Santapan Rohani Hari Ini: Roda Berderit

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Roda Berderit


Roda Berderit

Posted: 06 May 2015 10:00 AM PDT

Kamis, 7 Mei 2015

Roda Berderit

Baca: Lukas 18:1-8

18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

18:2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.

18:3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.

18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,

18:5 namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."

18:6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!

18:7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?

18:8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. —Yakobus 5:16

Roda Berderit

Ketika masih kanak-kanak, saya biasa menaiki sepeda untuk pergi ke sekolah yang jaraknya jauh dari rumah. Apabila terdengar suara derit dari roda sepeda, saya pun diingatkan untuk segera memberinya pelumas.

Dalam Lukas 18, kegigihan si janda yang memohon kepada hakim untuk diberi keadilan terhadap lawannya mungkin terdengar seperti “roda berderit” yang baru berhenti setelah ia mendapatkan hasil yang diinginkannya. Lukas menjelaskan bahwa Yesus menceritakan kisah ini untuk mengajar kita tentang perlunya berdoa secara terus-menerus dan tidak menyerah, bahkan jika kelihatannya doa kita tak segera memperoleh jawaban (ay.1-5).

Tentu saja Allah bukanlah seperti hakim lalim yang harus diusik begitu rupa agar Dia menanggapi doa kita. Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih, yang mempedulikan dan mendengarkan seruan kita kepada-Nya. Doa yang gigih dan terus-menerus mendekatkan kita kepada-Nya. Itu mungkin membuat kita terdengar seperti bunyi roda yang berderit, tetapi Tuhan menyambut doa kita dan mendorong kita untuk mendekat kepada-Nya dengan seruan kita. Dia mendengarkan kita dan akan memberi kita pertolongan dengan cara-cara yang mungkin tak pernah kita bayangkan.

Sebagaimana yang Yesus ajarkan dalam Matius 6:5-8, doa yang terus-menerus tidak berarti harus panjang hingga “bertele-tele”. Sebaliknya, saat kita menyatakan apa yang kita perlukan kepada Allah “siang malam” (Luk. 18:7) dan berjalan bersama Dia yang telah mengetahui apa yang kita perlukan itu, kita belajar untuk mempercayai Allah dan menanti jawaban-Nya dengan sabar. —Lawrence Darmani

Tuhan, kami tahu Engkau sungguh baik. Engkau rindu kami datang kepada-Mu dalam doa. Terima kasih untuk perhatian-Mu atas setiap aspek kehidupan kami. Tolonglah kami untuk menanti dengan sabar jawaban dari-Mu dan menerima apa pun yang Engkau berikan padaku.

Jangan menyerah—Allah masih mendengarkan doamu!

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 1-3; Lukas 24:1-35

Photo credit: Jason Pier in DC / Foter / CC BY-NC

0 komentar:

Posting Komentar