Santapan Rohani Hari Ini: Ketetapan Hati

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Ketetapan Hati


Ketetapan Hati

Posted: 12 Apr 2014 10:00 AM PDT

Minggu, 13 April 2014

Ketetapan Hati

Baca: Rut 1:6,11-18; Lukas 9:51-53

Rut 1:6 Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.

1:11 Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?

1:12 Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

1:13 masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?”

1:14 Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.

1:15 Berkatalah Naomi: “Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.”

1:16 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;

1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!”

1:18 Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya.

Lukas 9:51 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,

9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.

9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.

Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku. —Rut 1:16

Ketetapan Hati

Ketika laporan berita di televisi menayangkan tentang penderitaan para pengungsi yang terpaksa keluar dari negaranya yang sedang dilanda peperangan, saya dibuat tercengang oleh perkataan seorang gadis cilik berumur 10 tahun di sana. Meski kecil sekali kemungkinan baginya untuk pulang kembali ke rumah, gadis cilik itu menunjukkan semangatnya yang gigih: "Saat pulang nanti, aku akan mengunjungi tetanggaku; aku akan bermain dengan teman-temanku," katanya dengan suatu tekad yang bulat. "Ayahku berkata bahwa kami tak punya rumah. Aku bilang padanya, kita akan memperbaikinya."

Sifat gigih memang diperlukan dalam hidup ini, terutama ketika sifat itu berakar di dalam iman kita kepada Allah dan kasih kita kepada sesama. Kitab Rut diawali dengan tiga wanita yang dipersatukan karena suatu tragedi. Setelah suami dan kedua putranya meninggal, Naomi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Betlehem dan mendesak kedua menantunya yang telah menjanda untuk pulang ke negeri asal mereka, Moab. Orpa pun kembali ke Moab, tetapi Rut berjanji untuk ikut bersama Naomi, sambil berkata, "Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku" (Rut 1:16). Ketika Naomi melihat Rut "berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia" (ay.18), mereka mulai perjalanan mereka berdua.

Sifat keras kepala terkadang berasal dari kesombongan, tetapi komitmen bertumbuh dari kasih. Ketika Yesus disalibkan, "Ia mengambil keputusan untuk pergi ke Yerusalem" (Luk. 9:51 BIS). Melihat ketetapan hati-Nya untuk rela mati bagi kita, kita pun menetapkan hati untuk memberikan hidup kita bagi-Nya. —DCM

G'nap hidupku dan kasihku
'Ku s'rahkanlah kepada-Hu.
Engkau t'lah mati bagiku,
Juruselamatku. —Hudson
(Nyanyian Kemenangan Iman, No. 260)

Kasih menuntut komitmen.

0 komentar:

Posting Komentar