(e-SH) 7 November -- Yesaya 23:1-18 - Kesombongan yang Menghancurkan

Posted On // Leave a Comment

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
                        e-Santapan Harian
      Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA

Tanggal: Sabtu, 7 November 2020
Ayat SH: Yesaya 23:1-18

Judul: Kesombongan yang Menghancurkan

Kesombongan sering kali menjadi pemisah dalam sebuah relasi. Sebab, kesombongan membuat kita merasa lebih baik daripada orang lain. Ironisnya, manusia berani menyombongkan diri di hadapan Allah Yang Mahakuasa dan Empunya segalanya. Jadi, tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa kesombongan manusia mendahului kejatuhannya di dalam dosa.

Kesombongan itulah yang dilakukan oleh penduduk Tirus dan Sidon sehingga Allah menghukum mereka (9). Kedua kota ini maju, menjadi pusat perdagangan, dan memiliki pelabuhan terbesar pada masa itu. Kehidupan penduduknya sangat sejahtera karena memiliki kekayaan besar.

Sayangnya, kekayaan itu hanya sebatas materi, tidak diikuti dengan kekayaan moral.Hati dan perbuatan mereka penuh dengan kejahatan. Tidak heran jika banyak nabi yang diutus Allah untuk menegur mereka. Misalnya, Yeremia, Yehezkiel, Yoel, Amos, Zakharia, dan termasuk Yesaya. Tujuannya supaya mereka bertobat dan terhindar dari penghukuman Allah. Namun, mereka tidak mau mendengarkan teguran itu. Mereka justru semakin tenggelam dalam kejahatan dan tidak mau bertobat. Akibatnya, Allah menyatakan penghukuman-Nya.

Allah tidak menyukai kesombongan. Sebab, hal itu merusak atau memisahkan relasi antara kita dengan-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita mencoba memeriksa hati dan mengevaluasi diri. Adakah kesombongan dalam hati kita? Adakah kita menyadari bahwa kita mulai tidak melibatkan Allah dalam rencana hidup kita? Apakah kita tidak pernah lagi melibatkan Allah dalam mengambil keputusan penting dalam hidup kita? Apakah kita sudah merasa mampu mengatasi semua persoalan hidup seorang diri saja dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri? Jika ya, mari kita mohon ampun pada Allah dan bertobat, sebab itu adalah tanda dan bentuk kesombongan kita.

Sesungguhnya, kita lemah dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah. Oleh karena itu, mari kita tinggalkan kesombongan dan bergantung penuh kepada-Nya. [ABL]

e-SH versi web:https://www.sabda.org/publikasi/sh/2020/11/07/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: https://alkitab.sabda.org/?Yesaya+23:1-18
Mobile: https://alkitab.mobi/tb/passage/Yesaya+23:1-18

Yesaya 23:1-18

 1  Ucapan ilahi tentang Tirus. Merataplah, hai kapal-kapal Tarsis, sebab Tirus sudah rusak, tiada lagi rumahmu atau pangkalanmu! Ketika mereka masih di negeri orang Kitim telah dinyatakan hal itu kepada mereka.
 2  Berdiam dirilah, hai penduduk tanah pesisir, hai saudagar Sidon, suruhan-suruhanmu mengarungi laut, dan berlayar di samudera besar;
 3  barang-barang yang dimasukkan ke Sidon ialah gandum dari Sihor, dan panen daerah Nil, sehingga kota itu menjadi pasar bagi bangsa-bangsa.
 4  Tahulah malu hai Sidon, sebab laut, benteng laut, berbicara, katanya: "Aku tidak pernah menggeliat sakit dan tidak melahirkan, aku tidak pernah membesarkan anak-anak teruna, dan tidak mengasuh anak-anak dara."
 5  Apabila kabar tentang Tirus itu sampai ke Mesir, mereka akan gemetar mendengarnya.
 6  Mengungsilah ke Tarsis, merataplah, hai penduduk tanah pesisir!
 7  Inikah kotamu yang beria-ria, yang asalnya dari zaman purbakala? Orangnya telah melawat ke tempat yang jauh untuk merantau ke sana.
 8  Siapakah yang memutuskan ini atas Tirus, kota yang pernah menghadiahkan mahkota, yang saudagar-saudagarnya pembesar-pembesar dan pedagang-pedagangnya orang-orang mulia di bumi?
 9  TUHAN semesta alam yang telah memutuskannya untuk mematahkan kesombongan, untuk menghinakan segala yang permai dan semua orang mulia di bumi.
10  Kerjakanlah ladangmu seperti di tepi sungai Nil, hai puteri Tarsis, sudah tidak ada lagi galangan-galangan kapal!
11  TUHAN telah mengacungkan tangan-Nya terhadap laut dan membuat kerajaan-kerajaan gemetar; Ia telah memberi perintah mengenai Kanaan untuk memusnahkan benteng-bentengnya.
12  Dan ia telah berfirman: "Engkau tidak akan beria-ria lagi, hai anak dara yang digagahi, hai puteri Sidon! Bangkitlah, mengungsilah kepada orang Kitim! Di sanapun juga tidak akan ada tempat yang senang bagimu."
13  Lihat negeri orang Kasdim! Bangsa itulah yang melakukannya, bukan orang Asyur. Mereka telah menyerahkan Tirus kepada binatang-binatang gurun, mereka telah mendirikan menara-menara pengepungan dan telah meratakan puri-puri kota itu dan membuat kota itu menjadi reruntuhan.
14  Merataplah, hai kapal-kapal Tarsis, sebab sudah dirusakkan bentengmu!
15  Pada waktu itu Tirus akan dilupakan tujuh puluh tahun lamanya, sama dengan umur seorang raja. Sesudah lewat tujuh puluh tahun, akan terjadi kepada Tirus seperti terjadi kepada perempuan sundal dalam nyanyian ini:
16  "Ambillah kecapi, kelilingilah kota, hai sundal yang dilupakan! Petiklah baik-baik, bernyanyilah banyak-banyak, supaya engkau diingat orang."
17  Dan sesudah lewat tujuh puluh tahun, TUHAN akan memperhatikan Tirus, sehingga ia kembali mendapat upah sundalnya, dan ia akan bersundal dengan segala kerajaan yang ada di muka bumi.
18  Labanya dan upah sundalnya akan kudus bagi TUHAN, tidak akan ditahan atau disimpan, tetapi dengan labanya itu akan disediakan makanan yang cukup dan pakaian yang indah bagi orang-orang yang diam di hadapan TUHAN.


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Scripture Union Indonesia
e-SH  Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
- - -
Anda diberkati melalui Santapan Harian?
Mari mendukung pelayanan Yayasan Pancar Pijar Alkitab (PPA)
Rekening BCA cab Pintu Air no. 106.30066.22 an. Yay Pancar Pijar Alkitab

0 komentar:

Posting Komentar