Santapan Rohani Hari Ini: Jam Allah Selalu Tepat

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Jam Allah Selalu Tepat


Jam Allah Selalu Tepat

Posted: 24 Mar 2015 10:00 AM PDT

Rabu, 25 Maret 2015

Jam Allah Selalu Tepat

Baca: Lukas 2:36-40

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,

2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.

2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Pada ketika itu juga datanglah ia ke situ . . . dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. —Lukas 2:38

Jam Allah Selalu Tepat

Saya sesekali pergi mengunjungi dua wanita lansia. Yang seorang sama sekali tidak memiliki masalah keuangan, sangat sehat untuk ukuran wanita seusianya, dan tinggal di rumahnya sendiri. Namun ia selalu mempunyai komentar yang negatif terhadap apa saja. Wanita yang satu lagi mengalami kelumpuhan akibat penyakit artritis dan agak pelupa. Ia tinggal di tempat sederhana dan mempunyai buku agenda agar ia tidak lupa dengan janji-janji yang dibuatnya. Namun kepada setiap orang yang mengunjungi apartemen mungilnya, komentar pertamanya selalu sama, “Allah begitu baik kepadaku.” Di kunjungan terakhir saya, saat menyerahkan buku agenda itu kepadanya, saya melihat bahwa pada hari sebelumnya ia telah menulis, “Besok makan siang di luar! Asyik! Satu lagi hari yang menyenangkan.”

Hana adalah seorang nabi perempuan pada masa kelahiran Yesus yang sudah sangat lanjut usia (Luk. 2:36-37). Menjanda di usia muda dan kemungkinan tidak mempunyai anak, Hana mungkin pernah merasa tidak berguna dan melarat. Namun ia tetap berfokus kepada Allah dan setia melayani-Nya. Ia merindukan Mesias, tetapi dalam penantiannya, ia tekun beribadah kepada Allah—berdoa, berpuasa, dan mengajarkan kepada orang lain semua yang dipelajarinya dari Allah.

Akhirnya hari yang istimewa pun tiba, ketika di usianya yang ke-80, ia melihat sang bayi Mesias di dalam pelukan ibu-Nya yang masih muda. Kesabaran Hana dalam menanti akhirnya membuahkan hasil. Hatinya meluap dengan sukacita sehingga ia memuji Allah dan kemudian menyampaikan berita sukacita itu kepada sesamanya. —Marion Stroud

Tuhan, aku tak ingin mengeluh lagi. Aku ingin menjadi orang yang melimpah dengan syukur atas kehadiran orang lain dan kehadiran-Mu. Kiranya aku menerima apa pun yang Engkau berikan sesuai dengan waktu-Mu. Tolonglah aku untuk memulainya hari ini.

Memang tidak mudah menyandingkan rencana Allah dengan rencana kita. Namun ketika keduanya menyatu, itulah pengalaman yang terbaik.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 19-21; Lukas 2:25-52

SinemaKaMu: Facing The Giants

Posted: 24 Mar 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Devina Stephanie

SampulDVD-Facing-The-Giants

Judul : Facing The Giants
Sutradara : Alex Kendrick
Penulis Naskah: Alex & Stephen Kendrick
Tahun Rilis : Sep 2006 (tersedia dalam DVD tahun 2007)

 
Guys, tau gak kenapa film ini dijuluki sebagai film legendaris? Yup! Meski usianya sudah hampir satu dekade, film ini menyampaikan pesan yang tak lekang oleh waktu. Aku sendiri baru menontonnya tahun 2015 dan merasa sangat diberkati.

Istimewanya, film ini dikerjakan hampir seluruhnya oleh para relawan dari sebuah gereja. Gagasannya muncul dari dua bersaudara, Alex dan Stephen Kendrick, yang rindu memakai media film untuk menguatkan sesama orang percaya dan memperkenalkan iman Kristen kepada dunia.

Selain sebagai sutradara, Alex juga berperan sebagai tokoh utama film ini, Grant Taylor, pelatih football di sebuah SMA. Taylor hampir saja kehilangan pekerjaan karena selama menjadi pelatih selama 6 tahun, tim football-nya belum pernah mencicipi satu kemenangan di ajang pertandingan manapun. Tak hanya itu, langkahnya juga dihadang banyak "raksasa" lain, termasuk krisis keuangan dalam keluarga dan masalah infertilitas yang membuat istrinya tidak bisa mengandung. Di tengah situasi yang kelihatannya tanpa pengharapan, Taylor pun belajar bergantung sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Situasi Taylor tidak lantas berubah dalam sekejap, namun ketika hatinya melekat pada Tuhan, ia pun mulai menanggapi berbagai masalah di sekitarnya dengan sikap yang berbeda. Perubahan sikap ini ia bagikan juga kepada timnya saat akan bertanding: "Jangan mudah menyerah. Tetap fokus. Berikan yang terbaik dalam setiap hal seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Hormati Tuhan dalam segala hal. Jika kita menang, kita memuji Tuhan dan jika kita kalah, kita tetap memuji Tuhan."

Meski berkisah tentang tokoh-tokoh rekaan, film ini memberitahukan kepada setiap penonton tentang Tuhan yang nyata dan hidup. Benar bahwa tantangan dalam keluarga, pekerjaan, kesehatan, relasi dengan orang lain, kebutuhan finansial, dan sebagainya, dapat tampak seperti raksasa-raksasa yang menghadang langkah kita, sebagaimana yang dialami Taylor. Namun, kita selalu dapat mengandalkan Tuhan, Bapa kita, yang lebih besar dari semua masalah kita. Di saat kita tak berdaya, di situlah tangan Tuhan berkarya.

0 komentar:

Posting Komentar