Santapan Rohani Hari Ini: Di Bawah Kepungan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Di Bawah Kepungan


Di Bawah Kepungan

Posted: 17 Aug 2015 10:00 AM PDT

Selasa, 18 Agustus 2015

Di Bawah Kepungan

Baca: Filipi 2:1-11

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. —Filipi 2:4

Di Bawah Kepungan

Sepanjang Perang Bosnia (1992–1996), lebih dari 10.000 orang— penduduk sipil dan tentara—tewas di kota Sarajevo saat peluru dan mortir dimuntahkan dari arah bukit-bukit di sekitarnya. Peristiwa pengepungan terpanjang atas suatu ibukota dalam sejarah peperangan modern itu menjadi latar belakang dari novel mencekam karya Steven Galloway yang berjudul The Cellist of Sarajevo (Pemain Selo dari Sarajevo). Buku itu bercerita tentang tiga tokoh fiktif yang harus memilih untuk bersikap, apakah mereka akan sepenuhnya memikirkan diri sendiri dalam pergulatan untuk bertahan hidup atau mereka akan bangkit dari keadaan mereka yang mengenaskan dan mau mempedulikan orang lain di masa-masa yang sangat sulit itu.

Dari dalam penjara di Roma, Paulus menulis kepada orang Kristen di Filipi, “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4). Paulus menyebut Yesus sebagai teladan agung dari suatu sikap yang mau mengutamakan orang lain, “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, . . . telah mengosongkan diri-Nya sendiri, . . . merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (ay.5-8). Alih-alih memohon simpati dari orang lain, Yesus menyerahkan segala yang dimiliki-Nya demi menyelamatkan kita dari penindasan dosa.

Sebagai pengikut Yesus, kita terus-menerus ditantang untuk melihat keadaan yang ada menurut cara pandang-Nya dan menjawab kebutuhan orang lain dengan melayani sesuai kekuatan yang dilimpahkan-Nya, bahkan di tengah kesulitan yang kita alami. —David McCasland

Apakah kamu sedang mengalami masa-masa yang sulit saat ini? Apakah yang masih dapat kamu lakukan untuk orang lain?

Menerima kasih Allah bagi kita merupakan kunci untuk mengasihi sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 100–102; 1 Korintus 1

Cinta yang Salah Tempat

Posted: 17 Aug 2015 02:00 AM PDT

Renungan-Khusus-Persahabatan-dan-Cinta-Hari03

Baca: Mazmur 115

115:1 Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu!

115:2 Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: “Di mana Allah mereka?”

115:3 Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!

115:4 Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,

115:5 mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat,

115:6 mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium,

115:7 mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.

115:8 Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.

115:9 Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:10 Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:11 Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:12 TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum Harun,

115:13 memberkati orang-orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.

115:14 Kiranya TUHAN memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak-anakmu.

115:15 Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

115:16 Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.

115:17 Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi,

115:18 tetapi kita, kita akan memuji TUHAN, sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Haleluya!

 

Menurut Martin Lindstrom, seorang penulis dan pembicara, ponsel sudah menjadi seperti sahabat dekat bagi kebanyakan orang. Pernyataan Lindstrom ini didukung oleh hasil penelitiannya menggunakan MRI (teknik pengambilan gambar organ dalam tubuh dengan daya magnet yang kuat). Ketika subjek penelitian melihat atau mendengar ponselnya berdering, otak mereka mengaktifkan sel-sel saraf di area yang berkaitan dengan rasa cinta dan belas kasih. "Mereka seolah-olah sedang berada bersama pacar atau anggota keluarga mereka," jelas Lindstrom.

Ada begitu banyak hal yang berusaha merebut rasa sayang, waktu, dan perhatian kita. Kita selalu perlu mengevaluasi apa yang menjadi fokus hidup kita. Yosua mengingatkan bangsa Israel agar mengarahkan hati dan ibadah mereka hanya kepada Tuhan (Yos.24:14). Menyembah Tuhan sangat berbeda dengan menyembah berhala sebagaimana yang dilakukan bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Semua berhala mereka terbuat dari logam dan merupakan buatan tangan manusia semata (Mzm.115:4); sama sekali tidak punya kuasa seperti Tuhan. Sebab itu, umat Allah dinasihati untuk mencari keselamatan hanya di dalam Allah dan bukan dalam berhala mana pun (Hak.10:13-16).

Yesus menegaskannya kembali dalam hukum yang terutama: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat.22:37). Hanya Tuhanlah penolong dan perisai kita (Mzm.115:9). Kiranya kita semua beribadah hanya kepada-Nya.—MLW
 

Allah sangatlah layak kita cintai
 

Untuk direnungkan lebih lanjut
Dilihat dari tindakan-tindakan kita dalam beberapa bulan terakhir ini, apa/siapa yang paling banyak mendapat kasih dan perhatian kita? Adakah tanda-tanda bahwa kita telah menempatkan seseorang atau sesuatu di atas Allah?

0 komentar:

Posting Komentar