Santapan Rohani Hari Ini: Anak-Anak Di Dunia |
Posted: 15 Jun 2014 10:00 AM PDT Senin, 16 Juni 2014 Baca: Yakobus 1:22-2:11:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. —Yakobus 1:27 Setelah sekelompok siswa SMA berkunjung ke sebuah panti asuhan dalam suatu pelayanan, seorang siswa terlihat sangat sedih. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa panti asuhan tersebut membuatnya teringat pada kehidupannya sendiri 10 tahun yang lalu. Siswa itu pernah tinggal di suatu panti asuhan di negara lain. Ia teringat pada orang-orang yang datang mengunjunginya dan teman-temannya–dan kemudian mereka pulang. Adakalanya orang yang berkunjung itu akan datang kembali dan mengadopsi seorang anak. Namun setiap kali ia tidak terpilih untuk diadopsi, ia pun bertanya-tanya, Apa yang salah dengan diriku? Perasaan lamanya itu terungkit kembali saat ia dan teman-teman SMA-nya mengunjungi panti asuhan—dan kemudian pulang. Maka teman-teman dalam kelompoknya berdoa baginya—dan bersyukur kepada Allah karena seorang wanita telah mengadopsinya sebagai anak. Perbuatan teman-teman siswa itu merupakan pernyataan penuh kasih yang membuat siswa itu kembali memiliki harapan. Di berbagai penjuru dunia, ada banyak anak yang perlu mengenal kasih Allah bagi mereka (Mat. 18:4-5; Mrk. 10:13-16; Yak. 1:27). Tentunya, kita tidak mungkin mengadopsi atau mengunjungi semua anak itu—dan memang kita tidak diharapkan untuk demikian. Namun kita semua dapat melakukan sesuatu: Mendukung. Menyemangati. Mengajar. Mendoakan. Ketika kita mengasihi anak-anak di dunia ini, kita menghormati Bapa kita yang telah mengadopsi kita untuk masuk dalam keluarga-Nya (Gal. 4:4-7). —JDB Bapa, Engkau telah membentuk setiap anak Semakin luas kasih Kristus tumbuh di dalam kita, |
Posted: 15 Jun 2014 09:55 AM PDT Senin, 16 Juni 2014 Baca: Lukas 12:15-2112:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” 12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Dalam pertandingan memperebutkan promosi ke divisi yang lebih tinggi, dua tim Italia, Termeno dan Dro, harus masuk dalam adu penalti karena kedudukan tetap seri 4–4 di akhir waktu normal. Michael Palma maju untuk melakukan tendangan yang dapat mengamankan posisi Termeno. Namun tendangannya yang kuat membentur mistar gawang! Palma pun jatuh lunglai, sementara penjaga gawang Dro, Loris Angeli, berlari untuk merayakannya. Namun ternyata itu belum selesai. Bola yang ditendang dengan keras itu mendarat di tanah, berbalik ke arah gawang, lalu perlahan-lahan menggelinding melewat garis, dan masuk! Angeli telah melakukan perayaan yang terlalu dini. Lukas 12:15-21 mengisahkan seorang yang melakukan perayaan terlalu dini. Kebanyakan dari kita bisa memahami rencana pensiun si orang kaya ini. Pikirnya, semua yang dilakukannya sudah cukup untuk memberinya hidup yang nyaman di masa depan, dan ia pun merayakan keberhasilannya dengan berkata kepada dirinya sendiri, "beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah" (ay.19). Namun, Yesus menunjukkan kebodohan dari sikap semata-mata mengandalkan harta benda dalam hidup ini, karena "hidup [orang] tidaklah tergantung dari pada kekayaannya" (ay.15). Sebaliknya, Dia mengingatkan kita agar tidak mengabaikan Allah yang memegang masa depan kita (ay.20). Jangan merayakan hidup Anda terlalu dini, karena hidup Anda belum berakhir. Itulah yang terlambat disadari oleh si orang kaya. Jika seseorang menyangka dirinya sudah memahami sepenuhnya hidup ini, |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar