Santapan Rohani Hari Ini: Hari Terburuk

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Hari Terburuk


Hari Terburuk

Posted: 25 Jun 2013 10:00 AM PDT

Rabu, 26 Juni 2013

Hari Terburuk

Baca: Ayub 7:11-21

Aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku. —Ayub 7:11

Di bulan Mei 2011, seorang wanita muda berlindung di dalam bak mandinya selama terjangan tornado yang menghancurkan Joplin, Missouri, kota tempat tinggalnya. Sang suami melindungi tubuh wanita itu dengan tubuhnya dan menerima setiap hantaman dari puing-puing yang berterbangan. Suaminya itu pun meninggal, dan wanita ini diselamatkan oleh tindakan heroik sang suami. Wajar jika si wanita ini bergumul dengan pertanyaan, “Mengapa?” Namun setahun kemudian, ia bisa mengatakan dirinya terhibur oleh kenyataan bahwa di seburuk apa pun hari dalam hidupnya, ia sungguh dikasihi.

Saat berpikir tentang “hari terburuk”, saya segera teringat tentang Ayub. Sebagai seorang yang mengasihi Allah, Ayub kehilangan semua ternak, pelayan, dan kesepuluh anaknya dalam satu hari! (Ayb. 1:13-19). Ayub sangat berduka, dan ia juga mengajukan pertanyaan “Mengapa?” Ia berseru, “Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau . . . ? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu?” (7:20). Sahabat-sahabat Ayub menuduhnya telah berbuat dosa dan berpendapat bahwa ia layak tertimpa segala masalah itu, tetapi Allah berkata kepada mereka: “Kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (42:7). Allah tidak menerangkan kepada Ayub mengapa ia menderita, tetapi Dia mendengarkan Ayub dan tak menyalahkan Ayub atas setiap pertanyaannya. Allah meyakinkan Ayub bahwa Dia tetap memegang kendali atas segala sesuatu, dan Ayub percaya kepada-Nya (42:1-6).

Tuhan mungkin tidak memberikan alasan mengapa kita menderita. Namun, syukurlah, di hari terburuk kita sekalipun, kita dapat meyakini dengan pasti bahwa kita dikasihi oleh-Nya (Rm. 8:35-39). —AMC

Kami bersyukur, Bapa, Engkau mengetahui hati kami saat suka
maupun duka. Terima kasih Engkau tidak pernah meninggalkan
kami atau mengabaikan kami, seperti yang dikatakan firman-Mu.
Tolong rangkul kami dengan erat dalam kesulitan yang kami jalani.

Kasih Allah tidak menghindarkan kita dari kesulitan, tetapi membimbing kita dalam melaluinya.

Ulasan Buku: Tinggal Dalam Hadirat-Mu

Posted: 25 Jun 2013 01:00 AM PDT

Ulasan oleh Elise Kartika

Judul: Tinggal dalam Hadirat-Mu
Penulis: Pdt. Yohan Candawasa
Penerbit: Pioner Jaya

Banyak orang kehilangan pegangan, tatkala mereka mengalami dan bersentuhan dengan penderitaan, kehilangan, dan rasa sakit. Banyak orang murtad, dan tak sedikit yang meninggalkan Allah. Namun banyak juga yang mengalami kemenangan atas penderitaan, sekalipun penderitaan itu tak diambil daripadanya.

"Tinggal Dalam Hadirat-Mu" merupakan buku baru yang mengumpulkan khotbah-khotbah Pdt. Yohan Candawasa. Tema yang diambil masih seputar kehilangan, penderitaan, masalah, dan Allah. Dengan pengalaman yang diambil dari penulis-penulis terkenal seperti Philip Yancey, hingga jemaat yang dilayani oleh Pdt. Yohan Candawasa, buku ini menjadi begitu hidup.

Penderitaan akan selalu ada. Life is difficult, but God has always been good. Ungkapan yang klise, tetapi pada akhirnya, yang menemukan Allah dalam kehilangan mereka akan mengakui bahwa Allah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita memang tidak dapat menyelami atau memahami jalan Tuhan melalui penderitaan, kehilangan, atau rasa sakit. Dan sangat manusiawi jika kita bertanya alasan atas dukacita itu. Namun, melalui buku ini, Pdt. Yohan Candawasa mendorong kita untuk belajar mengganti pertanyaan "mengapa?" menjadi "siapakah Allah?"

Tuhan Yesus, Yusuf, dan Ayub adalah contoh hidup dari Alkitab. Sekalipun penderitaan melanda hidup mereka, tetapi mereka tetap percaya kepada Allah yang memegang dan menguasai alam semesta––juga memegang hidup kita, anak-anak-Nya. Jalan Allah tidak selalu dapat dimengerti, tetapi kita tetap dapat berpegang pada pribadi Allah yang merancangkan jalan tersebut. Allah yang merelakan Tuhan Yesus disalibkan, karena kasih-Nya bagi kita demi menebus dosa kita, adalah Allah yang kita panggil Bapa. Ketika mengalami penderitaan dan kehilangan, janganlah kita larut dalam pengertian kita dan perasaan kita, tetapi mengarahkan mata dan hati kita ke hadirat-Nya. (ek)

Tulisan ini telah melalui proses penyuntingan oleh tim editorial warungsatekamu.org.

0 komentar:

Posting Komentar