Santapan Rohani Hari Ini: Kekuatan Abu-Abu

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kekuatan Abu-Abu


Kekuatan Abu-Abu

Posted: 29 Jul 2015 10:00 AM PDT

Kamis, 30 Juli 2015

Kekuatan Abu-Abu

Baca: Yosua 14:6-12

14:6 Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: “Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa, abdi Allah itu, tentang aku dan tentang engkau di Kadesh-Barnea.

14:7 Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.

14:8 Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.

14:9 Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.

14:10 Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;

14:11 pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.

14:12 Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN.”

Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang. —Yosua 14:11

Kekuatan Abu-Abu

Seniman asal Belanda, Yoni Lefevre, menciptakan suatu proyek yang dinamakan “Kekuatan Abu-Abu” untuk menunjukkan vitalitas dari para kaum lanjut usia di Belanda. Ia meminta anak-anak sekolah setempat untuk menggambar sketsa dari kakek dan nenek mereka. Lefevre ingin menunjukkan “kejujuran dan kemurnian pandangan” dari kaum lanjut usia, dan ia percaya bahwa anak-anak dapat membantu untuk menunjukkannya. Gambar anak-anak itu memberikan sudut pandang yang berbeda dan nyata tentang generasi yang lebih tua—dengan kakek dan nenek yang digambarkan sedang bermain tenis, berkebun, melukis, dan banyak lagi!

Kaleb adalah pria asal Israel kuno yang tetap kuat sampai masa tuanya. Di masa mudanya, ia menyusup ke Tanah Perjanjian sebelum bangsa Israel menaklukkannya. Kaleb percaya bahwa Allah akan menolong bangsanya mengalahkan bangsa Kanaan, tetapi mata-mata yang lain tidak sependapat (Yos. 14:8). Karena iman Kaleb, secara ajaib Allah menopang hidupnya selama 45 tahun sehingga ia berhasil mengembara di padang gurun dan memasuki Tanah Perjanjian. Ketika akhirnya tiba waktunya untuk memasuki Kanaan, Kaleb yang sudah berusia 85 tahun mengatakan, “Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang” (ay.11). Dengan pertolongan Allah, Kaleb berhasil mengambil bagiannya atas tanah itu (Bil. 14:24).

Allah tidak melupakan kita ketika kita semakin tua. Meskipun badan kita terus bertambah tua dan kesehatan kita menurun, Allah Roh Kudus senantiasa memperbarui batin kita dari hari ke hari (2Kor. 4:16). Roh Kudus memberi kita kesanggupan untuk bisa menjalani hidup yang penuh arti dalam setiap tahap dan usia kehidupan kita. —Jennifer Benson Schuldt

Bapa Surgawi, aku tahu bahwa kekuatan tubuhku dan kesehatanku bisa menurun. Namun aku berdoa, kiranya Engkau akan terus memperbarui iman dan kerohanianku agar aku dapat melayani-Mu dengan setia selama aku hidup.

Dengan dorongan dari kekuatan Allah dan tangan-Nya yang menopangmu, kamu dapat menghadapi apa pun di depanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 51–53; Roma 2

Remukkanku ‘Tuk Memandang-Mu

Posted: 29 Jul 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Ruth Lidya Panggabean

Remukkanku-tuk-memandangmu

Kalau kaki yang patah adalah tindakan kasih-Mu
untuk menghentikan lariku yang semakin jauh dari panggilan,

Kalau hati yang hancur adalah satu-satunya cara
untuk membuatku berbalik kepada-Mu dan berlutut meratapi segala pelanggaran,

Kalau impian yang runtuh dimaksudkan
supaya aku menyerahkan segenap detail hidup dan rancangan masa depan,

Kalau segala sesuatu yang hilang bertujuan
untuk melepaskanku dari hal-hal yang membuat Tuhan berada di prioritas kesekian,

Kalau aku sendiri tak mampu mematikan ke-aku-anku
sehingga Engkaulah yang berinisiatif mematikannya,

maka lakukanlah ya, Tuhan,
meski itu berarti aku akan diremukkan hingga ke titik yang paling rendah.

Lakukanlah itu,
untuk menundukkan kepalaku,
menyingkapkan kelemahanku,
dan membuatku mengingat betapa miskin aku di hadapan-Mu.

Lakukanlah itu, supaya dari titik terendahku,
aku menemukan kedalaman anugerah-Mu,
dan beroleh kekuatan pula
untuk memandang ke atas, kepada wajah-Mu
Engkau tahu ya Tuhan, jalan sempit itu sangat layak ditempuh,
walau dengan merangkak atau tertatih,
karena penyertaan-Mu telah tersedia di sepanjang perjalanan,
dan ujungnya pasti membawaku sampai ke garis akhir pertandingan

Engkau tahu ya Tuhan, tungku perapian itu bukan akhir dari segalanya,
walau akan membakar semua yang terlihat berharga,
karena melaluinya hatiku akan dimurnikan seperti emas
dan beroleh puji-pujian dari Sang Raja kekal.

Engkau tahu ya Tuhan, cawan pahit itu harus direguk sampai habis,
walau begitu mencekat dan membuat lidahku kelu,
karena derita dan airmata sesaat ini takkan sebanding sama sekali
dengan kemuliaan yang akan dinyatakan oleh Bapa nanti

Oh, atas kasih karunia Sang Juruselamat
yang sudah lebih dulu menunjukan apa artinya menjadi taat,
jatuhkanlah juga biji gandum-Mu ini ke dalam tanah
dan izinkanlah ia mati,

supaya kemudian ia menerima hidup itu kembali:
hidup yang baru, yang kekal, yang menang, dan bahkan berbuah;

hidup yang menjadikan Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Raja,
tanpa menyisakan secuilpun ke-aku-an di dalamnya.

 
*Ditulis dalam masa-masa brokennes yang sedang dialami penulis, terinspirasi dari doa seorang temannya, “break me down to look You up, God!”

0 komentar:

Posting Komentar