Santapan Rohani Hari Ini: Ciptaan Baru

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Ciptaan Baru


Ciptaan Baru

Posted: 25 Sep 2015 10:00 AM PDT

Sabtu, 26 September 2015

Ciptaan Baru

Baca: Kisah Para Rasul 9:10-22

9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!”

9:11 Firman Tuhan: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,

9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.”

9:13 Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.

9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”

9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”

9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”

9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.

9:19 Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. (9-19b) Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.

9:20 Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

9:21 Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: “Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?”

9:22 Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. —2 Korintus 5:17

Ciptaan Baru

Pada saat saya baru mulai bekerja, saya mempunyai seorang rekan kerja yang senang sekali menggunakan nama Tuhan sebagai sumpah serapah. Tanpa rasa bersalah, ia mengejek orang Kristen yang baru percaya atau mereka yang mencoba berbicara tentang Yesus kepadanya. Pada hari saya keluar dari pekerjaan itu untuk pindah ke komunitas dan tempat kerja yang baru, saya teringat pernah berpikir bahwa orang itu tak akan mungkin menjadi pengikut Yesus.

Dua tahun kemudian saya mengunjungi kantor itu lagi. Rekan itu masih bekerja di sana, tetapi saya belum pernah menyaksikan ada perubahan dalam diri seseorang sebesar yang dialami oleh rekan itu! Dahulu ia sangat membenci iman Kristen, tetapi kemudian ia menjadi bukti hidup dari “ciptaan baru” di dalam Kristus (2Kor. 5:17). Dan sekarang, lebih dari 30 tahun kemudian, ia masih menceritakan kepada orang lain kisah tentang Yesus yang menjumpainya ketika ia masih hidup dalam dosa.

Saya membayangkan perubahan itulah yang dilihat oleh jemaat Kristen mula-mula dalam diri Paulus, seseorang yang sebelumnya pernah menganiaya mereka. Paulus menjadi bukti tak terbantahkan dari seseorang yang menjadi ciptaan baru (Kis. 9:1-22). Alangkah besarnya pengharapan yang ditunjukkan oleh kehidupan kedua orang di atas kepada orang-orang yang berpikir bahwa diri mereka tidak mungkin diselamatkan!

Yesus telah mencari Paulus dan juga mantan rekan kerja saya. Dia juga mencari saya. Hingga hari ini Yesus terus menjangkau jiwa-jiwa yang “tak terjangkau” dan Dia memberikan teladan bagaimana kita juga dapat menjangkau sesama kita. —Randy Kilgore

Tuhan, aku ingin belajar menjangkau sesama dan berbagi kasih dan pengampunan-Mu dengan mereka. Ajar dan tolong aku untuk melangkah dalam iman yang teguh kepada-Mu.

Tak ada seorang pun yang berada di luar jangkauan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 1-2; Galatia 5

5 Kesalahan yang (Mungkin) Sering Kita Lakukan dalam Membagikan Iman

Posted: 25 Sep 2015 02:00 AM PDT

Diadaptasi dari tulisan James Bunyan
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: Sharing Our Faith – What Not To Do

Sharing-the-Gospel--How-not-to-do-it!

Membagikan iman kita tidak selalu mudah.

Kekristenan adalah iman yang menular. Sayangnya, dalam dunia yang sarat dengan kemudahan komunikasi dan ratusan kepercayaan lain, membagikan Injil kepada keluarga, sahabat, dokter gigi, tukang sampah, rekan kerja, musuh, supir taksi, teman satu tim, atau orang lain seringkali tidak seperti yang kita bayangkan. Kita pun tidak habis mengerti mengapa bisa demikian.

Setidaknya ada 5 kesalahan umum yang menurutku sering kita lakukan sebagai orang Kristen saat berinteraksi dengan orang yang punya paham atau pandangan-dunia berbeda.

Kesalahan 1: Banyak bicara, sedikit mendengarkan.
Kita berpikir:
Lawan bicara kita pasti tidak tahu apa-apa soal iman, jadi kita berusaha mencerahkan pemikiran mereka dengan mendominasi percakapan. Lagipula, bukankah mereka butuh mendengar tentang Yesus? Bagaimana mereka akan mengenal Yesus jika kita hanya duduk manis dan mendengarkan? Mungkin kita bahkan harus mengarahkan mereka kembali jika mereka mulai mengganti topik pembicaraan.
BAYANGKANLAH BEDANYA JIKA kita menjadi orang Kristen yang berani menanyakan pendapat orang lain dan dengan rendah hati bersedia lebih banyak mendengarkan daripada menguliahi mereka; menyadari bahwa ada banyak hal yang dapat dipelajari dan diafirmasi dalam diri orang lain.

