Santapan Rohani Hari Ini: Jabatan Pekerjaan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Jabatan Pekerjaan


Jabatan Pekerjaan

Posted: 14 Mar 2014 10:00 AM PDT

Sabtu, 15 Maret 2014

Jabatan Pekerjaan

Baca: Efesus 4:11-16

4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,

4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

4:13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

4:15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

4:16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman. —Efesus 4:12-13

Jabatan Pekerjaan

Ketika British Broadcasting Corporation meminta contoh-contoh dari jabatan pekerjaan yang terdengar penting, tetapi asing, bahkan aneh di telinga, seseorang menyebutkan nama jabatan yang disandangnya: Teknisi Benda Keramik di Bawah Air. Sebenarnya pekerjaan yang dilakukannya adalah menjadi seorang tukang cuci piring di sebuah rumah makan. Terkadang jabatan diberikan dalam suatu pekerjaan untuk membuat pekerjaan itu terdengar lebih penting daripada kenyataan yang sebenarnya.

Ketika Paulus membuat daftar yang berisi sejumlah karunia yang Allah berikan bagi gereja dalam Efesus 4:11, ia tidak bermaksud membuat semua itu menjadi jabatan-jabatan yang terdengar hebat. Seluruh bagian yang ada dibutuhkan agar tubuh Kristus dapat berfungsi dengan baik. Tidak ada satu bagian yang lebih baik daripada bagian lainnya.

Yang terpenting di sini adalah tujuan dari karunia-karunia itu. Semua karunia itu diberikan "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai . . . tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus" (ay.12-13).

Jabatan yang kita sandang tidaklah terlalu penting. Yang penting adalah kita menguatkan iman umat Allah. Saat mengukur keberhasilan kita berdasarkan standar yang diberikan Alkitab kepada kita, maka bukanlah masalah ketika kita pindah posisi atau tidak lagi menduduki jabatan tertentu. Didorong oleh kasih kepada Allah, kita melayani saudara-saudara seiman untuk meneguhkan iman mereka, dan membiarkan Allah yang memberikan pujian-Nya kelak di surga sesuai dengan penilaian-Nya sendiri (Mat. 25:21). —CPH

Aku memohon, ya Tuhan, pakailah aku sebagai alat-Mu
untuk menyentuh hidup orang lain. Tolonglah aku untuk
tidak mementingkan jabatan yang kududuki, tetapi biarlah
hidupku bisa memancarkan anugerah-Mu kepada sesama.

Karunia yang Allah berikan kepada kita bukanlah demi kepentingan kita, melainkan demi kepentingan sesama.

Kritik Paling Menyakitkan

Posted: 14 Mar 2014 01:00 AM PDT

Oleh Roxanne Robbins

toughest critic

Baca: Amsal 25:11-13

Mungkin kamu memiliki seseorang dalam hidup yang menjadi teman dalam banyak situasi, tetapi yang juga memberimu kritik paling menyakitkan. Pernahkah kamu bergumul tentang bagaimana menanggapi orang yang seperti itu? Dalam pengalamanku pribadi, aku tahu temanku bermaksud baik, namun ia sering mengirimkan komentar yang tidak sedap tanpa mempertimbangkan perasaanku. Sebab itu aku sangat menghargai cara rasul Paulus menyampaikan pendapat kepada temannya, Filemon (Filemon 1:14).

Suatu hari "teman pengritik" itu mengirimkan sebuah e-mail, mendaftarkan sejumlah kegagalanku dan memberitahu bahwa aku hanya punya talenta dalam dua bidang. Aku merasa sangat sakit hati. Namun, bukannya berdoa dan bertanya kepada Tuhan bagaimana seharusnya aku menanggapi hinaan itu, aku malah mencari “Om Google”. Aku mencari kata "bully" dan istilah sejenis yang kupikir menggambarkan teman yang menyebalkan itu.

Mudah sekali menemukan berbagai tulisan yang mendukung pemikiran bahwa temanku memang keterlaluan dalam mengata-ngataiku. Tetapi, aku tetap tidak tahu bagaimana keluar dari masalah itu. Jadi, aku menelepon seorang teman lain yang kuanggap bijak. Ia menyarankan, daripada mencari pertolongan dari internet, lebih baik aku mencari pertolongan dari Tuhan. "Mintalah agar Tuhan menolongmu menyaring isi surat itu," katanya. "Mintalah Tuhan menolongmu untuk berpegang pada kebenaran dan menyingkapkan semua hal yang tidak benar di dalamnya. Bertanyalah pada Tuhan adakah kebohongan yang sedang coba ditanamkan si jahat tentang dirimu melalui surat temanmu itu."

Sarannya mengingatkanku pada amsal yang berkata: "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak" (Amsal 25:11). Mendengarkan nasihat orang itu baik (ayat 12), tetapi kita harus meminta Tuhan menolong kita untuk bisa membedakan apakah sebuah kritik itu benar. Jika orang yang memberi kritik itu tulus, sekalipun perkataannya menegur dan menunjukkan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam hidup kita, kritik itu akan membawa kesejukan di hati (ayat 13). Di sisi lain, sebelum kamu sendiri menegur atau mengritik temanmu, pikirkanlah cara penyampaian yang baik, agar yang kamu sampaikan benar-benar dapat membangun, bukan menyakitinya.

Untuk direnungkan:
Bagaimana kita dapat menjadi serupa Kristus dalam cara kita menyampaikan teguran/kritik?

diadaptasi dari ODJ: toughest critic

0 komentar:

Posting Komentar