Santapan Rohani Hari Ini: Menjadi Keluarga

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Menjadi Keluarga


Menjadi Keluarga

Posted: 15 Apr 2014 10:00 AM PDT

Rabu, 16 April 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140416-Aku-Pulang

Baca: Galatia 3:26-4:7

3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

4:1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;

4:2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

4:3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. —Galatia 3:26

Menjadi Keluarga

Maurice Griffin diadopsi sebagai anak ketika ia berumur 32 tahun. Maurice sudah tinggal bersama Charles dan Lisa Godbold selama 20 tahun sebagai anak asuh. Walaupun Maurice sekarang sudah hidup mandiri, adopsi merupakan hal yang sudah bertahun-tahun diharapkan oleh keluarga Godbold dan Maurice sendiri. Setelah mereka dipersatukan kembali dan pengadopsian itu telah resmi, Maurice berkomentar, "Rasanya itulah peristiwa terindah dalam hidupku. . . . Aku bahagia karena menjadi bagian dari keluarga ini."

Setiap dari kita yang telah diterima dalam keluarga Allah mungkin akan mengatakan bahwa penerimaan tersebut merupakan peristiwa terindah dalam hidup kita. Ketika mempercayai Kristus sebagai Juruselamat kita, kita menjadi anak-anak Allah, dan Dia menjadi Bapa Surgawi kita. Alkitab memberikan kepastian kepada kita, "Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus" (Gal. 3:26).

Sebagai anak yang diadopsi ke dalam keluarga Allah, kita mempunyai saudara-saudara seiman—saudara laki-laki dan perempuan di dalam Kristus—dan kita semua mendapat bagian dalam warisan yang kekal (Kol. 1:12). Lebih dari itu, Roh Yesus mendiami hati kita dan memampukan kita untuk berdoa dalam nama Abba, Bapa (Gal. 4:6)—bagaikan seorang anak yang memanggil ayahnya, "Papa."

Sebagai anak Allah, kita mengalami keintiman dan perlindungan dari Bapa yang mengasihi, menerima, dan mau mengenal kita. Pengadopsian kita ke dalam keluarga-Nya merupakan penerimaan yang sungguh luar biasa. —JBS

Dahulu aku seorang asing yang terkucil di dunia,
Lahir sebagai orang asing, hidup sebagai pendosa;
Namun aku sudah diangkat anak, namaku tercatat,
Jadi ahli waris surga, dengan jubah dan mahkota mulia. —Buell

Tangan Allah selalu terbuka untuk menyambut siapa pun yang mau kembali kepada-Nya.

Sharing: Dalam hal apa Tuhan menjadi Raja?

Posted: 14 Apr 2014 09:00 PM PDT

dalam-hal-apa-Tuhan-menjadi-rajamu

Engkaulah Tuhan, Engkaulah Raja
Berdaulat atas hidupku
Kuberserah penuh

Lagu itu melantun lembut di telinga. Menyemangatiku di tengah tumpukan buku dan catatan pelajaran. Masih dua bab lagi! Aku menarik napas panjang. Besok ujian tersulit. Tapi Tuhan, aku yakin Engkau pegang kendali. Tolong bantu aku berkonsentrasi lebih lagi. Rasanya beberapa hari belakangan ini aku jadi lebih banyak menyebut kata Tuhan. Tuhan, tolong aku supaya bisa belajar dengan baik. Tuhan, tolong aku supaya bisa memuliakan-Mu melalui studiku. Hmmm, ujian ternyata bermanfaat juga untuk mendekatkan orang dengan Tuhan.

“Kak Piiiiink!”

Aku membesarkan volume musik.

“Kak Piiiiink!”

Duh, tidak tahu apa aku lagi sibuk persiapan UN? Mengganggu amat sih anak ini!

“Kak Piiiiink!”

Bedebah!
Aku bangkit dengan jengkel. Kehilangan kesabaran. Membanting buku. Membuka pintu dengan kasar.

“Setan kecil! Sudah berapa kali kakak bilang kalo kakak tidak mau diganggu saat belajar! Jangan ketok pintu dan teriak-teriak seperti itu!”

Sosok yang berdiri di depan pintu sontak kaget seperti melihat monster. Ia melangkah mundur.
Duk! Prakk! Huaaaa….!

