Santapan Rohani Hari Ini: Nilai Dari Kesederhanaan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Nilai Dari Kesederhanaan


Nilai Dari Kesederhanaan

Posted: 10 Aug 2014 10:00 AM PDT

Senin, 11 Agustus 2014

Nilai Dari<br />  Kesederhanaan

Baca: Markus 12:28-34

12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"

12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."

12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.

12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Lalu seorang ahli Taurat . . . datang kepada-Nya dan bertanya, “Hukum manakah yang paling utama?” —Markus 12:28

Nilai Dari<br />  Kesederhanaan

Tidak banyak orang yang mau menghabiskan waktu untuk membaca dan mempelajari buku peraturan perpajakan dari Kantor Pelayanan Pajak Amerika Serikat. Wajar saja, karena menurut majalah Forbes, kode pajak untuk tahun 2013 telah melampaui empat juta kata. Bahkan, saking rumitnya hukum perpajakan itu sehingga para ahli dalam bidang perpajakan pun mengalami kesulitan untuk memahami seluruh peraturan tersebut. Segala keruwetan tersebut telah menjadi beban tersendiri.

Para pemimpin agama di masa Israel kuno juga melakukan hal yang sama dalam hubungan mereka dengan Allah. Mereka membuat hubungan itu begitu ruwet dengan banyaknya hukum dan peraturan. Beban yang bertambah-tambah dari berbagai peraturan agama itu telah membuat seorang ahli Taurat sekalipun mengalami kesulitan untuk dapat memahami intinya. Saat salah seorang pemuka agama bertanya kepada Yesus tentang hal yang terutama dalam Hukum Taurat, Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Mrk. 12:30-31).

Hukum Taurat Musa begitu membebani, tetapi iman dalam Kristus begitu sederhana dan “beban-[Nya] pun ringan” (Mat. 11:30). Beban itu ringan karena Allah bersedia mengampuni kita dan mengasihi kita. Sekarang Allah memberi kita kesanggupan untuk mengasihi Dia dan sesama. —WEC

Engkau lebih dulu mengasihiku;
Kau hapus dosaku dengan darah-Mu.
Menanggung sengsara Kau tidak gentar;
Kasihku pada-Mu semakin besar. —Featherstone
(Kidung Jemaat, No. 382)

Kasih Yesus dalam hati kita membuat kita memiliki hati yang rela mengasihi Dia dan sesama.

0 komentar:

Posting Komentar