Santapan Rohani Hari Ini: Hari-H |
- Hari-H
- Sharing: Yang Terpenting dalam Hidup Ini …
- Wallpaper: Bertandinglah dalam Pertandingan Iman yang Benar
Posted: 05 Jun 2014 10:00 AM PDT Jumat, 6 Juni 2014 Baca: Yosua 24:2,13-1824:2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah . . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! —Yosua 24:15 Baru-baru ini saya bertanya kepada kakak perempuan saya, Mary Ann, apakah ia mengingat peristiwa saat keluarga kami pindah ke rumah yang kemudian kami tempati selama bertahun-tahun. Ia menjawab, “Umurmu baru sekitar 9 bulan pada saat itu. Aku ingat Ibu dan Ayah tak tidur sepanjang malam untuk mengepak barang dalam kardus sembari mendengarkan siaran radio. Hari itu tanggal 6 Juni 1944, dan mereka sedang mendengarkan siaran langsung tentang Invasi Normandia.” Hari ini menandai peringatan 70 tahun dari peristiwa invasi yang kemudian dikenal sebagai D-Day (Hari-H)—suatu istilah militer untuk hari dimulainya suatu operasi yang telah direncanakan. Di kemudian hari, istilah Hari-H juga diartikan sebagai momen pengambilan keputusan atau komitmen dalam kehidupan pribadi kita. Pada satu masa dalam sejarah bangsa Israel kuno, Yosua, pemimpin mereka yang sudah tua, menantang bangsanya untuk menentukan Hari-H yang lain. Setelah bertahun-tahun berjuang untuk merebut tanah warisan yang dijanjikan Allah kepada bangsa itu, Yosua mendesak mereka untuk terus setia melayani Dia yang telah begitu setia kepada mereka (Yos. 24). “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah,” kata Yosua. “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (ay.15). Hari di saat kita memutuskan untuk mengikut Sang Juruselamat merupakan titik balik terpenting dalam hidup kita. Dan setiap hari setelah keputusan tersebut, dengan sukacita kita bisa memperbarui komitmen kita untuk setia melayani-Nya. —DCM Tuhan, sungguh suatu kehormatan bagiku untuk taat mengikuti Keputusan terbesar dalam hidup adalah apakah kita mau mengikut atau menolak Yesus. |
Sharing: Yang Terpenting dalam Hidup Ini … Posted: 05 Jun 2014 01:00 AM PDT Hari masih sangat pagi. Ami sebenarnya masih agak mengantuk. Tapi ini adalah hari pertamanya memulai kembali komitmen bersaat teduh seperti yang sudah disepakatinya bersama rekan-rekan satu komsel. Setelah cuci muka, gosok gigi, dan menggerak-gerakkan badan sebentar, Ami meraih Alkitab dan buku catatannya ke teras. Jam enam kurang limabelas. Ami melirik jam tangannya begitu selesai bersaat teduh. Ia tersenyum puas. Senang sekali rasanya bisa memulai hari dengan tidak terburu-buru. Anyway, ini baru hari pertama. Berapa lama ya ia bisa mendisiplin diri seperti ini? Tuhan, tolong jaga komitmenku. Ami bangkit dan menarik napas dalam-dalam. Segarnya udara pagi mengisi paru-parunya. Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar depan dibuka. Sesosok tubuh tegap bermandi keringat melangkah masuk. Ternyata Ami bukan orang yang bangun paling pagi hari ini. “Wuihh, rajin banget kak Beni! Dari mana kak?” “Biasa, dari lari pagi,” sang kakak menjawab sambil menutup pagar. “Biasa? Emangnya kak Beni lari pagi tiap hari?” mata Ami membulat. “Iya dong. Emang kayak kamu, bangunnya siang terus?” sang kakak tertawa geli. “Wow, Ami baru tau kak Beni serajin itu… kok bisa sih? Ami harus belajar banyak nih!” seru Ami tak bisa menahan kekagumannya. “Well, ya harus melatih diri sampai bisa. Kalau kamu mau meraih hal-hal yang penting dalam hidup ini, kamu harus mau bayar harga,” ujar Beni sambil meraih botol minum. “Gitu ya. Emangnya menurut kakak, apa hal terpenting yang harus dikejar dalam hidup?” Beni tersenyum sambil meneguk air minumnya. “Ya kesehatan. Makanya kakak olahraga teratur,” jawabnya setelah botol itu kosong. “Selain itu, tentu saja juara pertama dalam lomba lari maraton antar provinsi bulan depan! Biar kakak bisa dapat uang untuk beli motor!” lanjut Beni sambil tertawa. “Wow!!” Ami lagi-lagi berseru mengagumi tekad sang kakak. Menatap sosok Beni yang berjalan masuk rumah, ayat Alkitab yang tadi dibaca melintas di pikirannya. Tetapi engkau hai manusia Allah … kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. “Hmmm, mengapa ya kita disuruh mengejar hal-hal itu? Ada gak ya ayat yang bilang kejarlah kesehatan, prestasi, nama baik, dan uang yang banyak di dunia ini? Wah banyak nih yang bisa dibahas dalam komsel besok, hehe…” Ami meraih buku catatannya dan menulis pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya. Setelah itu ia pun melangkah masuk rumah dengan penuh semangat. Tak sabar menanti waktu pertemuan komsel esok hari. Tuhan, ajar aku mengerti apa yang menurut-Mu paling penting untuk kulakukan dalam hidupku ini. |
Wallpaper: Bertandinglah dalam Pertandingan Iman yang Benar Posted: 04 Jun 2014 09:00 PM PDT |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar