Santapan Rohani Hari Ini: Kibarkan Bendera

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kibarkan Bendera


Kibarkan Bendera

Posted: 06 Oct 2014 10:00 AM PDT

Selasa, 7 Oktober 2014

Kibarkan Bendera

Baca: Efesus 5:1-13

5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

5:3 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.

5:4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono–karena hal-hal ini tidak pantas–tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.

5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.

5:7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.

5:8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,

5:9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,

5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

5:11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

5:12 Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.

5:13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih. —Efesus 5:1

Kibarkan Bendera

Ratu Elizabeth II telah memerintah atas Kerajaan Inggris selama lebih dari 60 tahun. Kesan anggun dan berkelas telah menjadi ciri dari monarki yang dipimpinnya. Sepanjang hidupnya, sang ratu telah memberikan diri untuk melayani rakyatnya dengan giat, dan oleh karena itu, ia begitu dicintai dan dihormati oleh rakyatnya. Jadi, kamu dapat mengerti pentingnya bendera yang berkibar di atas Istana Buckingham. Berkibarnya bendera itu menandakan bahwa sang ratu sedang berada di dalam kediamannya di jantung kota London. Bendera itu menjadi suatu pernyataan bagi khalayak umum tentang kehadiran sang ratu di tengah-tengah rakyatnya.

Ketika sedang memikirkan hal tersebut, saya teringat bahwa Yesus, Raja kita, telah berdiam di dalam hati kita sebagai Penguasa yang “tidak akan membiarkan engkau dan . . . tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5). Meskipun bagi diri kita sendiri hal itu sungguh mengagumkan, saya bertanya-tanya apakah orang-orang di sekitar kita akan mengetahui bahwa Yesus berdiam dalam diri kita lewat cara hidup kita? Jika Dia berdiam dalam kita, kehadiran-Nya akan terlihat dari sikap kita. Menurut Rasul Paulus, kita harus menjadi “penurut-penurut Allah” dan hidup “di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi [kita]” (Ef. 5:1-2). Ketika kita melakukannya, kita akan memperlihatkan sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Jadi marilah kita kibarkan bendera tanda kehadiran-Nya—bendera yang menyatakan anugerah, kebenaran, dan kasih-Nya—agar banyak orang dapat melihat diri-Nya melalui hidup kita. —JMS

Tuhan, ingatkan aku bahwa kehadiran-Mu di dalam hatiku
dimaksudkan agar orang lain mengetahuinya. Tolonglah agar
aku menghargai segala berkat dari kehadiran-Mu sehingga
aku rela berbagi berkat itu dengan murah hati kepada sesama.

Kibarkan bendera kehadiran Kristus untuk menyatakan bahwa Sang Raja memang berdiam dalam hidupmu.

Mengapa Tuhan?

Posted: 06 Oct 2014 01:00 AM PDT

Oleh: Benedict

mengapa-Tuhan

Dengarkanlah doaku, ya TUHAN,
dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong,
janganlah berdiam diri melihat air mataku!
Sebab aku menumpang pada-Mu,
aku pendatang seperti semua nenek moyangku.
Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku,
supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!

Mazmur 39:13-14

Seperti Daud, kerap kita bisa merasa bingung dan serba tidak pasti dalam perjalanan rohani kita. Di satu sisi, kita merasa Tuhan begitu jauh; namun di sisi lain, kita juga tahu bahwa Tuhan begitu dekat mengawasi hidup kita, dan tidak ada hal yang bisa kita sembunyikan dari pandangan-Nya.

Mengapa kita bisa merasa Tuhan yang Mahakasih itu begitu jauh dari kita? Apakah itu karena Tuhan sendiri memang sengaja menjauhkan diri dari kita? Ketika kita menyelidiki hati kita, lebih sering kita akan mendapati bahwa perasaan ini muncul bukan karena Tuhan benar-benar jauh, tetapi karena kita tidak memahami jalan-jalan-Nya. Apa yang kita mengerti tidak cukup untuk membuat kita merasa tenang. Tuhan itu Immanuel, Dia selalu beserta kita, namun Dia bukan Tuhan yang berpikiran terbatas seperti kita. Jalan-jalan-Nya tak terselami. Jika kita bisa memahami sebagian dari jalan-Nya, itu hanya karena kasih karunia-Nya.

Di sisi lain, ketika Tuhan mendisiplin kita, kita akan lebih suka jika Dia "mengalihkan pandangan-Nya" dari kita seperti kata pemazmur (39:14). Kita tidak merasa nyaman saat Tuhan mengawasi seluruh bagian hidup kita dari dekat. Kita tidak ingin berubah, karena berubah itu tidak mudah. Kita lebih suka tetap berada dalam zona nyaman kita karena proses "pengudusan" oleh Tuhan itu meliputi hal-hal yang tidak menyenangkan.

Ada masanya pertanyaan "Mengapa?" mendominasi percakapanku pribadi dengan Allah. Aku merasa bahwa Allah seharusnya segera menjawab dan mengubah situasi di sekitarku, namun Dia diam membisu, seolah tidak peduli dengan berbagai pencobaan dan kesulitan yang Dia izinkan terjadi dalam hidupku. Aku merasakan "pandangan"-Nya yang tajam kadang seolah membakarku (Alkitab menggambarkan Allah sebagai api yang memurnikan logam mulia). Bagaimana mengatasi perasaan-perasaan semacam ini?

Aku menemukan jawabannya saat membaca Mazmur Daud ini. Perhatikanlah ayat ke-8. Daud bertanya, "Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan?" Ia lalu menjawab, "Kepada-Mulah aku berharap".

Kita bertanya "Mengapa?" karena kita merasa begitu khawatir dan bahkan putus asa dengan situasi kita. Kita bertanya-tanya apakah tujuan Allah yang baik dalam hidup kita bisa digenapi dengan adanya situasi-situasi tersebut. Alkitab meyakinkan kita bahwa pada saat kita tidak dapat memahami secara penuh kehendak Allah yang baik itu, kita dapat tetap berharap kepada-Nya. Kita dapat mengharapkan hal-hal yang baik dari-Nya. Sebab, Allah itu baik.

Dia tidak pernah mengecewakan.

diterjemahkan dari artikel ymiblogging: Why, Lord?

0 komentar:

Posting Komentar