Santapan Rohani Hari Ini: Saat-Saat Terkelam

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Saat-Saat Terkelam


Saat-Saat Terkelam

Posted: 26 Aug 2014 10:00 AM PDT

Rabu, 27 Agustus 2014

Saat-Saat Terkelam

Baca: 1 Raja-Raja 19:1-8

19:1 Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang,

19:2 maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu."

19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.

19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

19:5 Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"

19:6 Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.

19:7 Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu."

19:8 Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.

Seorang malaikat menyentuh [Elia] serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!” —1 Raja-Raja 19:5

Saat-Saat Terkelam

Charles Whittlesey adalah seorang pahlawan sejati. Sebagai pemimpin dari unit yang disebut “Batalyon yang Hilang” dalam Perang Dunia I, ia dianugerahi Medali Kehormatan atas keberaniannya di tengah keadaan unitnya yang terjebak di belakang garis musuh. Dalam peresmian Makam untuk Prajurit Tak Dikenal di Amerika Serikat, Charles dipilih sebagai salah satu pengangkat keranda bagi prajurit pertama yang dimakamkan di sana. Dua minggu kemudian, diduga ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan meloncat keluar dari sebuah kapal pesiar di tengah laut.

Seperti Nabi Elia (1Raj. 19:1-7), Charles tampil sebagai orang yang tangguh di muka umum, tetapi di luar penampilannya itu, jiwanya dipenuhi perasaan putus asa. Banyak orang pada masa kini sering merasa tidak mampu menghadapi keadaan hidup yang begitu membebani mereka. Terkadang kelelahan membawa rasa putus asa yang berlangsung sementara, seperti yang dialami oleh Elia. Ia baru saja mengalami kemenangan besar atas nabi-nabi Baal (18:20-40), tetapi kemudian ia begitu takut kehilangan nyawa dan melarikan diri ke padang gurun (19:1-3). Namun sering kali, yang kita alami lebih dari sekadar perasaan putus asa dan itu tidak berlalu begitu saja. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membicarakan tentang depresi secara terbuka dan penuh kasih.

Allah rindu mendampingi kita di saat-saat terkelam dalam hidup ini, agar kemudian di lain waktu, kita dimampukan menjadi perwakilan-Nya untuk mendampingi sesama kita yang tengah terluka. Berseru meminta pertolongan—baik kepada orang lain maupun kepada Allah—justru menunjukkan kekuatan hidup kita. —RKK

Bapa, berilah kami keterbukaan untuk mengakui kepada satu sama
lain bahwa terkadang beban hidup begitu menekan kami. Berilah
kami keberanian untuk menolong orang lain agar mereka tertolong—
dan kerelaan untuk meminta pertolongan saat kami membutuhkannya.

Harapan datang melalui pertolongan Allah dan sesama.

0 komentar:

Posting Komentar