Santapan Rohani Hari Ini: Singa Yang Menggonggong

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Singa Yang Menggonggong


Singa Yang Menggonggong

Posted: 03 Sep 2014 10:00 AM PDT

Kamis, 4 September 2014

Singa Yang Menggonggong

Baca: Amsal 22:1-5

22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

22:2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.

22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

22:4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.

22:5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. —Amsal 22:1

Singa Yang Menggonggong

Para pengunjung sebuah kebun binatang mulai marah ketika seekor “singa Afrika” mulai menggonggong, dan bukannya mengaum. Staf kebun binatang mengatakan bahwa mereka menyamarkan seekor anjing yang sangat besar—jenis Tibetan mastiff— sebagai singa karena mereka tak mampu menghadirkan seekor singa yang asli. Dapat dipastikan reputasi kebun binatang itu tercoreng dan orang pun menjadi ragu untuk mengunjunginya.

Reputasi itu begitu rapuh; reputasi yang sudah hancur sulit dipulihkan kembali. Sudah banyak orang memilih untuk mengorbankan reputasi yang baik demi meraih kekuasaan, nama besar, atau keuntungan. Itu juga dapat kita alami. Namun Alkitab mendorong kita, “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (Ams. 22:1). Allah mengajar kita bahwa nilai yang benar tidaklah terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada keberadaan diri kita.

Sokrates, ahli filsafat Yunani kuno, mengatakan, “Cara memperoleh reputasi yang baik adalah dengan berusaha keras untuk menjadi sosok yang ingin kamu tampilkan.” Sebagai pengikut Yesus, kita menyandang nama-Nya. Karena kasih-Nya bagi kita, kita berjuang untuk menjalani hidup yang layak di hadapan-Nya, dengan mencerminkan keserupaan dengan Dia di dalam perkataan dan perbuatan kita.

Ketika kita gagal, Dia mengangkat kita kembali oleh kasih-Nya. Lewat teladan kita, orang-orang di sekitar kita akan tergerak untuk memuji Allah yang telah menebus dan mengubah kita (Mat. 5:16)— karena nama Tuhan memang layak untuk diagungkan, dimuliakan, dan menerima segala pujian.—PFC

Tuhan, aku ingin menjalani hidup yang memuliakan nama-Mu karena
Engkau telah menjadikanku milik-Mu. Hidupku tidaklah sempurna,
tetapi aku ingin setidaknya mencerminkan citra diri-Mu kepada
orang lain. Kiranya Engkau mau menyatakan diri-Mu melalui diriku.

Harta termurni yang dapat dimiliki dalam hidup yang fana ini adalah reputasi yang tak bercela. —Shakespeare

0 komentar:

Posting Komentar