Santapan Rohani Hari Ini: Bau Harum dan Sepucuk Surat

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Bau Harum dan Sepucuk Surat


Bau Harum dan Sepucuk Surat

Posted: 08 Sep 2015 10:00 AM PDT

Rabu, 9 September 2015

Bau Harum dan Sepucuk Surat

Baca: 2 Korintus 2:14-3:3

2:14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.

2:15 Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.

2:16 Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?

2:17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

3:1 Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu?

3:2 Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.

3:3 Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.

Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus. —2 Korintus 2:15

Bau Harum dan Sepucuk Surat

Setiap kali saya mendekati tanaman bunga mawar atau suatu rangkaian bunga, saya tidak mampu melawan godaan untuk mencium sekuntum bunga itu dan menikmati wanginya. Aroma bunga yang segar begitu menyenangkan hati saya dan memicu perasaan yang nyaman di dalam diri saya.

Dalam suratnya kepada umat Kristen di Korintus berabad-abad yang lalu, Rasul Paulus mengatakan bahwa karena kita adalah kepunyaan Kristus, “Allah memakai [kita] supaya berita mengenai Kristus tersebar seperti bau harum yang semerbak ke mana-mana.” (2Kor. 2:14 BIS). Dengan kekuatan-Nya, kita bisa hidup dalam kemenangan, menggantikan keegoisan kita dengan kasih dan kebaikan-Nya, serta menyatakan kabar baik tentang keselamatan-Nya. Ketika kita melakukannya, kita benar-benar menjadi wewangian yang harum bagi Allah.

Paulus kemudian berpindah pada gambaran yang kedua ketika melukiskan umat Kristen sebagai “surat Kristus” (3:3). Surat tentang kehidupan kita tidaklah ditulis dengan tinta biasa, melainkan oleh Roh Allah. Allah mengubah kita dengan cara menuliskan firman-Nya di dalam hati kita agar orang lain bisa membacanya.

Kedua gambaran tadi mendorong kita untuk mengizinkan keindahan Kristus tampak di dalam kita agar kita bisa mengarahkan orang lain kepada-Nya. Dialah Tuhan, seperti ditulis Paulus dalam Efesus 5:2, yang “telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” —Lawrence Darmani

Tuhan, biarlah keindahan-Mu mengisi hidupku, sehingga aku boleh menarik orang lain datang kepada-Mu. Tolonglah aku berjalan begitu rupa sehingga keharuman kasih-Mu tersebar luas kepada orang lain.

Perbuatan kita memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada perkataan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 6-7; 2 Korintus 2

Jeritan Bisu Aylan

Posted: 08 Sep 2015 02:00 AM PDT

Penulis: Joanna Hor
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: Aylan's Silent Scream

Aylan-Silent-Scream

Sebuah foto yang melukiskan seribu kata: foto seorang bocah laki-laki Suriah berusia 3 tahun, tertelungkup di pinggir sebuah pantai di Turki. Bocah itu bernama Aylan Kurdi.

Minggu lalu, dunia digemparkan oleh gambar jasad Aylan yang tersapu ombak dan terdampar di pantai Bodrum. Ia tewas tenggelam—bersama dengan kakak laki-lakinya yang berusia 5 tahun dan ibunya yang berusia 35 tahun—setelah perahu karet kecil mereka terbalik dihempas ombak laut Mediterania. Hari itu tanggal 2 September, dan mereka sedang dalam perjalanan mengungsi dari Turki menuju Yunani. Ayah Aylan adalah satu-satunya anggota keluarga yang masih bertahan hidup.

Potret jasad mungil yang membuat hati miris itu membuat krisis pengungsi Suriah yang telah terjadi selama bertahun-tahun menjadi begitu dekat dan nyata bagi semua orang. Fotografer dari kantor berita Dogan di Turki yang memotret jasad Aylan menggambarkan bagaimana darahnya terasa "beku" saat melihat bocah itu tertelungkup di pantai, dan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah "menyuarakan jeritannya kepada dunia".

Kematian Aylan jelas bukan sekadar sebuah tragedi yang kebetulan terjadi. Sebagaimana yang dikemukakan banyak pengamat, peristiwa ini menunjukkan dampak dari sikap yang pasif dan tidak peduli dari banyak negara yang lebih kaya, namun enggan membantu jutaan pengungsi yang keluar dari tanah air mereka di Timur Tengah dan Afrika karena perang untuk menemukan kehidupan baru di tempat lain.

Sejumlah negara di wilayah sekitar Suriah dikritik habis-habisan karena memberikan sangat sedikit bantuan—seperti menyediakan tempat penampungan—bagi para pengungsi. Beberapa negara beralasan bahwa arus besar pengungsi akan mengacaukan keseimbangan ras dan agama dalam populasi mereka. Seorang pemimpin gereja bahkan dikabarkan sempat menolak untuk menampung pengungsi dengan alasan tidak ingin dianggap terlibat dalam "perdagangan manusia".

Namun, kematian Aylan tampaknya telah mengubah hati banyak orang. Foto-foto Aylan telah meningkatkan kesadaran publik tentang situasi di Suriah dan menggalang banyak dukungan untuk para pengungsi dari berbagai wilayah Eropa. Inggris Raya, misalnya, telah mengatakan bahwa mereka akan menerima lebih banyak pengungsi Suriah, sementara Paus Francis mendorong institusi-institusi Katolik di seluruh Eropa untuk memberikan tempat penampungan bagi para pengungsi itu. Di dunia maya, perhatian masyarakat banyak tampak jelas dengan membanjirnya tagar #refugeeswelcome di Twitter.

Tanggapan luas yang diberikan terhadap krisis kemanusiaan yang memilukan hati tersebut sungguh menggugah semangat. Kita diingatkan bahwa masalah yang ada hanya bisa dituntaskan bila ada kerjasama dari berbagai pihak—dan bahwa gereja seharusnya berada di garis depan dalam perjuangan ini.

Yakobus 1:27 memberitahu kita, "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”

Jika kamu adalah seorang Kristen yang tinggal di salah satu negara Eropa yang telah berkomitmen untuk menerima para pengungsi, maukah kamu ikut ambil bagian memberikan bantuan sesuai dengan kapasitasmu?

Bagaimana bila kamu tinggal puluhan ribu kilometer jauhnya dari lokasi para pengungsi, apa yang dapat kamu lakukan? Mungkin ini pertama kalinya kamu mendengar bahwa ada krisis di Suriah. Ambillah waktu beberapa menit untuk membaca berita tentang apa yang terjadi di sana. Mungkin kamu akan tergerak mendoakan agar ada perdamaian di Suriah, mendoakan agar penganiayaan yang terjadi di sana dapat berakhir, dan agar Tuhan memberi kekuatan bagi orang-orang yang tengah bekerja keras memberikan bantuan bagi para korban.

Atau, mungkin kamu akan tergugah untuk mencari tahu apa saja upaya penanganan masalah pengungsi yang sedang dilakukan di sekitar tempat tinggalmu dan bagaimana kamu dapat mendukung pekerjaan kemanusiaan itu dengan berbagai cara, misalnya dengan menyumbangkan uang, menggalang dana, menjadi sukarelawan, menyebarluaskan informasi, dan sebagainya.

Semoga jeritan bisu Aylan tidak menjadi sia-sia.

Sumber Foto: Reporter ABC News, Muhammad Lila

 
Krisis Pengungsi di Suriah
Jutaan orang telah meninggalkan kampung halaman mereka karena perang saudara di Suriah dan munculnya ISIS. Jumlah pengungsi yang mencapai sekitar 12 juta jiwa ini disebut-sebut sebagai bencana kemanusiaan terburuk dalam generasi kita.

Perang saudara Suriah dimulai pada awal 2011, setelah kekerasan yang dilakukan rezim pemerintah menuai berbagai aksi protes dari masyarakat yang menentang pemerintah. Separuh dari 12 juta orang yang harus mengungsi akibat perang itu diyakini adalah anak-anak.

Selama beberapa tahun terakhir, ratusan ribu pengungsi telah berusaha menyeberangi Timur Tengah menuju wilayah barat, dengan harapan dapat memulai kehidupan yang baru di Eropa.

0 komentar:

Posting Komentar