Kesalahan 2: Selalu berusaha memenangkan pembicaraan dengan cara apapun.
Kita berpikir
: Ketika kita berbicara tentang iman kepada orang lain, kebenaran Injil sedang dipertaruhkan! Kekristenan sedang diperhadapkan dengan kepercayaan lain yang tidak masuk akal, jadi jangan sampai Yesus kalah! Gunakan semua kemampuan kita dalam meyakinkan orang, menunjukkan bukti-bukti logis, dan memberi nasihat (bila perlu dengan nada yang keras). Facebook bisa dibilang sarana terbaik dalam hal ini, karena kita bisa menulis sebanyak yang kita mau tanpa perlu memperhatikan situasi orang lain atau memahami mereka sebagai sesama manusia biasa.
BAYANGKANLAH BEDANYA JIKA kita menjadi orang Kristen yang tulus menghargai orang lain sebagai pribadi ciptaan Tuhan yang memiliki nilai dan martabat sama dengan kita. Kita mau bersabar dan memenangkan hati orang lebih daripada sekadar memenangkan perdebatan.

Kesalahan 3: Hanya bicara teori atau konsep-konsep yang abstrak.
Kita berpikir:
Ketika berbicara tentang iman, kita tidak perlu sampai membahas tentang penerapannya atau tentang apa yang sedang diajarkan Yesus kepada kita hari ini. Orang mungkin akan menganggap kita aneh. Akan memalukan bila mereka tahu bahwa orang-orang Kristen itu tidak sempurna hidupnya, dan kita bisa kalah bicara dari mereka.
BAYANGKANLAH BEDANYA JIKA kita menjadi orang Kristen yang dapat menceritakan apa kaitannya Yesus dengan hidup kita hari ini. Kita berusaha menjalani hidup sebaik mungkin karena kita tahu pentingnya konsistensi antara iman dan praktik hidup, namun pada saat yang sama kita juga mengakui betapa kita lemah dan membutuhkan pertolongan Yesus.

Kesalahan 4: Menghindari pembicaraan tentang Yesus atau Alkitab
Kita berpikir
: Jika mereka mempunyai pandangan-dunia yang berbeda, mereka tidak mempercayai Yesus, tidak ada gunanya berbicara tentang Yesus. Lagipula, sebagian perkataan Yesus memang aneh dan membuat kita tidak terlihat terlalu baik; Dia juga bicara soal malaikat, kekerasan, dan neraka. Lebih baik kita bicara tentang "mencari identitas sejati" dan "tidak ada yang sempurna"—topik-topik yang dapat diterima semua orang.
BAYANGKANLAH BEDANYA JIKA kita menjadi orang Kristen yang menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk memberitakan tentang Yesus yang kita kasihi—yang kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah—dengan kesadaran penuh bahwa hanya Yesus yang berkuasa menumbuhkan dan menyempurnakan iman melalui apa yang kita beritakan.

Kesalahan 5: Berusaha menjejalkan pemberitaan Injil ke dalam satu percakapan.
Kita berpikir
: Kita adalah harapan terakhir bagi orang lain untuk mengenal Kristus! Jadi, pastikan kita menceritakan semua keyakinan kita tanpa terkecuali, meski kelihatannya lawan bicara kita tidak terlalu tertarik untuk mendengarkan. Jika perlu, ikuti mereka ke mana pun mereka pergi, sampai kita bisa menyelesaikan semua yang harus kita beritakan.
BAYANGKANLAH BEDANYA JIKA kita menjadi orang Kristen yang tidak berusaha menjejalkan seluruh berita Injil dalam setiap percakapan, karena menyadari bahwa tiap orang memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda untuk menerima Injil. Kita mengerjakan bagian kita sebagai bagian dari mata rantai pemberitaan Injil sebaik mungkin dan percaya bahwa Roh Kudus dapat menggunakan berbagai kesempatan untuk membawa orang mendekat kepada-Nya.

Membagikan iman dengan cara-cara yang keliru jelas tidak akan berhasil. Kamu mungkin sudah pernah mengalaminya. Namun, banyak di antara kita masih saja mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan terbesar kita adalah kurang menghargai orang lain sebagai sesama manusia yang diciptakan berharga, serupa dan segambar dengan Allah. Akibatnya, yang ditangkap orang bukanlah berita Injilnya, melainkan kesan bahwa orang-orang Kristen itu tidak suka mendengarkan orang lain, tidak peduli, dan berpikiran tertutup. Parahnya lagi, ada kesan bahwa orang Kristen menganggap mereka yang punya pandangan berbeda sebagai orang bodoh dan tidak layak diajak bicara.

Kontras dengan itu, catatan kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah berbicara kepada dua orang yang berbeda dengan cara yang persis sama. Apakah itu karena Dia memahami bahwa cara pandang tiap orang itu unik dan selayaknya dihargai? Mungkin Dia ingin kita belajar bahwa membagikan iman itu tidak sama dengan sekadar memindahkan informasi kepada orang lain. Membagikan iman justru menunjukkan betapa kita menghargai sesama manusia. Kita memahami pergumulan mereka sebagai sesama manusia yang berdosa. Kita ingin mereka tidak hidup sia-sia, sehingga kita mengundang mereka untuk ikut mengalami kebaikan terbesar dalam hidup yang telah kita terima dalam Kristus. Membagikan iman dengan cara yang relevan bagi orang-orang yang kita temui tidaklah sesederhana mengikuti sebuah resep atau menghafalkan sebuah metode. Kita perlu terus berlatih dengan penuh kesabaran.

Tetapi, bukankah itu membuat perjalanan kita membagikan iman menjadi jauh lebih seru?

0 komentar:

Posting Komentar