Aku ikut kaget. Deon, adik kecilku yang baru berusia 4 tahun, terduduk di lantai sambil menangis sesegukan. Di sebelahnya ada piring yang terbalik dan berlepotan saus.

Mama dengan cepat berlari menaiki tangga. Mengangkat Deon dalam dekapannya. “Kamu kenapa sih Pink? Hobinya marah-marah, gak bisa kontrol emosi. Untung Deon gak terguling di tangga!” sergah mama dengan keras. Kamarku memang dekat tangga. Aku menelan ludah.

“Habisnya Deon sih… ganggu orang belajar saja!” Aku membela diri.

“Deon itu cuman mau anterin kamu martabak telur kesukaanmu. Katanya biar kamu semangat buat ujian! Heran mama sama kamu! Musik sekenceng itu kamu bisa belajar, tapi suara adikmu bisa begitu mengganggu”

Mama melangkah pergi. Sayup terdengar suaranya memanggil mbak Din untuk membereskan martabak yang berantakan di depan kamarku.

Engkaulah Tuhan, Engkaulah Raja
Berdaulat atas hidupku
Kuberserah penuh

Refrain lagu itu masih melantun berulang-ulang. Aku jengkel. Konsentrasi belajarku lenyap, dan martabak telur yang lezat tidak jadi kukecap. Ahh! Tapi mama benar. Kenapa aku merasa begitu terganggu dengan Deon. Padahal aku belajar juga ditemani musik. Lagu-lagu rohani seperti ini rasanya menenangkan hati. Membuatku merasa Tuhan dekat dan akan menolongku membereskan masalah-masalahku. Wait! Membantumu? Tuhan kan Raja, bukan pembantumu! Sebuah suara tiba-tiba mengisi pikiranku yang buntu.

Apa kamu tulus saat memuji Tuhan sebagai Raja? Apa kamu serius ingin memuliakan Tuhan lewat studimu? Apa hatimu dipenuhi rasa hormat ketika memohon hikmat kepada Sang Sumber Hikmat atau sebenarnya kamu sedang berusaha mendesak Tuhan memenuhi egomu? Kamu tidak ingin jadi nomor dua. Kamu malu kalau kalah dari teman-temanmu. Kamu enggak benar-benar ingin menyenangkan Tuhan lewat tutur dan perilakumu, apalagi lewat nilai-nilaimu. Yang lebih kamu inginkan adalah sorot kekaguman orang tua dan teman-temanmu karena kehebatanmu menjadi juara. Kamu tak peduli jika untuk tujuan itu kamu menyakiti orang-orang di sekitarmu.

Pipiku terasa panas. Lalu basah. Aku boleh saja menjadi remaja paling rajin di gereja. Tapi, betapa aku masih perlu banyak bertumbuh untuk menempatkan Tuhan sebagai raja dalam hidupku. Dalam tutur kataku. Dalam sikapku di tengah keluarga. Dalam motivasiku belajar, bahkan motivasiku berdoa.

——————————————————————————————————-

Pink tidak sendiri. Bukankah setiap kita yang mengaku dengan mulut kita bahwa Tuhan adalah raja dalam hidup ini, seringkali bersikap seolah-olah Dia ada sekadar untuk “membantu” kita? Yang membuat kita senang atau susah adalah tercapainya kepentingan-kepentingan kita, bukan kepentingan-kepentingan Sang Raja kita. Tuhan mungkin menjadi “raja” di hari Minggu, atau saat kita di gereja. Tetapi tidak untuk hari-hari lainnya. Saat kehidupan lancar jaya sesuai keinginan kita, dengan gembira kita berserah kepada Tuhan sebagai Raja. Saat hal-hal yang di luar kehendak kita terjadi, kita mulai menarik diri, tidak mau diatur oleh Sang Raja.

Kamu punya pengalaman seperti Pink? Ayo sharingkan di sini dalam bidang kehidupan apa saja Tuhan telah menjadi raja dalam hidupmu. Bidang-bidang kehidupan mana pula yang belum kamu serahkan sepenuhnya untuk diatur oleh Sang Raja?

0 komentar:

Posting Komentar