Santapan Rohani Hari Ini: Yang Tak Terduga |
Posted: 09 Jun 2015 10:00 AM PDT Rabu, 10 Juni 2015 Baca: 1 Korintus 1:25-311:25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. 1:26 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. 1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, 1:28 dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, 1:29 supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. 1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. 1:31 Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat. —1 Korintus 1:27 Fanny Kemble adalah seorang aktris Inggris yang pindah ke Amerika di awal 1800-an dan kemudian menikah dengan Pierce Butler, seorang pemilik perkebunan di bagian selatan negeri itu. Fanny menikmati kehidupan yang mewah di perkebunan tersebut, sampai ia melihat besarnya harga yang harus dibayar para budak yang bekerja di sana demi kemewahan itu. Kemble akhirnya bercerai dari suaminya setelah ia menulis tentang perlakuan kejam yang sering diderita para budak. Tulisannya itu beredar luas di kalangan gerakan yang mendorong dihapuskannya perbudakan dan diterbitkan tahun 1863 dengan judul Journal of a Residence on a Georgian Plantation in 1838–1839 (Catatan Pengalaman di Perkebunan Georgia Tahun 1838–1839). Karena sikapnya itu, mantan istri pemilik budak tersebut dikenal sebagai “Penentang Perbudakan yang Tak Terduga”. Di dalam tubuh Kristus, Allah sering memberikan kejutan-kejutan yang indah. Dia terus-menerus memakai beragam orang dan keadaan yang tak terduga demi menggenapi rencana-Nya. Paulus menulis, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti” (1Kor. 1:27-28). Hal ini mengingatkan kita bahwa dengan kasih karunia-Nya, Allah bisa memakai siapa saja. Jika kita mau mengizinkan Allah berkarya di dalam kita, mungkin kita akan tercengang melihat apa yang dapat diperbuat Allah melalui kita! —Bill Crowder Bagaimana kamu akan mengizinkan Allah memakaimu hari ini? Allah merindukan adanya hati yang siap untuk dipakai. Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 34–36; Yohanes 19:1-22 |
Posted: 09 Jun 2015 02:00 AM PDT Oleh: Michelle O Aku selalu berharap terlahir sebagai orang Eropa, sehingga aku bisa memiliki mata yang besar dan indah, serta rambut berwarna coklat terang. Idealnya aku ingin menjadi anak bungsu yang punya dua kakak laki-laki, tercatat sebagai siswa salah satu sekolah internasional di sebuah negara di wilayah Asia, tempat ayahku bekerja sebagai seorang diplomat. Aku ingin memiliki nama barat yang terdengar anggun, seperti "Ella Rosewood". Aku akan menghabiskan liburan musim panasku di luar negeri, dan kembali ke Asia hanya pada saat sekolah dimulai. Aku berharap keluargaku tinggal di sebuah rumah yang indah, dengan pekarangan hijau yang luas, sebuah kolam renang yang ukurannya sama dengan kolam renang untuk pertandingan Olimpiade, serta punya banyak asisten rumah tangga, mulai dari supir hingga tukang kebun. Dalam kehidupan nyata, aku adalah seorang Asia tulen. Rambutku hitam legam, dan mataku tidak sebesar yang kuharapkan. Marga Tionghoa-ku berarti "raja" atau "King" dalam bahasa Inggris, tetapi bila aku mengubah namaku menjadi Michelle King, aku pasti dianggap tidak menghormati leluhurku. Aku memiliki seorang adik perempuan, dan kami sangat dekat satu sama lain. Aku menghabiskan sebagian masa kecilku di Malaysia sebelum kami sekeluarga kemudian pindah ke luar negeri. Dan aku melakukan berbagai pekerjaan di rumah sendiri, alias tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Kebanyakan di antara kita memiliki impian tentang seperti apa keluarga ideal yang ingin kita miliki. Ada yang mendambakan sebuah keluarga tradisional—suami mencari nafkah sementara isteri di rumah menjaga anak-anak—sementara yang lain menginginkan keluarga modern yang punya sumber pendapatan ganda (suami dan isteri sama-sama bekerja). Ada yang tidak ingin direpotkan dengan urusan anak, tetapi ada pula yang justru berharap punya banyak anak agar dapat mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Bukannya memiliki keluarga yang ideal, kita menemukan diri kita bergumul menghadapi dampak dari rusaknya hubungan-hubungan kita, kenyataan bahwa pasangan kita tidak setia, pertengkaran dengan saudara gara-gara harta warisan, atau kabar buruk yang memberitahu bahwa kita tidak bisa punya keturunan. Kita semua rindu menjadi bagian dari sebuah keluarga, dikasihi dan diterima. Kerinduan yang sangat wajar, karena kita memang diciptakan untuk memiliki hubungan satu sama lain. Allah membentuk kita untuk dapat memiliki hubungan dengan-Nya, dan kapasitas ini tercermin dalam kecenderungan kita mencari pasangan yang sempurna, sahabat yang terbaik, atau kelompok minat tertentu. Kita ingin bisa diterima seutuhnya, lengkap dengan segala kelemahan kita. Betapa Firman Allah menghibur kita dengan memberitahukan bahwa Allah telah memanggil kita sebagai anak-anak-Nya, dan Dia menantikan kita datang untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Ketika kita menerima undangan Allah untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya, kita menerima Roh yang baru: "…kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'” (Roma 8:15). Bayangkan betapa luar biasanya bisa memanggil Pencipta jagat raya ini dengan sebutan "Bapa". Dan sebagai anak-anak-Nya, kita dipelihara seperti biji mata-Nya (Mazmur 17:8)! Ketika kita memiliki hubungan pribadi dengan Allah, kita dapat tenang mengetahui bahwa Bapa kita di surga mengasihi kita lebih dari orangtua kita di dunia mengasihi kita. Dia akan selalu menyertai kita, bahkan dalam saat-saat yang paling sulit. Keluarga seperti apa yang kamu idamkan? Allah memanggilmu hari ini, apa pun latar belakang ras, agama, status sosial dan finansialmu, untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Dia mengasihimu dengan kasih yang kekal, dan ingin agar kamu menjalani hidup bersama-Nya selalu. Maukah kamu datang kepada-Nya? |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar