Santapan Rohani Hari Ini: Merasa Terbelenggu?

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Merasa Terbelenggu?


Merasa Terbelenggu?

Posted: 15 Jul 2014 10:00 AM PDT

Rabu, 16 Juli 2014

Merasa Terbelenggu?

Baca: Mazmur 16:1-11

16:1 Miktam. Dari Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.

16:2 Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!"

16:3 Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku.

16:4 Bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku.

16:5 Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

16:6 Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.

16:7 Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.

16:8 Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

16:9 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram;

16:10 sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

16:11 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.

Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. —Filipi 4:11

Merasa Terbelenggu?

Boethius hidup pada abad ke-6 di Italia dan bekerja di lingkungan istana sebagai seorang politikus yang sangat andal. Sayangnya, raja tidak menyukai Boethius. Boethius pun dituduh berkhianat dan dijebloskan ke dalam penjara. Sambil menunggu waktu hukumannya, Boethius meminta alat tulis supaya ia dapat mencatat perenungan yang dipikirkannya. Di kemudian hari, hasil perenungannya tersebut menjadi karya iman klasik tentang pelipur lara yang dikenang orang sepanjang masa.

Selama Boethius mendekam di penjara dan merenungkan masa depannya yang suram, imannya kepada Kristus begitu mewarnai sudut pandangnya: “Tiada hal yang menyedihkan kecuali kita menganggapnya demikian, dan sebaliknya, segala keadaan menjadi menyenangkan bila hati orang yang tengah mengalaminya merasa puas.” Ia mengerti bahwa cara pandang kita terhadap kepuasan dan keadaan yang berubah-ubah itu tergantung pada diri kita sendiri.

Ide bahwa cara kita memandang keadaan yang kita alami jauh lebih penting daripada keadaan itu sendiri ditegaskan pula oleh Rasul Paulus. Ketika Paulus juga mendekam di penjara, ia menulis: “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Flp. 4:11). Kedua tokoh itu dapat mengalami kecukupan karena kepuasan utama mereka berasal dari Allah yang tidak pernah berubah.

Apakah kamu merasa terbelenggu oleh situasi-situasi yang sulit? Allah sanggup memberikan kecukupan kepadamu. Kepuasan kekal hanya dapat ditemukan bersama Dia, karena di hadapan-Nya “ada sukacita berlimpah-limpah; di tangan kanan-[Nya] ada nikmat senantiasa” (Mzm. 16:11). —HDF

Tuhan, bimbing aku sesuai jalan terbaik yang Engkau kehendaki.
Pakailah karunia yang Engkau berikan kepadaku untuk menguatkan
orang lain dalam hidup mereka. Tolong aku untuk tidak membandingkan
diriku dengan orang lain tetapi merasa puas dan cukup.

Tatkala Allah menjadi satu-satunya yang kamu punya, Dia menjadi segalanya yang kamu perlukan.

Ulasan Buku: Ketika Alkitab Diinvestigasi

Posted: 14 Jul 2014 09:00 PM PDT

Oleh: Samuel Sindhunata

Cold-Case-Christianity

Judul buku: Cold-Case Christianity

Penulis: J. Warner Wallace

Tebal: 351 halaman

Edisi Indonesia diterbitkan oleh:
Literatur SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara)

 

Sampul buku ini mungkin membuat Anda menduga sedang berhadapan dengan sebuah novel. Apalagi bagian pertama yang disuguhkan adalah sebuah kasus seperti yang biasa Anda temukan dalam novel misteri atau komik detektif. Kasus yang diangkat adalah kasus nyata yang dialami sendiri oleh J.Warner Wallace, pengarang buku ini.

Wallace sendiri dulunya bekerja sebagai detektif. Karena sebelumnya adalah seorang ateis, Wallace pun menggunakan pengalamannya dalam bidang investigasi untuk menganalisa dan membuktikan bahwa Alkitab itu tidak benar. Penyelidikan pertamanya dimulai dari Perjanjian Baru. Namun, hasil analisanya justru menunjukkan bahwa kebenaran Alkitab tidak perlu diragukan.

Jika Anda sendiri tidak seratus persen yakin dengan kebenaran Perjanjian Baru yang berisi kumpulan surat dan cerita tentang Yesus, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Apa bukti nyata yang bisa membuat kita yakin bahwa Perjanjian Baru ini tidak pernah diubah isinya dalam sejarah gereja? Apa buktinya kisah Injil itu benar dan Yesus Kristus bukanlah sosok fiktif yang dikarang sekelompok orang pada zaman itu? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting, karena bila Yesus Kristus adalah sosok yang tidak nyata dalam sejarah, artinya kekristenan itu omong kosong belaka.

Keahlian investigasi Wallace terlihat ketika ia mengupas semua Kitab Injil satu demi satu. Beliau juga memaparkan banyak bukti yang menunjukkan bahwa Injil adalah catatan yang terjaga keasliannya. Sekalipun hanya ada satu kitab Injil yang ditulis oleh murid yang langsung diajar oleh Yesus, namun peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman itu diceritakan dengan tepat oleh semua kitab Injil.

Membaca buku ini akan banyak membuka wawasan kita sehingga dapat menceritakan kebenaran Yesus Kristus dengan penuh keyakinan. Bukti-bukti yang dipaparkan dalam buku ini meneguhkan fakta tentang kebenaran dan keaslian dari naskah Injil dan surat-surat dalam Perjanjian Baru. Iman Kristen yang diturunkan kepada kita bukanlah sebuah omong kosong, tetapi sebuah keyakinan yang memiliki landasan sejarah yang sangat kokoh.

0 komentar:

Posting Komentar