi, sungguh sulit bagiku untuk mengendalikan kehidupan ini. Ada kalanya aku terombang-ambing, tetapi aku akan tetap mempercayai-Mu. Pimpin dan bimbinglah aku dengan firman-Mu yang setia dan tepercaya.

Allah telah memberi kita firman-Nya agar kita dapat mengenal dan mengikut Dia.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 22-24; 2 Korintus 8

Tidak Akan Tenggelam Lagi

Posted: 14 Sep 2015 02:00 AM PDT

Penulis: Fushen Ong
Ilustrator: Armitze Ghazali

Tidak-tenggelam

Setiap kali mendengar kata "tenggelam", aku selalu teringat pelajaran yang diberikan oleh salah seorang dosen forensik ternama di Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "tenggelam" berarti:
1. Masuk terbenam ke dalam air.
2. Karam (tentang perahu, kapal).
3. Terbenam (tentang matahari).
4. Jatuh ke dalam kesengsaraan (kesusahan dan sebagainya).
5. Hilang; lenyap.
6. Asyik.

Sebagian besar definisi tersebut cenderung menunjukkan hal yang negatif, namun definisi yang diberikan dosen ilmu forensik itu lebih menyentak hati. Menurut beliau, "tenggelam" berarti mati akibat menghirup air. Satu kata yang jelas memberikan perbedaan bermakna dalam definisi ini adalah "mati". Bila mengingat beberapa peristiwa seperti bencana tsunami atau kecelakaan transportasi yang menenggelamkan kapal maupun pesawat, hatiku selalu teriris, karena hampir tidak pernah ada yang selamat dari peristiwa tenggelam. Kenyataan tersebut makin meyakinkanku bahwa tenggelam sama halnya dengan mati.

Orang yang tenggelam tidak mampu menyelamatkan dirinya, tidak berdaya melawan kondisi di sekitarnya, karena pada dasarnya mereka telah mati.

Alkitab memberitahu kita bahwa setiap manusia sesungguhnya telah mati oleh dosa (Roma 3:23; 6:23). Sama seperti orang yang tenggelam, kita tidak berdaya melawan arus dunia di sekitar kita. Tidak ada lagi harapan bagi kita. Namun, syukur kepada Allah atas kasih-Nya yang begitu besar dan ajaib. Dia berkenan menyelamatkan kita. Dia menghidupkan kita kembali di dalam Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita (Efesus 2:5).

Meski demikian, tidak berarti setelah diselamatkan, hidup kita lantas bebas dari masalah. Di tengah dunia ini, tidak jarang kita berada dalam kondisi yang tidak dapat kita kendalikan. Tugas yang menumpuk, penyakit berbahaya, kehilangan anggota keluarga, patah hati, sakit hati, dan kesepian adalah beberapa hal dalam kehidupan sehari-hari yang sepertinya siap menenggelamkan kita.

Satu hal yang sangat penting untuk kita ingat, di dalam Kristus, kasih karunia Tuhan akan selalu tersedia bagi kita (2 Korintus 12:9). Mungkin kita merasa tidak berdaya, tetapi bukan berarti kita tidak punya pengharapan. Aku sendiri pernah berkali-kali berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Aku berseru kepada Tuhan, namun situasi tak kunjung membaik, seolah-olah Tuhan menelantarkan aku. Akan tetapi, firman Tuhan selalu menghiburkan aku, "Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59:1). Mungkin langkah kita goyah, dan adakalanya kita jatuh, tetapi kita tidak akan sampai tergeletak, karena Tuhan menopang tangan kita (Mazmur 37:24). Adakalanya arus dunia begitu kuat hendak menenggelamkan kita, namun jika kita berpegang pada Kristus, kita tidak akan tenggelam lagi.

0 komentar:

Posting Komentar