Santapan Rohani Hari Ini: Master Catur |
Posted: 04 Aug 2015 10:00 AM PDT Rabu, 5 Agustus 2015 Baca: Roma 8:18-258:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. 8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. —2 Petrus 3:13 Semasa di SMA, saya sangat bangga pada kemahiran saya bermain catur. Saya bergabung dengan klub catur, dan saat istirahat makan siang saya biasa duduk bersama sesama anggota klub untuk membahas buku-buku catur seperti Classic King Pawn Openings (Pembukaan Bidak Raja Klasik). Saya mempelajari teknik permainannya dan memenangi sebagian besar pertandingan yang saya ikuti, tetapi setelah itu saya tidak lagi bermain catur selama 20 tahun. Suatu waktu saya bertemu dengan seorang pecatur hebat yang terus mengasah keahliannya sejak SMA, dan saat itulah saya merasakan bagaimana bertanding melawan seorang master. Meskipun saya sepenuhnya bebas menentukan langkah, tetap saja strategi saya tidak berarti banyak. Kemampuan beliau yang lebih unggul dari saya memastikan bahwa langkah-langkah yang saya ambil untuk menang justru pada akhirnya menggenapi kemenangan lawan saya itu. Rasanya ada pelajaran iman bagi kita dalam gambaran itu. Allah memberi kita kebebasan untuk menentang rancangan-Nya yang mula-mula. Namun meski kita berbuat demikian, pada akhirnya, kita justru menggenapi pemulihan yang dimaksudkan-Nya (Rm. 8:21; 2Ptr. 3:13; Why. 21:1). Cara pandang saya terhadap apa yang baik dan buruk pun berubah. Hal-hal yang baik—kesehatan, talenta, dan uang—dapat saya persembahkan kepada Allah untuk memenuhi tujuan-Nya. Dan hal-hal yang buruk— keterbatasan fisik, kemiskinan, keretakan keluarga, kegagalan—dapat “dipakai” sebagai sarana yang justru mendekatkan saya kepada Allah. Bagaimanapun keadaan yang tengah kita hadapi, bersama Allah, Sang Grand Master, kemenangan kita telah dijamin. —Philip Yancey Bapa, aku bersyukur karena dalam segala keadaan, tujuan-Mu selalu tergenapi. Kiranya aku belajar terbuka menerima apa pun yang Kau berikan kepadaku dan melepas apa pun yang Kau minta dariku. Tolong aku untuk mempercayai hati-Mu. Saat kita tak dapat melihat tangan-Nya, kita dapat mempercayai hati-Nya. Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 68–69; Roma 8:1-21 |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar