Santapan Rohani Hari Ini: Kanguru Dan Emu

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kanguru Dan Emu


Kanguru Dan Emu

Posted: 31 May 2014 10:00 AM PDT

Minggu, 1 Juni 2014

Kanguru Dan Emu

Baca: Filipi 3:12-17

3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,

3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

3:15 Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

3:16 Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

Aku melupakan apa yang telah di belakangku . . . , dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. —Filipi 3:13-14

Kanguru Dan Emu

Dua binatang asli Australia, kanguru dan emu, memiliki kesamaan—keduanya jarang bergerak mundur. Kanguru, karena bentuk tubuh dan ekor panjang yang kuat, dapat melompat dengan bergerak maju. Namun kanguru tidak bisa bergerak mundur dengan mudah. Emu bisa berlari cepat dengan kaki-kakinya yang kuat, tetapi persendian lutut emu tampaknya sulit untuk membuatnya bergerak mundur. Kedua gambar binatang itu tertera pada lambang negara Australia sebagai simbol bahwa bangsa tersebut akan selalu bergerak maju dan terus akan membuat kemajuan.

Rasul Paulus mendorong orang Kristen untuk mempunyai sikap yang sama dalam kehidupan iman mereka lewat suratnya kepada jemaat di Filipi: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi inilah yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (3:13-14).

Memang bijaksana manakala kita belajar dari pengalaman masa lalu, tetapi kita seharusnya tidak terus hidup dalam masa lalu. Kita tidak bisa mengulang atau membatalkan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi oleh kasih karunia Allah kita dapat melangkah maju dan melayani Allah dengan setia pada hari ini dan di masa yang akan datang. Kehidupan iman kita merupakan suatu perjalanan maju demi mencapai tujuan untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. —WEC

Kudaki jalan mulia;
Tetap doaku inilah:
“Ke tempat tinggi dan teguh,
Tuhan, mantapkan langkahku!” —Oatman
(Kidung Jemaat, No. 400)

Aku bersedia pergi ke mana pun—asalkan maju.

Let Go and Let God

Posted: 30 May 2014 08:00 PM PDT

Belajar Melepaskan dan Mengenali Karya Tuhan dalam Kehilangan

Oleh: Ruth Lidya Panggabean

"Sometimes the strongest thing you will ever do will be to let go of someone.
It will be painful, you will suffer guilt, and you will second-guess yourself,
but for your own sanity and quality of life,
there will come a time where you hand them to God,
with your love, and trust Him to be who and what He is."
― Lee Goff

Orang-orang biasanya hanya mengenal dua jenis kekuatan: mendapatkan dan mempertahankan. Saya setuju bahwa keduanya memang butuh perjuangan. Tapi tahukah kamu bahwa ada hal lain yang tidak kalah sulit untuk dilakukan? Melepaskan. Akan selalu ada orang-orang tertentu yang sulit kita relakan untuk pergi dari hidup ini. Apalagi kalau kondisinya bukan karena kemauan kita sendiri. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang dengan sengaja ingin mengalami yang namanya “kehilangan”. Tahu-tahu saja, seseorang yang kamu kira sudah kamu jaga sebaik-sebaiknya, tak lagi berada di tempatnya.

Melepaskan mereka bukan tanda kita menyerah atau lemah. Melepaskan adalah sebuah sikap yang menyatakan bahwa kita memercayai Tuhan―bukan diri kita―sebagai pemegang kendali penuh atas kehidupan. Jangan gengam terlalu erat siapapun yang datang ke dalam hidupmu, karena mereka tidak akan berada di sana seterusnya. Jangan jadikan mereka pusat segalanya. Tapi yakinlah saja, bahwa baik keberadaan mereka maupun kepergian mereka adalah bagian dari maksud Tuhan yang ingin digenapkan-Nya dalam hidupmu.

Ada alasan tertentu mengapa Tuhan mengizinkan orang-orang itu sempat singgah dalam hidupmu. Ada alasan tertentu pula mengapa Tuhan mengizinkan kamu kehilangan mereka. Mintalah Tuhan menerangi pikiranmu untuk tahu apa itu dan belajar sesuatu. Tak mengapa kalau kamu memang tidak dapat mengerti segalanya sekarang, tapi suatu saat, semua akan menemui kejelasan. Nothing is accidental or coincidental. Everything & everyone that crosses your path is God's tool to help you grow. No experience is wasted, with the right attitude.

Kehilangan telah mengajari saya untuk lebih menghargai momen-momen yang Tuhan berikan bersama orang lain. The people you talked today you may never talk to again in a year or less. Mari mensyukuri siapapun yang Tuhan tempatkan di dekat kita saat ini. Mari memakai sebaik mungkin kesempatan berbagi hidup dengan mereka. Kita tidak pernah tahu kapan momen-momen itu akan berakhir.

Kehilangan juga telah menolong saya lebih mengerti apa artinya mempunyai dan mengalami sesuatu yang berharga. Ada orang-orang di luar sana yang bahkan tak pernah tahu apa rasanya memiliki.

Kehilangan telah membukakan mata saya terhadap hal-hal yang baru. Kadang saya berpikir, mungkin sebenarnya istilah “kehilangan” tidak pernah benar-benar ada. Karena bukankah ketika kamu mengosongkan tangan untuk melepaskan, berarti tangan itu siap untuk menerima pemberian yang lain lagi? Bukankah saat kamu membukakan pintu bagi mereka untuk keluar, pintu yang sama akan menjadi jalan masuk bagi orang berikutnya?

Dalam kehilangan, kita dapat berpegang pada janji Tuhan: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5) Let go, and let God. Biarkan mereka pergi, tapi ketahuilah, Tuhan akan selalu setia bersamamu di sini. Percayalah pada rancangan-Nya yang sempurna, termasuk rancangan mengenai siapapun nanti orang yang akan Dia tempatkan lagi dalam hidupmu. Cry as hard as you want to. But always make sure: when you stop crying, you’ll never cry for the same reason again. :)

0 komentar:

Posting Komentar