Santapan Rohani Hari Ini: Manusia Biasa Seperti Kita

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Manusia Biasa Seperti Kita


Manusia Biasa Seperti Kita

Posted: 13 Jul 2015 10:00 AM PDT

Selasa, 14 Juli 2015

Manusia Biasa Seperti Kita

Baca: Matius 9:35-38

9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.

9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. —Matius 9:38

Manusia Biasa Seperti Kita

Pada akhir abad ke-19, William Carey merasakan sebuah panggilan untuk pergi ke India sebagai seorang misionaris yang memberitakan kabar baik tentang Yesus. Para hamba Tuhan di sekeliling Carey mencemoohnya: “Anak muda, jika Allah ingin menyelamatkan [jiwa orang] di India, Dia akan melakukannya tanpa perlu bantuan darimu atau dariku!” Mereka tidak memahami arti penting dari kerja sama. Sangat sedikit yang dilakukan Allah di atas bumi ini tanpa melibatkan manusia biasa seperti kita.

Sebagai rekan sekerja Allah di atas bumi, kita meyakini bahwa kehendak Allah akan terlaksana sementara di saat yang sama kita sendiri mengabdikan diri dalam pekerjaan apa pun yang harus kita lakukan. Yesus mengajar kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu” (MAT 6:10). Kata-kata doa tersebut bukanlah permintaan yang sepele, melainkan tuntutan ilahi. Kami menuntut keadilan! Luruskanlah dunia ke jalan yang benar!

Kita dan Allah mempunyai peran yang berbeda. Peran kita adalah mengikuti langkah Yesus dengan menunaikan pekerjaan dari Kerajaan Surga melalui perbuatan maupun doa kita.

Mengutip ungkapan Paulus di Kolose 1:24, kita adalah tubuh Kristus di bumi. Mereka yang kita layani juga dilayani oleh Kristus. Ketika kita meneruskan belas kasihan kepada orang-orang yang terluka, kita sedang mengulurkan tangan Kristus itu sendiri. —Philip Yancey

Tuhan, Engkau telah menyebut kami sebagai sahabat-Mu. Dengan cara yang sederhana, tolonglah kami untuk menunjukkan kasih-Mu pada dunia yang terluka ini agar mereka dapat mengenal-Mu.

Harapkanlah hal-hal yang besar dari Allah; usahakanlah hal-hal yang besar bagi Allah. —William Carey

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 10–12; Kisah Para Rasul 19:1-20

Haruskah Aku

Posted: 13 Jul 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Sandro H. Sirait

Haruskah

Haruskah aku diremukkan hatinya dulu
hingga aku menghargai Sang Pencipta Hati?

Haruskah aku mengalami kegagalan dulu
hingga aku tersungkur di hadapan Yang Tak Pernah Gagal?

Haruskah aku dibenci habis-habisan dulu
hingga bisa percaya ada Kasih yang Tak Pernah Habis?

Haruskah aku jatuh tergeletak dulu
hingga aku mengenal Pribadi yang sanggup mengangkatku?

Haruskah aku berjalan di lembah kekelaman dulu
hingga aku berteriak mencari-cari Terang?

Haruskah aku dibuat miskin dulu
hingga aku menyadari anugerah Sang Penyedia?

Haruskah aku dibuat sakit dulu
hingga aku mencari Sang Penyembuh?

Haruskah aku dijatuhkan ke dasar terbawah dulu
hingga aku tergerak untuk melihat ke Atas?

Haruskah aku didesak sampai batas kekuatanku
hingga aku mau rajin menimba Hikmat?

Haruskah aku dibiarkan tersesat dulu
hingga aku mau menyimak petunjuk Yang Benar?

Haruskah aku buta dulu
hingga aku menyadari pentingnya Visi?

Haruskah aku tuli dulu
hingga aku rindu mendengar Suara TUHAN?

Haruskah aku bisu dulu
hingga aku bisa berhenti membicarakan diri sendiri?

Haruskah aku dibuat idiot dulu
hingga aku berhenti berpikir bahwa "aku punya jawabannya"?

Haruskah aku hangus terbakar nafsu dulu
hingga aku tidak lagi berhasrat untuk intim dengan dunia?

Haruskah aku dibuat hancur berkeping-keping dulu
hingga aku cukup rendah hati meminta belas kasihan?

Haruskah aku kehilangan semua yang berharga dulu
hingga aku bisa memilah mana yang penting dan utama?

Haruskah seluruh pegangan hidupku hancur dulu
hingga aku mau berlutut, menundukkan diri,
merendahkan hati mencari Tuhan yg hidup?

 
"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui;
berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"
#Yesaya 55:6

0 komentar:

Posting Komentar