Santapan Rohani Hari Ini: Natal Yang Menyusup?

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Natal Yang Menyusup?


Natal Yang Menyusup?

Posted: 12 Nov 2014 09:00 AM PST

Kamis, 13 November 2014

Natal Yang Menyusup?

Baca: Galatia 4:1-7

4:1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;

4:2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

4:3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! —2 Korintus 9:15

Natal Yang Menyusup?

Saya menyukai Natal. Perayaan hari kelahiran Kristus dan suasananya yang indah dan mengagumkan membuat Natal menjadi “saat terindah di sepanjang tahun” bagi saya. Namun belakangan ini, suasana indah itu disertai dengan rasa jengkel yang makin menjadi-jadi. Setiap tahun “pernak-pernik Natal” muncul semakin awal—perlahan-lahan menyusup dari awal musim gugur.

Masa Natal biasanya hanya dirasakan pada bulan Desember, tetapi kini kita mendengar lagu Natal diputar stasiun-stasiun radio sejak awal November. Toko-toko mulai mengiklankan promosi spesial Natal di bulan Oktober, dan permen Natal dijual sejak akhir September. Jika kita tidak berhati-hati, semua kehebohan yang datang bertubi-tubi itu dapat membuat kita mati rasa—bahkan hati kita dapat dipenuhi rasa jengkel di tengah suasana yang seharusnya membangkitkan ucapan syukur dan kekaguman kita.

Ketika rasa jengkel tersebut mulai menguasai jiwa saya, saya berusaha melakukan satu hal: Mengingat. Saya mengingatkan diri saya akan makna Natal yang sejati, siapa diri Yesus, dan mengapa Dia lahir. Saya mengingat kasih dan anugerah Allah yang Maha Pengampun yang telah mengirimkan pertolongan bagi kita dalam diri Anak-Nya. Saya mengingat bahwa, pada akhirnya, hanya satu pemberian yang benar-benar berarti—“karunia [Allah] yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15). Saya mengingat bahwa keselamatan yang diberikan melalui kedatangan Kristus merupakan pemberian yang tidak dapat dipisahkan dari Allah yang memberikan keselamatan itu.

Yesus adalah hidup kita untuk sepanjang tahun, dan Dialah keajaiban yang terbesar. “Datang dan sembah Dia!” —WEC

Ya Allah yang hidup, aku bersyukur kepada-Mu atas Putra-Mu
sebagai karunia yang tak terkatakan. Dekatkan hatiku kepada
hati-Mu, sehingga ibadahku dan ucapan syukurku atas Putra-Mu
takkan pernah pudar oleh tawaran-tawaran dunia di sekelilingku.

Yesus adalah hidup kita untuk sepanjang tahun.

0 komentar:

Posting Komentar