Santapan Rohani Hari Ini: Hikmat Dunia Maya

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Hikmat Dunia Maya


Hikmat Dunia Maya

Posted: 03 Aug 2015 10:00 AM PDT

Selasa, 4 Agustus 2015

Hikmat Dunia Maya

Baca: Amsal 26:1-12

26:1 Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal.

26:2 Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena.

26:3 Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.

26:4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.

26:5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.

26:6 Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan.

26:7 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh.

26:8 Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal.

26:9 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk.

26:10 Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang.

26:11 Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.

26:12 Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.

Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan. —Amsal 26:21

Hikmat Dunia Maya

Di bagian bawah dari banyak situs berita online, kamu dapat menemukan kolom “Komentar” tempat para pembaca dapat mengemukakan pendapat mereka. Bahkan situs-situs berita bereputasi baik pun tak lepas dari lontaran kata-kata kasar, hinaan tanpa dasar, dan julukan-julukan yang tidak sopan.

Memang kitab Amsal tersusun sekitar 3.000 tahun yang lalu, tetapi hikmatnya yang tak lekang oleh waktu masih relevan seperti berita utama hari ini. Di pasal 26, terdapat dua nasihat yang awalnya terkesan saling bertentangan, tetapi sangat tepat diterapkan pada interaksi di media sosial. “Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia” (Ams. 26:4). Lalu, “Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak” (ay.5).

Keseimbangan dalam kedua pernyataan itu terletak pada kata “menurut”: Janganlah menjawab sesuai cara yang digunakan oleh orang bebal. Namun jawablah agar kebodohan tidak dianggap sebagai hikmat.

Masalahnya, kebodohan yang sering saya hadapi adalah kebodohan saya sendiri. Saya pun pernah memberikan komentar yang sarkastis atau membalas pernyataan seseorang dengan menyerang diri orang tersebut. Allah tidak suka dengan sikap saya yang memperlakukan sesama saya dengan tidak hormat, sekalipun mereka memang telah bertindak bodoh.

Allah memberikan kebebasan yang besar kepada kita. Kita bebas mengatakan apa pun yang hendak kita katakan, kapan pun dan bagaimanapun cara kita mengatakannya. Selain itu, kita selalu dapat meminta pertolongan Allah agar kita bijak dalam berkata-kata. —Tim Gustafson

Ingat: Apakah yang kamu katakan itu benar dan didasari kasih? Apakah motivasimu? Bergunakah itu bagi orang lain? Apakah itu mencerminkan karakter Yesus?

Kiranya kasih menjadi tujuanmu yang utama.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 66–67; Roma 7

Sharing: Menurutmu, Sahabat Sejati Itu Seperti Apa?

Posted: 03 Aug 2015 02:57 AM PDT

Sharing-WarungSaTeKaMu-201508-B

Amsal 17:17 berkata,
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Adakah orang-orang di hidupmu
yang kamu sebut sahabat seperti itu?

Apakah kamu sendiri bisa diandalkan
sebagai sahabat yang demikian?

Menurutmu, sahabat sejati itu seperti apa?

Persahabatan

Posted: 03 Aug 2015 02:00 AM PDT

Renungan-Khusus-Persahabatan-dan-Cinta-Hari01

Baca: 1 Samuel 23:14-18

23:14 Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.

23:15 Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun Zif di Koresa,

23:16 maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah

23:17 dan berkata kepadanya: “Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.”

23:18 Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Yonatan pulang ke rumahnya.

 

Persahabatan adalah salah satu karunia terbesar dalam kehidupan. Sahabat sejati merindukan kebaikan terbesar bagi teman-temannya, yaitu agar mereka bisa mengenal Allah dan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran mereka. Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta asal Jerman yang kemudian menjadi martir, pernah berkata,"Persahabatan kita seharusnya ditujukan untuk menolong sahabat kita menjalankan kehendak Tuhan dalam hidupnya."

Yonatan, sahabat Daud, adalah contoh seorang sahabat sejati. Saat itu Daud sedang melarikan diri dan bersembunyi di padang gurun Zif, karena menyadari bahwa "Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya" (1Sam. 23:15). Yonatan pun pergi ke Koresa untuk menemui Daud. Catatan yang penting di sini adalah niat Yonatan dalam menolong Daud, yaitu untuk "menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah" (ay.16).

Inilah esensi dari persahabatan Kristen. Lebih dari sekadar berbagi minat yang sama, kasih sayang, cerita, dan tawa, persahabatan Kristen bertujuan untuk menaburkan firman tentang hidup yang kekal dalam hidup orang lain, mengingatkan mereka pada hikmat Allah, menyegarkan kembali jiwa mereka dengan firman tentang kasih-Nya, dan mengokohkan iman mereka kepada Allah.

Berdoalah bagi sahabat-sahabatmu dan mintalah agar Allah memberimu perkataan yang tepat pada saat yang tepat untuk menolong mereka memperoleh kekuatan baru di dalam Allah dan firman-Nya.—DHR

 

Sahabat sejati adalah hadiah dari Allah,
seseorang yang mengarahkan kita kembali kepada-Nya.

 
Untuk direnungkan lebih lanjut
Apakah kamu secara intensional memberitakan Injil kepada teman-temanmu atau menguatkan kepercayaan mereka kepada Allah saat mereka bergumul? Perubahan tutur kata dan perilaku seperti apa yang perlu kamu lakukan agar kamu dapat mengarahkan orang kepada Kristus?

Waktu Terbaikku

Posted: 03 Aug 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Dewi Simanungkalit

Waktu-Terbaikku

Kala pagi menjelang, ku buka jendela
rasakan hangatnya sinar surya
terpesona kunaikkan doa
memuji-Mu, Sang Pencipta
atas karya-Mu yang luar biasa

Kala senja menjelang, ku teduhkan kalbu
renungkan hari yang baru berlalu
terkagum kunaikkan syukurku
memuji-Mu ya Tuhanku
atas penyertaan-Mu setiap waktu

Ahhhhh… betapa berharganya
kesempatan-kesempatan dalam genggaman
menikmati indah-Mu
berbincang akrab dengan-Mu
waktu-waktu terbaikku
adalah waktu dekat-Mu

0 komentar:

Posting Komentar