Santapan Rohani Hari Ini: Gambaran Kerendahan Hati

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Gambaran Kerendahan Hati


Gambaran Kerendahan Hati

Posted: 27 Aug 2014 10:00 AM PDT

Kamis, 28 Agustus 2014

Gambaran Kerendahan Hati

Baca: Yohanes 13:1-11

13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.

13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.

13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,

13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"

13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"

13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."

13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."

Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. —Yakobus 4:6

Gambaran Kerendahan Hati

Pada masa Paskah, saya dan istri pernah menghadiri sebuah kebaktian gereja di mana jemaatnya berusaha meneladan peristiwa yang dialami Yesus dan murid-murid-Nya pada malam sebelum Dia disalibkan. Sebagai bagian dari kebaktian, para pekerja gereja bersama-sama membasuh kaki sejumlah relawan dalam gereja tersebut. Saat menyaksikan peristiwa itu, saya pun bertanya-tanya, manakah yang dipandang lebih rendah oleh orang pada masa kini—membasuh kaki orang lain atau memberikan kaki kita dibasuh oleh orang lain. Bagi saya, baik orang yang membasuh maupun mereka yang dibasuh sama-sama menyajikan dengan jelas gambaran dari suatu sikap rendah hati.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk mengadakan Perjamuan Terakhir (Yoh. 13:1-20), Yesus, dalam sikap rendah hati sebagai hamba, membasuh kaki murid-murid-Nya. Namun, Simon Petrus sempat menolak dan berkata, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.’’ Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku’’ (13:8). Membasuh kaki para murid bukanlah sebuah ritual belaka. Perbuatan ini juga bisa menggambarkan kebutuhan kita akan pengudusan oleh Kristus—sebuah pengudusan yang tidak akan pernah kita alami kecuali kita bersedia merendahkan diri di hadapan Sang Juruselamat.

Yakobus menulis, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yak. 4:6). Kita menerima kasih karunia Allah ketika kita mengakui kebesaran Allah, yang merendahkan diri-Nya sendiri di kayu salib (Flp. 2:5-11). —WEC

Kulihat salib-Mu,
Ya Jurus’lamatku, di Golgota.
T’rimalah doaku, hapuskan dosaku;
Akulah milik-Mu selamanya. —Palmer
(Kidung Jemaat, No. 32)

Kedudukan yang paling berkuasa di bumi terdapat pada lutut yang bertelut di hadapan Tuhan semesta alam.

0 komentar:

Posting Komentar