Santapan Rohani Hari Ini: Belajar Mengasihi

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Belajar Mengasihi


Belajar Mengasihi

Posted: 26 Apr 2014 10:00 AM PDT

Minggu, 27 April 2014

Belajar Mengasihi

Baca: 1 Korintus 13:4-13

13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. —1 Korintus 13:4

Belajar Mengasihi

Ketika Hans Egede pergi ke Greenland sebagai seorang misionaris pada tahun 1721, ia tidak dapat berbahasa Inuit. Ia mempunyai sifat yang mudah tersinggung dan marah, dan ia juga bergumul untuk dapat bersikap ramah terhadap penduduk setempat.

Pada tahun 1733, virus cacar sempat mewabah di Greenland dan memusnahkan hampir dua pertiga warga suku Inuit—serta merenggut juga nyawa istri Egede. Penderitaan yang dirasakan bersama orang-orang Inuit itu meluluhkan tabiat Egede yang keras, dan ia pun mulai memperhatikan mereka baik secara jasmani maupun rohani dengan tidak kenal lelah. Karena hidup Egede sekarang lebih mencerminkan kabar baik tentang kasih Allah yang diceritakannya kepada mereka, orang-orang Inuit akhirnya dapat memahami maksud Allah yang rindu mengasihi mereka juga. Bahkan di tengah penderitaan besar itu, hati mereka mau berbalik dan percaya kepada Allah.

Mungkin kamu seperti para warga Inuit dalam kisah itu, dan kamu tidak dapat melihat cerminan Allah dalam diri orang-orang di sekitarmu. Atau mungkin kamu seperti Hans Egede, yang bergumul untuk mengungkapkan kasih dengan cara yang dapat membuat orang mau mendengar tentang Allah. Karena Allah tahu kita ini lemah dan tidak mampu, Dia menunjukkan kepada kita arti kasih yang sesungguhnya. Dia memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk mati bagi dosa kita (Yoh. 3:16). Demikianlah besarnya Allah mengasihimu dan saya.

Yesus adalah teladan sempurna dari kasih yang digambarkan dalam 1 Korintus 13. Dengan melihat teladan-Nya, kita menyadari bahwa kita dikasihi dan kita belajar untuk membalas kasih-Nya. —RKK

Ya Yesus, kiranya di dalam-Mu aku mendapatkan keyakinan bahwa
aku dikasihi. Dan kiranya hatiku tak menjadi dingin hingga dipenuhi
amarah serta luka hati dari pengalaman masa lalu. Aku mau agar
orang lain dapat melihat cerminan diri-Mu di dalam hidupku.

Kiranya saya tidak pernah menjadi rintangan yang menghalangi seseorang memandang Allah.

0 komentar:

Posting Komentar