Santapan Rohani Hari Ini: Firman Itu Berdiam Di Antara Kita

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Firman Itu Berdiam Di Antara Kita


Firman Itu Berdiam Di Antara Kita

Posted: 12 Feb 2015 09:00 AM PST

Jumat, 13 Februari 2015

Firman Itu Berdiam Di Antara Kita

Baca: Mazmur 119:17-24

119:17 Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu.

119:18 Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.

119:19 Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku.

119:20 Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.

119:21 Engkau menghardik orang-orang yang kurang ajar, terkutuklah orang yang menyimpang dari perintah-perintah-Mu.

119:22 Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan-peringatan-Mu.

119:23 Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.

119:24 Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.

Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. —Mazmur 119:24

Firman Itu Berdiam Di Antara Kita

Firman Allah kita terima melalui beraneka ragam cara. Melalui khotbah yang berpusat pada Alkitab, pembacaan Kitab Suci, kidung pujian, kelompok pemahaman Alkitab, dan artikel-artikel renungan, kita menerima kebenaran-kebenaran Allah dari Kitab Suci. Namun demikian, kita tidak dapat mengabaikan pentingnya pembacaan dan pemahaman Alkitab yang kita lakukan sendiri.

Baru-baru ini, hati saya tersentuh lewat perenungan pribadi terhadap kitab Ulangan, yang saya kupas paragraf demi paragraf dengan teliti, dan yang saya pelajari bersamaan dengan Khotbah di Bukit dalam Matius 5-7. Kedua bagian Alkitab tersebut sama-sama mencakup aturan-aturan iman: Sepuluh Perintah Allah (Ul. 5:6-21) dan Ucapan Bahagia (Mat. 5:3-12). Yang tercantum dalam kitab Ulangan adalah perjanjian yang lama—hukum yang dikehendaki Allah untuk dipatuhi umat-Nya. Dalam Matius, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Dia telah datang untuk menggenapi hukum itu dan menegakkan prinsip-prinsip perjanjian baru yang membebaskan kita dari beban hukum yang memberatkan.

Roh Kudus datang seiring dengan firman Allah untuk mengajar, memampukan, mengarahkan, meyakinkan, dan menyucikan kita. Hasilnya adalah pemahaman, pertobatan, pembaruan, dan juga pertumbuhan dalam Yesus. Teolog Philip Jacob Spener menulis: “Semakin mantap firman Allah berdiam di antara kita, semakin kita akan menghasilkan iman beserta buah-buahnya.” Marilah kita berdoa bersama sang pemazmur: “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” agar kita dapat menghidupi firman itu dalam kehidupan kita (Mzm. 119:18). —DCE

“Bapa Surgawi, kami bersujud di hadapan-Mu. Biarlah firman-Mu
menjadi petunjuk dan panduan kami, Roh-Mu menjadi guru kami,
dan kemuliaan-Mu yang lebih lagi menjadi perhatian utama kami,
melalui Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.” —John R. W. Stott

Ketika firman Allah berdiam di dalam diri kita, firman itu akan terpancar keluar dari hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 14; Matius 26:51-75

Photo credit: Gripnerd / Foter / CC BY-SA

Tentang Cinta dan Pernikahan: Siapakah “Jodohku”?

Posted: 12 Feb 2015 01:00 AM PST

Oleh: Kezia Lewis
(artikel asli dalam bahasa Inggris: Of Live And Marriage: Who Is “The One”?)

Of-Love-and-Marriage--Who's-the-One-

 
Aku baru menikah selama 4 tahun dari 34 tahun usiaku, jadi jelas aku bukan seorang pakar tentang cinta dan pernikahan. Namun, karena aku sudah menikah, aku sering ditanyai oleh banyak teman yang masih lajang: "Bagaimana kamu tahu bahwa Jason, suamimu, adalah 'jodohmu'?"

Jadi, bagaimana aku tahu?

Dulu aku juga suka menanyakan hal yang sama. Aku sangat percaya bahwa Tuhan menyediakan seorang pria tertentu bagiku. Aku ada dalam sebuah perjalanan panjang untuk menemukan jodohku itu. Tetapi, pada saat yang sama aku pun bertanya-tanya: "Bagaimana aku bisa mengenali siapa jodohku, orang yang tepat untukku?"

