Santapan Rohani Hari Ini: Nun di Bukit yang Jauh

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Nun di Bukit yang Jauh


Nun di Bukit yang Jauh

Posted: 07 Jun 2015 10:00 AM PDT

Senin, 8 Juni 2015

Nun di Bukit yang Jauh

Baca: Kejadian 22:1-12

22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.”

22:2 Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

22:3 Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.

22:4 Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.

22:5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”

22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

22:7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?”

22:8 Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.

22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”

22:12 Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”

Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak. —Kejadian 22:2

Nun di Bukit yang Jauh

Saya sering teringat pada masa sewaktu anak-anak saya masih kecil. Salah satu kenangan yang indah adalah tentang rutinitas kami saat bangun pagi. Tiap pagi, saya biasanya masuk ke kamar mereka, memanggil nama mereka dengan lembut, dan mengingatkan mereka bahwa sudah waktunya mereka bangun dan bersiap-siap untuk kegiatan hari itu.

Ketika saya membaca bahwa Abraham sudah bangun pagi-pagi sekali untuk menjalankan perintah Allah, saya pun teringat pada masa-masa saya membangunkan anak-anak saya. Saya pun berpikir apakah rutinitas Abraham di pagi hari itu juga termasuk mendatangi tempat tidur Ishak untuk membangunkannya. Alangkah berbedanya hari itu setelah Abraham diminta untuk mengorbankan anaknya. Pastilah pagi itu Abraham membangunkan anaknya dengan hati yang terkoyak dan sangat sedih.

Abraham telah mengikat putranya dan meletakkannya di atas mezbah, tetapi kemudian Allah menyediakan korban pengganti. Beratus-ratus tahun kemudian, Allah memberikan satu korban yang lain—korban terakhir—yaitu Anak-Nya sendiri. Bayangkan betapa menyakitkannya bagi Allah ketika Dia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal yang sangat dikasihi-Nya! Allah bersedia menanggung itu semua karena Dia mengasihimu.

Jika kamu bertanya-tanya apakah kamu memang dikasihi oleh Allah, jangan pernah meragukan-Nya lagi. —Joe Stowell

Bapa, aku kagum akan kasih-Mu yang sedemikian besar kepadaku hingga Engkau rela menyerahkan Anak-Mu bagiku. Ajar aku agar selalu hidup bersyukur dalam naungan kasih-Mu yang tidak berkesudahan.

Allah sudah membuktikan kasih-Nya bagimu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30–31; Yohanes 18:1-18

0 komentar:

Posting Komentar