Santapan Rohani Hari Ini: Alur Emas

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Alur Emas


Alur Emas

Posted: 23 Jun 2014 10:00 AM PDT

Selasa, 24 Juni 2014

Alur Emas

Baca: Roma 6:1-14

6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?

6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

6:5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

6:7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.

6:8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

6:9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.

6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.

6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

6:12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.

6:13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. —Roma 6:5

Alur Emas

Ketika mengunjungi daerah Cotswold yang indah di Inggris, saya membeli sejumlah cangkir keramik sebagai cenderamata. Saya memakainya dengan hati-hati, tetapi suatu hari sebuah cangkir terjatuh di wastafel dan pecah. Baru-baru ini saya teringat pada cangkir yang pecah tersebut saat mengetahui tentang seni Kintsugi asal Jepang.

Biasanya saat suatu benda pecah atau rusak, kita berusaha memperbaikinya agar dapat dipakai kembali. Namun beberapa ratus tahun yang lalu, seorang seniman Jepang memutuskan bahwa ia akan membuat benda keramik yang telah pecah menjadi sesuatu yang indah. Jadi ia mulai menggunakan resin emas untuk menyatukan kembali pecahan-pecahan keramik itu. Benda-benda keramik yang telah diperbaiki dengan menggunakan metode tersebut akhirnya menampilkan alur-alur emas yang berseluk-beluk.

Pada awal kisah umat manusia, dosa masuk ke dalam dunia (Kej. 3). Para ahli teologi menyebut peristiwa itu sebagai “kejatuhan”. Dampak yang tak terhindari dari kejatuhan tersebut ialah kehancuran. Hidup terasa menyakitkan karena kita terus tersakiti dan menyakiti orang lain dengan sikap dan perilaku kita yang tajam. Namun Allah tidak menginginkan kita terus hancur, dan karya perbaikan-Nya mengubah kehancuran kita menjadi sesuatu yang indah.

Bagai seorang seniman Kintsugi, Allah memperbaiki kita. Namun Allah menggunakan sesuatu yang lebih berharga daripada emas, yakni darah Anak-Nya. Kita tidak disatukan oleh alur-alur emas, melainkan oleh aliran darah Kristus itu sendiri. “Kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya” (Rm. 6:5). Tiada yang lebih indah daripada itu. —JAL

Dia curahkan darah-Nya, berikan hidup-Nya;
Dia berikan segala milik-Nya di Kalvari;
Oh apa yang dapat kita berikan kepada-Nya
Balas kasih yang amat kaya, penuh, cuma-cuma? —NN.

Harga kebebasan kita dari dosa telah dibayar lunas oleh darah Yesus.

Pencari Bakat

Posted: 23 Jun 2014 09:55 AM PDT

Selasa, 24 Juni 2014

Header-TaktikJitu
Day 12
Lihat Sumber Foto

Baca: Efesus 1:4-11

1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,

1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.

1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus

1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

1:11 Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan–kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya–

 

“Rasanya aku telah menemukan seorang jenius untukmu." Demikianlah kalimat yang terkenal dari pencari bakat, Bob Bishop, dalam telegramnya kepada bos Manchester United, Matt Busby, pada tahun 1961. Siapakah sang jenius? Legenda sepakbola George Best. Saat itu, pemuda kurus berusia 15 tahun asal Irlandia Utara itu mungkin tidak sadar bahwa kata-kata itu telah membawanya memulai perjalanan menjadi bintang, dan membuka jalan baginya untuk menjadi pemain sayap bagi Manchester United, pemain tim nasional Irlandia Utara dan meraih gelar Pemain Terbaik di Eropa. Para pemain bintang tidak lahir dalam sekejap. Banyak dari mereka dapat menjalani karier yang cemerlang berkat usaha para pencari bakat bermata jeli yang menemukan mereka ketika mereka masih belia dan membawa mereka ke jalan kemasyhuran dan kejayaan.

Ada Pencari Bakat lain yang selalu mencari orang-orang yang dapat diubah-Nya menjadi orang-orang suci dan diantar-Nya pada jalan menuju kemuliaan surgawi. Dia rindu membentuk siapa saja yang rela diubah dari watak kejinya yang suka mementingkan diri sendiri menjadi seorang pribadi yang sempurna (2Kor. 3:18). Bahkan malaikat pun tidak akan seindah kita! Pencari Bakat kita adalah Allah, dan jalan menuju kemuliaan itu adalah Anak-Nya, Yesus. Ketika Anda memilih percaya kepada Yesus Kristus, Anda tidak melangkah menuju kemasyhuran fana melainkan pada kemuliaan kekal. Tak ada kabar yang lebih baik daripada kabar ini, "Aku telah menemukan seseorang yang mau dibawa pada kemuliaan."

Bagai tanah liat di tangan sang penjunan,
hati manusia menanti untuk dibentuk Allah.

 

:) Trivia Piala Dunia

25. Brasil lolos ke Piala Dunia 1934, tetapi tanpa terlebih dahulu mengikuti babak kualifikasi. Mengapa demikian?

:) Tahukah Kamu?

Maskot Piala Dunia FIFA pertama adalah seekor singa kecil bernama Willie yang muncul pada kejuaraan di Inggris pada tahun 1966.

Ketika Aku Mempertanyakan Allah

Posted: 22 Jun 2014 07:30 PM PDT

Seri Kesaksian Atlet

Clint Dempsey

Clint Dempsey menyadari kecintaannya pada sepakbola sejak masa sekolah. Luapan kegembiraan setelah mencetak gol telah mendorong Dempsey makin mendalami kecintaannya pada olahraga yang telah membawanya hingga ke berbagai tempat di dunia dan bermain dalam level tertinggi di Eropa dan Amerika Serikat.

"Awalnya orangtuaku membawaku belajar sepakbola supaya aku mempelajari cara bergaul yang baik dengan orang lain," kata Dempsey. "Aku tidak pernah tahu bahwa olahraga yang kusukai dan keterampilan yang kupelajari itu kemudian berperan besar dalam hubunganku dengan Allah."

Dempsey masih berusia 21 tahun ketika ia menjadi pemain profesional, dan pada tahun itu juga ia berhasil masuk dalam tim nasional Amerika Serikat serta meraih gelar Pemain Baru Terbaik di Liga Utama Sepakbola AS (MLS). Setahun kemudian ia membawa klubnya New England Revolution memenangi trofi juara MLS yang diraih dua kali berturut-turut. Selanjutnya ia bermain di Inggris untuk Fulham dan Tottenham Hotspur, membantu tim nasional menjuarai Piala Emas CONCACAF, mewakili negaranya dalam kejuaraan Piala Dunia dan beberapa kali digelari Atlet Sepakbola Terbaik di AS.

Allah telah mulai membentuk hidup Dempsey jauh sebelum ia berkiprah dalam sepakbola. Dan uniknya, pembentukan itu justru dimulai melalui sebuah tragedi yang terjadi saat ia masih berusia 12 tahun.

"Aku bertumbuh di dalam keluarga yang taat beragama dan biasa pergi ke gereja bersama Nenek setiap Minggu. Melalui Nenek, aku menyadari arti penting dari iman," cerita Dempsey. "Namun, saat aku berusia 12 tahun, hidupku berbalik 180 derajat. Jennifer, saudara perempuanku, meninggal dunia (karena aneurisma otak) dan aku banyak mempertanyakan mengapa semua itu terjadi dan bagaimana campur tangan Allah di dalam semua itu. Selama bertahun-tahun, aku bergumul dan menjauh dari hubungan dengan Allah. Namun Dia setia dan sabar, dengan perlahan-lahan memberikan pemulihan dan kekuatan yang baru."

Ya, meskipun Dempsey telah mengenal Allah karena lahir dari sebuah keluarga Kristen, ia tidak sungguh-sungguh mencari Allah. Namun Allah terus mencarinya. Pada saat kuliah, ada satu kelompok PA di Universitas Furman di Greenville, South Carolina yang mendukungnya untuk mengenal Allah lebih jauh dan memahami arti dari iman yang aktif.

"Di universitas, aku bergabung dengan sebuah kelompok PA. Firman Tuhan memberiku damai sejahtera dan suatu kerinduan untuk berhubungan dengan Dia," tutur Dempsey. "Aku mendapati bahwa mempertanyakan Dia dan mencari jawaban melalui Kitab Suci telah menolongku bertumbuh dan memberiku arah yang jelas. Kini imanku di dalam Kristus telah memberiku keyakinan akan masa depan. Aku tahu, di tengah pengalaman yang baik atau buruk, Dia tetap setia dan akan terus menjagaku."

Tidak hanya melalui kelompok PA. Allah juga membentuk Dempsey melalui tragedi lainnya.

Suatu hari, dua rekan setimnya mengajaknya pergi ke suatu konser. Karena tidak punya banyak uang, Dempsey pun menolak ajakan itu. Tanpa diduga, dalam perjalanan ke konser, mobil yang ditumpangi kedua rekan Dempsey mengalami kecelakaan hingga jungkir balik. Sebuah truk 18 roda menghantam mobil itu dan menewaskan salah seorang dari mereka, sementara yang satu lagi mengalami luka-luka parah yang membuatnya tidak bisa lagi bermain sepakbola.

Allah memakai tragedi di masa lalu Dempsey untuk membentuk pandangannya terhadap kehidupan. Dempsey jadi menyadari bahwa ia tak dapat mengandalkan kehebatannya sendiri untuk membuat hidupnya berarti. Hidupnya dapat berakhir kapan saja. Sebab itu, kerinduannya untuk menyenangkan Allah pun makin besar. Ia ingin memakai waktunya yang singkat di dunia ini untuk memberi pengaruh yang baik dalam hidup sesama.

Kini fokus doa Dempsey bukanlah agar hidupnya aman, bebas dari bahaya. “Sekarang, aku berdoa untuk dikuatkan dalam menjalani hidup yang terbentang di depanku," tutur Dempsey. Ia pun bertekad, "Aku bermain sebaik yang aku bisa dan bersyukur untuk banyaknya kesempatan dan keberhasilan yang telah diberikan-Nya kepadaku. Dalam semua itu, aku mau melakukan apa yang benar, tidak salah jalan, dan menjalani hidup yang menyenangkan Allah."

Salah satu wujud nyata dari tekadnya itu adalah kedisiplinan Dempsey untuk membaca Alkitab. Firman Allah menolongnya untuk terus bertumbuh.

"Allah memberikan kekuatan, bahkan di tengah keadaan yang tampaknya mustahil," kata Dempsey membagikan salah satu pelajaran yang didapatnya dari Alkitab. "Dari kitab Kejadian dalam Alkitab, Allah menjanjikan Abraham bahwa ia akan menjadi bapa dengan banyak keturunan, tetapi selama bertahun-tahun, Sara, istrinya, tidak dapat mempunyai anak. Bahkan ketika ia hampir berusia 100 tahun, Abraham 'tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah' (Roma 4:20). Iman Abraham pun berbuah manis ketika Allah menepati janji-Nya dan Sara pada usia 90 tahun melahirkan anak mereka, Ishak."

 

:) Untuk direnungkan

1. Kapan pertama kalinya kamu menyadari bahwa kamu membutuhkan Allah? Peristiwa-peristiwa apa saja yang telah membawamu mengenal-Nya?

2. Ketika kamu memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang Allah, seberapa besar hasratmu untuk mencari jawabannya melalui doa dan pembacaan Alkitab?

0 komentar:

Posting Komentar