Santapan Rohani Hari Ini: Penciptaan Kembali

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Penciptaan Kembali


Penciptaan Kembali

Posted: 23 Oct 2013 10:00 AM PDT

Kamis, 24 Oktober 2013

Penciptaan Kembali

Baca: 2 Korintus 5:12-21

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. —2 Korintus 5:17

Kehidupan Chris Simpson dahulu dipenuhi kebencian. Setelah ia dan istrinya kehilangan anak sulung mereka, Chris merasa bingung dan menjadi pemarah. Ia pun melampiaskan kemarahan itu terhadap beragam kelompok etnis yang berbeda darinya dan memenuhi seluruh tubuhnya dengan tato yang penuh dengan pesan kebencian.

Namun setelah mendengar putranya mempunyai sikap yang meniru kebenciannya, Simpson pun sadar ia harus berubah. Ia menyaksikan sebuah film Kristen tentang nilai-nilai keberanian dan mulai menghadiri ibadah di gereja. Satu bulan kemudian ia dibaptis sebagai pengikut Yesus Kristus. Simpson sekarang menjadi seorang manusia baru. Ia pun memutuskan untuk menghapus tato-tatonya, suatu proses yang mahal dan menyakitkan demi tekadnya menanggalkan kebenciannya di masa lalu.

Rasul Paulus mengalami sendiri perubahan yang luar biasa mendalam ini. Ia pernah membenci Yesus dan menganiaya para pengikut-Nya (Kis. 22:4-5; 1Kor. 15:9). Namun suatu perjumpaan pribadi dan penyatuan rohani dengan Kristus (Kis. 9:1-20) mengubah semua itu, dan ini mendorong Paulus untuk mengkaji ulang hidupnya menurut apa yang telah dilakukan Yesus di atas kayu salib. Penyatuan dengan Kristus ini menjadikan Paulus seorang manusia baru. Manusia lama yang penuh dosa, kematian, dan egoisme telah berlalu dan digantikan oleh suatu awal yang baru, perjanjian yang baru, pandangan dan cara hidup yang baru.

Mengikut Yesus bukanlah sekadar membuka lembaran baru, melainkan awal dari suatu kehidupan baru yang dipimpin oleh Tuan yang baru. —MLW

Untuk Direnungkan Lebih Lanjut
Apakah buktinya penyatuan saya dengan Kristus telah mengubah
kemanusiaan saya yang lama? Adakah tanda-tanda bahwa
saya tidak sama lagi seperti diri saya yang sebelumnya?

Hidup di dalam Kristus bukan rehabilitasi, melainkan diciptakan kembali.

Ketika Kamu Berkaca

Posted: 23 Oct 2013 01:00 AM PDT

Oleh Lavinia

Ketika kamu berkaca, apakah yang kamu perhatikan? Bentuk mata, hidung, rambut, atau jerawat? Ketika semakin lama kamu perhatikan, bagaimana perasaanmu? Apakah kamu menyukai wajahmu sendiri? Pernahkah kamu berharap kamu orang lain?

Apakah kamu mempunyai idola? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idola adalah orang, gambar, patung, dan sebagainya, yang menjadi pujaan. Saat kita memiliki idola, kita ingin sekali menjadi sama sepertinya, mengikuti caranya berpakaian, berjalan, apa saja yang disukainya pasti akan kita tiru.

Tidak salah memiliki idola, karena banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari mereka. Tapi yang sering terjadi, seberapa besar pun usaha kita berkaca pada mereka, kita tidak akan pernah menjadi sama seperti mereka. Itulah saatnya kita putus asa dan pada akhirnya mengasihani diri sendiri dengan bertanya “Mengapa aku tidak dapat menjadi seperti mereka?”

Seseorang yang kita idolakan tidak harus orang di layar lebar, musik, ataupun atlet. Coba kita lihat teman-teman di sekitar kita. Pernahkah ketika melihat mereka, hatimu berkata, “Andai saya seperti dia ya, punya banyak teman, semua orang suka sama dia, keluarganya tidak seperti saya, punya uang banyak.” Sampai pada suatu titik, ketika kita memiliki banyak ‘idola’ yang kita anggap sebagai teladan.

Saya teringat doa almarhum ayah dari salah satu teman saya yang berbunyi, “Tuhan, berkatilah kaum muda ini. Kami spesial di mata-Mu, masing-masing dari kami unik, tidak ada yang sama. Kami seperti bagian puzzle dalam suatu gambar. Tidak ada satu pun dari kami yang sama.” Saat itu saya tersentak, karena saat itu saya baru menyadari bahwa tidak ada orang lain di dunia ini yang sama seperti saya. Mungkin nama kita sama, tetapi karakter, kepribadian, atau bahkan cara kita tertawa berbeda.

Mungkin kadang kita bertanya, “Apa sih yang bisa saya lakukan? Apa hal baik yang ada pada diri saya?” Tapi, marilah kita berpikir lagi. Masa iya tidak ada? Sama sekali? Ada, pasti ada! Tetapi karena kita sering membandingkan kemampuan kita, wajah kita, tubuh kita dengan orang lain, hasilnya akan selalu kurang. Ketika kita selalu berkaca pada orang lain, kita malah lupa berkaca pada diri sendiri.

Ketika kita merasa senantiasa kurang dari orang lain, sesungguhnya kita sedang berdosa. Mengapa? Mungkin kita membayangkan, “Dosa kan kalau mencuri, atau berbohong. Tidak ada hukumnya kalau kita gak ‘pede’, kita berdosa." Tapi coba bayangkan, Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kamu dan saya. Di salib itu, Dia telah membuat kita kudus, mulia, dan sempurna. Akan sia-sia sekali arti salib kalau kita selalu memandang diri sendiri lebih rendah dari yang lain.

Kita semua adalah bagian dari puzzle suatu gambar. Gambar itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam hidup ini. Tuhan butuh kita untuk menggenapi janji-Nya, untuk melakukan rencana-Nya. Kalau bagian puzzle suatu gambar semua sama, gambar itu tidak akan terbentuk. Tuhan sudah membentuk kita dari semula, dari kandungan ibu kita masing-masing dengan keunikan kita. Rancangan-Nya tidak ada yang gagal, semuanya sempurna. Ketika kita melihat wajah kita, tangan kita, kaki kita, atau tubuh kita, tidak ada satu pun karya-Nya yang gagal. Semuanya adalah sempurna di mata-Nya dan patutlah kita juga melihat diri kita sempurna di hadapan-Nya, karena Dia yang telah menyempurnakan kita.

Mazmur 139:13-16
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

0 komentar:

Posting Komentar