Santapan Rohani Hari Ini: Kelahiran Baru |
Posted: 12 May 2014 10:00 AM PDT Selasa, 13 Mei 2014 Baca: Mazmur 139:7-16139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. 139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. 139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” 139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. 139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. 139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. 139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; 139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku; menenun aku dalam kandungan ibuku. —Mazmur 139:13 Apakah yang dimiliki para bayi sehingga mereka dapat membuat kita tersenyum? Banyak orang akan rela berhenti melakukan sesuatu ketika mereka melihat atau mendengar suara seorang bayi, lalu berkerumun untuk memandangi makhluk mungil itu. Saya pun menyadari hal itu saat mengunjungi ayah di sebuah panti wreda. Walaupun hampir seluruh penghuni panti itu duduk di kursi roda dan menderita pikun, tetapi ketika ada satu keluarga yang membawa bayi datang berkunjung, mereka terlihat begitu bersukacita—walaupun pada awalnya ragu, tetapi pada akhirnya senyum pun menghiasi wajah mereka. Saya begitu takjub menyaksikan pemandangan indah tersebut. Mengapa seorang bayi dapat membangkitkan senyuman kita? Mungkin karena kita merasa takjub pada sebuah kehidupan baru—begitu berharga, mungil, dan penuh dengan harapan. Memandang seorang bayi dapat mengingatkan kita akan keagungan Allah dan kasih-Nya yang teramat besar bagi kita. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia memberi kita hidup dan membentuk kita dalam rahim ibu kita. "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku," ujar sang pemazmur, "menenun aku dalam kandungan ibuku" (Mzm. 139:13). Allah tidak hanya memberi kita kehidupan jasmani, tetapi Dia juga menawarkan kepada kita kelahiran kembali secara rohani melalui Yesus (Yoh. 3:3-8). Allah menjanjikan kepada orang percaya bahwa mereka akan mempunyai tubuh yang baru dan kehidupan kekal ketika Yesus datang kembali (1Kor. 15:50-52). Kehidupan jasmani dan kelahiran kembali secara rohani—keduanya anugerah Bapa kita yang patut disyukuri. —Alyson Kieda, staf editor RBC Menurut gambar-Nya Allah menciptakan manusia, Aku bersyukur kepada-Mu . . . ; ajaib apa yang Kaubuat. —Mazmur 139:14 |
Posted: 12 May 2014 01:00 AM PDT Dalam dunia olahraga kita mengenal prinsip: jangan sampai kehilangan bola—jika perlu kejarlah bola itu sampai ke luar lapangan permainan. Dalam olahraga bisbol, para pemain yang bertugas menangkap bola harus dapat melakukannya sebelum bola itu menyentuh tanah. Usaha keras itulah yang ditunjukkan tim nasional bisbol Kuba demi meraih emas dalam Olimpiade Barcelona. Hal itu berlaku dalam dunia olahraga, suatu permainan yang tidak berarti besar. Meskipun demikian, alangkah pentingnya seseorang berjuang untuk mempertahankan sesuatu! Berjuang agar tidak kehilangan bola juga berkaitan dengan apa yang penting dalam hidup ini, terutama dalam kehidupan rohani. Kita semua pernah mengalami situasi di mana kita harus berjuang sampai batas akhir kekuatan kita untuk memulihkan kembali seseorang yang kita kasihi. Terkadang di sekitar kita ada orang-orang yang merasa sulit untuk bangkit kembali. Mereka tidak mau mendengar nasihat orang lain atas masalah yang mereka hadapi, dan semakin sering kita menasihati mereka, semakin mereka mengabaikannya. Mungkin kita pernah memberi tahu mereka untuk bergantung kepada Allah, tetapi mereka tidak menurutinya dan kita seakan kehabisan waktu. Lalu kita pun kehilangan semangat, karena kita berpikir segalanya sia-sia saja. Kita akhirnya berkata, “Mustahil ia dapat mengenal Tuhan.” Keputusasaan yang menimpa kita juga dialami oleh orang Israel kuno. Mungkin Anda berkata, “Kau tak tahu betapa keras kepalanya orang itu.” Sekalipun pergumulan itu terasa begitu berat, Allah hendak mengajar kita untuk terus maju. Kita harus terus berdoa baginya, terus berbicara dengan penuh hikmat dan kasih, sehingga dalam setiap kesempatan, kita tidak berputus asa tetapi juga tidak terdengar menggurui. Sekalipun sangat sulit melakukannya, atau telah lama kita berusaha, yakinlah bahwa orang tersebut tidaklah mustahil untuk berubah. Allah dapat berbicara kepada dirinya dan hatinya. Kita harus terus maju dengan mengandalkan kuasa Allah. Kita perlu berdoa, bersaksi, dan bersikap sebagaimana yang Allah kehendaki dari kita. Pada waktunya kelak, di saat-saat yang tidak terduga, kita akan menerima kejutan. Kejutan yang luar biasa indahnya. Semua itu tergantung pada perjuangan kita. Teruslah berjuang dan berdoa untuk setiap orang. |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar