Santapan Rohani Hari Ini: Langkah-Langkah Bayi

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Langkah-Langkah Bayi


Langkah-Langkah Bayi

Posted: 28 Aug 2015 10:00 AM PDT

Sabtu, 29 Agustus 2015

Langkah-Langkah Bayi

Baca: Mazmur 18:32-37

18:32 Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?

18:33 Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata;

18:34 yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit;

18:35 yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.

18:36 Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar.

18:37 Kauberikan tempat lapang untuk langkahku, dan mata kakiku tidak goyah.

[Allah] membuat kakiku seperti kaki rusa. —Mazmur 18:34

Langkah-Langkah Bayi

Bayi saya sedang belajar berjalan. Saya harus memeganginya, dan ia pun bergantung pada jari-jari saya karena ia masih belum mantap untuk berdiri sendiri. Ia takut terpeleset, tetapi saya ada di dekatnya untuk menolong dan menjaganya. Ketika ia berjalan dengan bantuan saya, rasa terima kasih, bahagia, dan aman terpancar dari matanya yang bersinar-sinar. Namun terkadang ia menangis apabila saya tidak mengizinkannya untuk melangkah ke tempat-tempat yang berbahaya. Ia tidak menyadari bahwa saya sedang melindunginya.

Seperti anak saya yang masih bayi itu, kita sering membutuhkan seseorang untuk menjaga, menuntun, dan memegang kita dengan kuat di tengah perjalanan iman kita. Dan kita memang memilikinya, yaitu Allah Bapa kita. Dia menolong anak-anak-Nya untuk belajar berjalan, menuntun kita langkah demi langkah, memegangi tangan kita, dan menjaga kita untuk tetap berjalan di jalur yang benar.

Raja Daud menyadari sekali kebutuhan dirinya akan pemeliharaan Allah yang menjaga hidupnya. Dalam Mazmur 18, ia menggambarkan bagaimana Allah memberikan kita kekuatan dan tuntunan ketika kita kehilangan arah atau dalam kebingungan (ay.33). Dia meneguhkan kaki kita, seperti kaki rusa yang dapat memanjat bukit tanpa terpeleset (ay.34). Dan kalaupun kita terpeleset, tangan-Nya menyokong kita (ay.36).

Baik yang baru percaya dan sedang belajar melangkah dalam perjalanan iman, maupun yang sudah lebih dahulu berjalan bersama Allah, kita semua terus membutuhkan tuntunan tangan-Nya yang meneguhkan kita. —Keila Ochoa

Ya Bapa, peganglah tanganku dan pimpinlah aku di jalan hidup yang benar.

Allah menjaga setiap langkah kita di sepanjang perjalanan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 126–128; 1 Korintus 10:19-33

Adakah Persahabatan Sejati di Dunia Ini?

Posted: 28 Aug 2015 02:00 AM PDT

Penulis: Soo Yi, Malaysia
Artikel asli ditulis dalam Bahasa Mandarin: 真正的朋友
Are-there-Real-Friendships-in-this-World-

Siapa yang kamu sebut sahabat? Apakah sahabat sekadar orang yang mau menemanimu pergi makan atau nonton film? Orang seperti apakah sahabat itu?

Kita sering menggambarkan sahabat sejati sebagai teman dalam suka dan duka, seseorang yang menghargai kita dan tidak akan menyakiti atau mengkhianati kita. Namun, orang bisa berubah, demikian pula dengan persahabatan.

Ketika aku berangkat untuk studi di Taiwan, aku berusaha untuk mendapatkan banyak teman agar aku tidak kesepian. Banyak di antara mereka suka bersenang-senang—sebagian rela bolos demi itu—dan aku senang berteman dengan mereka. Kami merayakan ulang tahun dan jalan-jalan bersama. Pada saat itu aku merasa bahwa selama aku bersahabat dengan mereka, aku tidak butuh orang lain.

Karena kami senang menghabiskan waktu bersama, kami memutuskan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah bersama juga. Pada saat itulah semuanya mulai berubah. Saat mempersiapkan presentasi, kami mulai berbeda pendapat. Beberapa di antara mereka bahkan mencari alasan untuk tidak datang karena mereka tidak ingin mengerjakan presentasi itu. Meski awalnya persahabatan kami cukup erat, perasaan kami terhadap satu sama lain kemudian berubah total. Kami makin sering berbeda pendapat, makin jauh satu sama lain, dan tak lama kemudian kami memilih jalan kami masing-masing.

Aku masih ingin punya sahabat, jadi aku mulai melewatkan waktuku bersama sekelompok teman baru. Kelompok ini senang minum-minum dan menyanyi di klub karaoke. Makin lama kami bersama, aku menyadari bahwa ini pun tidak memuaskan kerinduanku akan persahabatan sejati. Aku merasa hatiku kosong, dan aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri: Apa yang sedang aku lakukan? Sungguhkah mereka ini sahabatku? Adakah persahabatan sejati di dunia ini?

Jawaban dari semua pertanyaan ini kutemukan saat aku mulai kembali datang ke gereja.

Aku adalah orang Kristen "generasi kedua". Dengan kata lain, aku lahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sudah Kristen. Meski begitu, aku tidak suka pergi ke gereja dan sudah lama sekali tidak ke gereja. Tetapi, ada orang yang mengundangku ke gerejanya, dan setelah beberapa waktu lamanya melewatkan waktu bersama teman-teman di sana, aku mulai menyadari bahwa mereka berbeda. Mereka tidak bergosip, namun punya banyak hal untuk diceritakan. Mereka tidak pergi clubbing dan minum-minum, namun mereka penuh canda dan tawa. Mereka tidak saling merendahkan atau mengkritik satu sama lain, namun saling mendengarkan, saling menghibur, dan saling menyemangati. Persahabatan di antara mereka menggugah hatiku. Inikah yang namanya persahabatan sejati?

Sikap mereka membuatku penasaran. Bagaimana mereka bisa demikian? Aku heran. Bagaimana mereka bisa tergerak untuk memperhatikan satu sama lain dan melakukannya dengan penuh sukacita?

Aku kemudian menemukan sumber persahabatan mereka—kasih. Orang-orang ini dapat mengasihi satu sama lain karena mereka melakukannya dengan kasih Kristus. Mereka melihat satu sama lain melalui mata Kristus.

Pengalaman itu mengajarkanku beberapa hal baru tentang persahabatan. Kita sering bicara tentang betapa kita menyenangi sahabat-sahabat kita. Tetapi, apakah kita sungguh mengasihi mereka? Mengasihi lebih sulit daripada menyenangi. Dapatkah kita mengasihi sahabat-sahabat kita sepenuhnya? Ya, kita bisa, karena kasih Kristus. 1 Yohanes 4:19 berkata: "Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."

Karena sahabat-sahabat sejati saling mengasihi, mereka saling menolong untuk bertumbuh dan saling menopang ketika ada yang jatuh. 1 Korintus 15:33 berkata, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."

Para sahabat baruku di gereja juga menunjukkan betapa Tuhan Yesus Kristus adalah sahabat terbaik kita. Hanya Dia yang tidak akan pernah berubah. Kita dapat membagikan segala suka, duka, dan berbagai kesusahan kita kepada-Nya, karena Dia telah berjanji untuk menolong kita, mendukung kita, dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita dapat bergantung sepenuhnya kepada-Nya, apa pun situasi yang sedang terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar