Santapan Rohani Hari Ini: Fondasi Kita

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Fondasi Kita


Fondasi Kita

Posted: 19 Aug 2014 10:00 AM PDT

Rabu, 20 Agustus 2014

Fondasi Kita

Baca: 1 Korintus 3:1-11

3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.

3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.

3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.

3:6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.

3:7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

3:8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.

3:9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

3:10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

3:11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. —1 Korintus 3:11

Fondasi Kita

Kota Nordlingen di wilayah Bavaria, Jerman, adalah sebuah kota yang unik. Kota itu terletak di tengah-tengah Kawah Ries, suatu tanah depresi berukuran bulat dan besar yang terbentuk akibat peristiwa jatuhnya sebongkah meteor yang besar pada masa lampau. Tekanan yang teramat besar dari kejatuhan itu menghasilkan sejenis bebatuan kristal yang sangat unik dan juga jutaan berlian yang berukuran sangat kecil. Pada abad ke-13, bebatuan yang belang-belang itu digunakan untuk membangun Gereja St. George. Pengunjung dapat melihat keindahan lapisan kristal pada dasar dan dinding-dinding gereja tersebut. Ada yang mengatakan bahwa dasar gereja itu bagaikan fondasi yang datang dari surga.

Alkitab berbicara tentang suatu fondasi surgawi yang lain. Dari surga, Tuhan Yesus datang ke dalam dunia kita (Yoh. 3:13). Ketika Yesus kembali ke surga setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Dia meninggalkan pengikut-pengikut- Nya yang menjadi “bait dari Allah yang hidup”, dengan Kristus sebagai dasarnya. Rasul Paulus mengatakan, “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1Kor. 3:11).

Gedung gereja di Bavaria itu dibangun di atas suatu fondasi berupa bebatuan yang turun dari langit jasmaniah. Namun gereja rohaniah—seluruh orang percaya dalam Kristus—dibangun di atas fondasi surgawi yang sejati, yaitu Yesus Kristus (Yes. 28:16, 1Kor. 10:3-4). Terpujilah Allah karena oleh karya Yesus Kristus, keselamatan kita pun terjamin. —HDF

Dalam Kristus, keselamatan terjamin;
Gunung Batu yang Kekal akan bertahan;
Tiada iman yang dapat tumbang
Jika bersandar pada “Batu yang Hidup.” —NN.

Kristus, Sang Gunung Batu, adalah pengharapan kita yang pasti.

Mengapa Harus Patuh?

Posted: 18 Aug 2014 09:00 PM PDT

Oleh: Abyasat Tandirura

dilarang-korup

Tersebutlah empat orang pemuda yang harus bekerja di bawah sebuah pemerintahan yang bukan saja tidak takut akan Tuhan, tetapi juga telah menjajah (dan akhirnya menghancurkan) negeri mereka. Sangat wajar seandainya mereka mengeluh dan benci pada pemerintah. Sangat bisa dimengerti seandainya mereka menjadi pahit hati dan menyalahkan Tuhan karena mengizinkan orang-orang yang telah menangkapi (atau mungkin juga membunuh) kerabat dan sahabat mereka itu berkuasa. Orang pun akan maklum seandainya mereka diam-diam berniat korupsi atau membangun kekuatan untuk melawan pemerintah. Namun, menariknya, mereka ternyata malah bersedia mengabdikan keahlian-keahlian mereka di dalam pemerintahan. Perilaku dan prestasi mereka tampaknya sangat baik sehingga mereka kemudian dipercaya dengan jabatan-jabatan penting.

Kalau kamu rajin baca Alkitab, kamu mungkin langsung tahu siapa yang aku maksudkan. Yep, Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya (tiga teman Daniel ini dikenal juga sebagai Sadrakh, Mesakh, dan Abednego). Alkitab mencatat bagaimana di tengah situasi sulit yang dialami, mereka tetap percaya penuh kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya sebagai sumber segala hikmat (Daniel 2:18-23). Mereka tahu bahwa situasi mereka adalah konsekuensi yang harus ditanggung karena bangsa mereka telah berdosa kepada Tuhan (Daniel 9:11). Meski pemimpin mereka kini jauh dari sosok pemimpin yang ideal, mereka menghormati dan mematuhinya, bahkan menunjukkan integritas tinggi dalam pekerjaan yang ia berikan kepada mereka. Pemerintah yang tidak ideal bukan alasan bagi mereka untuk hidup sembarangan. Musuh-musuh Daniel bahkan tidak bisa menemukan kesalahan untuk menjatuhkannya (Daniel 6:5-6).

Friends, seperti mereka, kita juga enggak bisa menjamin bahwa pemerintah adalah orang-orang yang sesuai dengan harapan kita. Namun, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa yang memegang kendali adalah Tuhan; tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Tuhan (Roma 13:1b). Kalau tidak diizinkan Tuhan, ya tidak ada orang yang bisa memegang kekuasaan. Konsekuensinya, kita yang mengaku percaya pada Tuhan, seharusnya menghargai dan menghormati mereka yang telah ditetapkan Tuhan sebagai para pemimpin. Kita mematuhi aturan-aturan yang mereka buat, karena kita mengamini bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan kita, untuk menertibkan mereka yang berbuat jahat (Roma 13:4). Pemerintah mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab dari Tuhan untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa yang mereka pimpin. Kita mematuhi pemerintah, bukan karena takut dihukum, tetapi karena kita menghormati dan mau taat kepada Tuhan sendiri.

T'rus, gimana dong kalo pemerintahnya bikin peraturan yang gak bener? Atau, malah menyalahgunakan kedudukan mereka, korupsi, menunjukkan hidup yang gak bermoral. Apa kita masih harus mematuhi mereka?

Well, kalo memang pemerintahan membuat aturan yang bertentangan dengan Firman Tuhan, tentu saja kita harus berani menyuarakan kebenaran. Pengalaman Daniel dan teman-temannya bisa menginspirasi kita. Meski merupakan kaum minoritas, mereka berani menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan aturan pemerintah yang merendahkan Tuhan (baca Daniel pasal 3 dan 6). Tidak dengan membuat kerusuhan atau menjelek-jelekkan pemimpin, tetapi dengan menyampaikan pendirian mereka secara santun, jelas dan tegas. Mereka berani mengambil risiko kehilangan jabatan bahkan nyawa mereka, karena ketaatan mereka pada pemerintah bukan sekadar upaya pencitraan, tetapi bersumber dari ketaatan pada Tuhan sendiri. Ketaatan mereka membawa pucuk pemerintahan mengakui keberadaan dan kebesaran Tuhan, dan bahkan memerintahkan segenap rakyat untuk menghormati Tuhan yang mereka sembah (Daniel 3:18-29; 6:26-28).

Bisa saja kita patuh pada pemerintah karena punya kepentingan, bukan karena menghormati Tuhan. Kita tidak ingin dipersulit, kita ingin dipandang baik, kita ingin segala urusan kita menjadi mudah. Naahh, kalo tujuannya hanya itu, bisa jadi kita hanya patuh kalau ada petugas yang mengawasi. Di belakang mereka, kita melanggar dan mencela. Kita tidak sungguh-sungguh ingin mendukung pemerintah sebagai hamba-hamba Allah untuk menegakkan kebenaran. Kita juga akan cenderung mendukung dan mematuhi kebijakan pemerintah yang menguntungkan kita saja, tidak peduli dampaknya bagi rakyat banyak. Kita akan malas menyuarakan kebenaran saat pemerintah mulai menyimpang, selama hidup kita lancar-lancar saja dan tidak dirugikan.

Friends, sebagai generasi muda Kristen, mari kita menunjukkan betapa Tuhan yang kita sembah sungguh patut dihormati dan ditaati, melalui kasih dan kepatuhan kita kepada pemerintah yang telah ditetapkan-Nya. Lebih dari sekadar warga negara Indonesia, kita juga adalah warga kerajaan-Nya. Mari kita melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai warga negara yang baik, agar pemerintah leluasa melakukan pembangunan dan mensejahterakan negeri ini. Bukan hanya dengan retorika, tetapi dengan tindakan yang konkret. Misalnya saja yang sederhana: tertib berlalu lintas, buang sampah pada tempatnya, juga membayar pajak. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Markus 12:17).

Mari kita mendukung pemerintah kita sebagai hamba-hamba Allah untuk menegakkan kebenaran, melalui peran aktif kita; berkata YA pada apa yang benar dan TIDAK pada apa yang salah. Mari menyuarakan kebenaran dengan cara-cara yang membawa damai dan pencerahan pikiran, tidak dengan cara-cara yang negatif dan merusak. Mari proaktif menjadi teladan di tengah lingkungan tempat kita tinggal, studi, atau bekerja. Mari kita memberi diri dipimpin, mengerjakan bagian kita sebaik-baiknya, hidup dengan penuh integritas. Doa kita bersama, melalui pemerintah yang ada, bangsa ini dapat mengalami kebaikan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya.

Selamat mematuhi pemerintah! =)

0 komentar:

Posting Komentar