Aku bergumul cukup lama dengan pertanyaan ini. Bagaimana gerangan aku bisa tahu apakah pria di depanku adalah orang yang seharusnya kunikahi? Perasaan seperti apa yang seharusnya aku punya? Tanda apa yang harus aku cari?

Aku terus berusaha mencari jawabannya hingga akhirnya aku menemukan betapa cacatnya gagasanku tentang cinta dan pernikahan. Pada akhirnya aku menyadari bahwa yang namanya "jodoh" itu sebenarnya tidak ada.

Jika Allah telah menentukan satu orang tertentu menjadi jodohmu, itu artinya pilihanmu sangat sempit dan sulit ditemukan. Siapa gerangan orangnya? Allah tidak pernah memberikan detail yang spesifik dalam Alkitab tentang seperti apa orang itu. Aku percaya bahwa jika kamu memiliki hubungan yang selaras dengan Tuhan, dan hidup menurut jalan-Nya, Dia akan memimpinmu kepada beberapa orang yang mungkin dapat menjadi pasanganmu. Ya, benar. Beberapa. Tidak hanya satu, tetapi banyak. Seorang pria atau wanita yang adalah seorang pengikut Kristus sejati dapat saja menjadi suami atau isterimu karena kalian berdua sudah memiliki Kristus sebagai fondasi yang sama untuk membangun hubungan. Yang membuat orang itu memenuhi syarat untuk menjadi pasanganmu adalah hubungan yang sungguh-sungguh dimilikinya dengan Yesus. Hubungan tersebut dapat terlihat dengan cara yang berbeda-beda dalam hidup tiap-tiap orang. Namun, itulah yang mendasar. Hal-hal lainnya adalah pelengkap, ibarat hiasan gula di atas sebuah kue.

Kemudian, Tuhan mau kamu membuat sebuah pilihan. Kamu bertanya kepada Tuhan apakah pria atau wanita ini adalah "jodohmu", sebaliknya Tuhan juga meminta kamu memilih apakah pria atau wanita ini adalah orang yang tepat buatmu. Inilah salah satu keindahan menjadi anak Tuhan: Dia memberimu kebebasan untuk membuat pilihan. Dia bukanlah seorang diktator yang memberi perintah, dan kamu hanya mengikuti. Tuhan memberimu kapasitas untuk berpikir dan menginginkan. Jadi, aku berani berkata: Pilihlah seseorang. Pilihlah untuk mencintai dan untuk menjanjikan cinta. Janganlah pemikiran untuk menemukan "jodoh” membuatmu hidup penuh keraguan untuk melangkah.

Aku tidak menikahi "jodohku". Tetapi, karena aku memilih suamiku, ia pun menjadi "jodohku." Aku menikahi seorang pria yang dibawa Tuhan ke dalam perjalanan hidupku, orang yang kupilih untuk kucintai, orang yang kulihat dapat melayani dan bertumbuh bersamaku.

Aku mendorongmu untuk mendoakan seorang pasangan hidup, untuk memohon hikmat dari Tuhan saat kamu membuat keputusan. Tuhan mau kita berdoa dalam menemukan pasangan hidup. Tetapi, yang lebih penting lagi, kita seharusnya berdoa agar kita semakin memahami bahwa pernikahan itu bukan tentang seorang yang kita nikahi atau tentang pemenuhan kebahagiaan kita (bukan berarti Tuhan tidak menghendaki kita bahagia). Pernikahan itu pada akhirnya adalah tentang apa yang Allah inginkan kita lakukan dalam hidup agar dapat mencerminkan kemuliaan-Nya. Pernikahan adalah tentang Allah yang menunjukkan kasih yang tidak berkesudahan bagi kita dan bagi gereja/umat-Nya (Efesus 5:21-33).

Meskipun menantikan "orang yang tepat" atau "jodoh" dari Tuhan kedengaran romantis, baik, dan bahkan mungkin alkitabiah, kamu sungguh tak perlu menunggu. "Pribadi yang tepat", yang sungguh kita butuhkan dan yang dapat memuaskan hasrat hati kita sepenuhnya, sudah ada bersama dengan kita 一Yesus. Di dalam Dia, kita sudah menjadi pribadi yang utuh.

0 komentar:

Posting Komentar