Santapan Rohani Hari Ini: Siapakah Sesamaku Manusia? |
Posted: 19 Aug 2015 10:00 AM PDT Kamis, 20 Agustus 2015 Baca: Lukas 10:30-3710:30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” 10:37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Pergilah, dan perbuatlah demikian! —Lukas 10:37 Mary menikmati pertemuan kelompok kecil yang berlangsung pada tengah Minggu di gerejanya. Di sana ia dan beberapa temannya berkumpul untuk berdoa, berbakti, dan membahas sejumlah pertanyaan yang mendalami tema khotbah Minggu sebelumnya. Kali ini mereka berencana membahas tentang perbedaan antara “pergi” ke gereja dan “menjadi” gereja di tengah dunia yang penuh dengan penderitaan ini. Ia sangat antusias bertemu dengan teman-temannya dan menikmati diskusi yang hangat. Ketika ia sudah siap untuk berangkat dan mengambil kunci mobilnya, bel rumahnya berdering. “Maaf, aku mengganggumu,” kata Sue, tetangganya, “tetapi apakah kau ada waktu pagi ini?” Mary hendak mengatakan bahwa ia sedang mau berangkat. Tepat pada saat itu, Sue melanjutkan, “Aku harus membawa mobilku ke bengkel. Biasanya aku pulang dengan berjalan kaki atau bersepeda, tetapi punggungku sedang sakit, jadi aku tak bisa jalan kaki atau bersepeda sekarang.” Mary sempat ragu, tetapi kemudian sambil tersenyum, ia berkata, “Tidak masalah.” Mary tidak begitu mengenal tetangganya itu, tetapi ketika mengantarkannya pulang, ia pun mengetahui kabar tentang suami Sue yang menderita demensia, dan juga kelelahan yang dialami Sue selama merawat suaminya. Mary mendengarkan dengan tekun, menyatakan keprihatinannya, dan berjanji akan mendoakan Sue. Ia juga menawarkan bantuan apa saja yang dapat diberikannya. Pagi itu, Mary batal pergi ke gereja untuk membahas soal kesaksian iman. Namun, ia justru berkesempatan untuk menyaksikan kasih Yesus kepada tetangganya yang sedang dalam kesulitan. —Marion Stroud Ya Tuhan, tolonglah aku agar selalu siap sedia menjadi perpanjangan tangan dan kaki-Mu bagi mereka yang membutuhkannya. Iman terlihat nyata melalui perbuatan kita. Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 105–106; 1 Korintus 3 |
Posted: 19 Aug 2015 02:00 AM PDT Artikel oleh: Yosua Andreas Setahun menghirup udara Jatinangor membuatku makin menghargai dan mensyukuri kehadiran sahabat-sahabat seiman. Masih lekat dalam ingatan saat pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus Unpad sebagai anak rantau yang menargetkan sukses di tanah orang. Hari itu hari pertama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Pagi-pagi benar aku harus berangkat ke kampus. Tidak ada orang yang kukenal saat itu, perasaanku campur aduk. Tanpa diduga, beberapa orang teman baru menyambutku dengan ramah. Mereka memperkenalkan diri sebagai Komunitas Mahasiswa Protestan Katolik (KMPK) di kampusku. Aku sangat terkesan. Keramahan mereka menyambutku membuatku segera merasa nyaman di tempat yang baru. Tak hanya saat Ospek, mereka terus menjadi teman yang baik selama aku kuliah. Teman-teman dari KMPK ini berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Jelas kami punya banyak perbedaan. Tiap orang unik, karakternya beda-beda. Namun, kasih Kristus mengikat kami. Rutinitas untuk kuliah dan mengerjakan tugas tiap hari kadang terasa berat dan melelahkan. Kehadiran KMPK ibarat aliran air yang menyegarkan pikiran dan jiwaku, karena mereka selalu mendorongku untuk berakar dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan. Kami mengerjakan tugas bersama, bermain bersama, menanggung susah senang bersama, melayani Tuhan bersama. Kami merayakan ulang tahun bersama. Kami saling mendukung dan mengingatkan agar hidup kami menjadi garam dan terang bagi sesama. Meski kami jauh dari keluarga masing-masing, kami merasa sudah seperti keluarga bagi satu sama lain. Kelihatannya mungkin sepele. Memperhatikan teman. Merayakan ulang tahun. Mendengarkan keluh kesah. Mendoakan. Menemani belajar bersama. Makan bersama. Membaca dan merenungkan firman Tuhan bersama. Hal-hal yang tampak kecil di sela rutinitas sehari-hari. Akan tetapi melalui hal-hal kecil itu, aku ditolong untuk makin mengenal Tuhan dan bertumbuh dalam karakterku. Aku bahkan juga melihat banyak teman yang mengalami hal serupa. Betapa aku bersyukur untuk KMPK. Abang, kakak, adik, sahabat-sahabat yang sudah seperti keluarga bagiku. Mereka mengajariku apa artinya hidup baru sebagai orang yang telah dikuduskan dan dikasihi Allah (Kolose 3:12-17). |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar