Santapan Rohani Hari Ini: Pembicaraan yang Berapi-api

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Pembicaraan yang Berapi-api


Pembicaraan yang Berapi-api

Posted: 01 Jul 2015 10:00 AM PDT

Kamis, 2 Juli 2015

Pembicaraan yang Berapi-api

Baca: Yakobus 3:2-10

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.

3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,

3:8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,

3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar. —Kolose 4:6

Pembicaraan yang Berapi-api

Di wilayah utara Ghana, tempat asal saya, kebakaran semak biasa terjadi pada musim kemarau antara bulan Desember hingga Maret. Saya telah melihat lahan pertanian yang luas terbakar ketika angin membawa bara api kecil dari perapian atau puntung rokok yang dibuang sembarangan di pinggir jalan. Di daerah yang penuh dengan tanaman kering, percikan api kecil saja dapat menyebabkan suatu kebakaran dahsyat.

Begitulah cara Yakobus menggambarkan lidah, dengan menyebutnya sebagai “suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (Yak. 3:6). Hubungan dengan sesama pun rusak oleh dusta, fitnah, dan ucapan yang keji. “Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang,” kata Amsal 12:18, “tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.” Sama seperti api mempunyai unsur-unsur yang merusak sekaligus berguna, demikian juga “hidup dan mati dikuasai lidah” (Ams. 18:21).

Agar pembicaraan kita mencerminkan kehadiran Allah di dalam diri kita dan berkenan kepada-Nya, “hendaklah kata-kata [kita] senantiasa penuh kasih” (Kol. 4:6). Saat kita berpendapat mengemukakan ketidaksetujuan kita, mintalah pertolongan Allah agar kita bisa menggunakan kata-kata yang bijak dan memuliakan-Nya. —Lawrence Darmani

Ya Tuhan, tuntunlah percakapanku hari ini. Kiranya kata-kata yang kugunakan memberkati, mendorong, dan membangun sesama, dan tidak menjatuhkan mereka. Kiranya Engkau berkenan dengan apa yang Kau dengar.

Amarah dapat membuat kita melontarkan pendapat dengan membabibuta sehingga kita lalai menjaga ucapan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 22–24; Kisah Para Rasul 11

Kepada Sang Penulis Hidup

Posted: 01 Jul 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Ruth Lidya Panggabean

Kepada-Sang-Pemilik-Kehidupan

Ampunilah ia, pena kepunyaan-Mu itu,
karena seringkali mencuri kemuliaan dari Pemilik aslinya.
Engkaulah yang selama ini menuliskan semua cerita,
sesungguhnya pena itu tidak layak mendapatkan pujian apa-apa.

Biarlah hanya Pribadi-Mu yang dikenal oleh pembaca,
lewat tulisan-tulisan indah di kitab yang terbuka.
Cerita itu bukan tentang si pena, jelas ia bukan tokoh utama.
Cerita itu adalah tentang Engkau saja.

Ampunilah ia, pena kesayangan-Mu itu,
kadangkala sok tahu menulis cerita dengan versinya sendiri.
Dengan kehendak bebasnya, ia berkisah sesuka hati
Cerita-Mu yang Mahaindah jadi sukar terbaca dan kerap disalahpahami.

Oh, janganlah karena dia, nama-Mu tercoreng di mata para pembaca.
Tidak, pena itulah yang bebal dan harus belajar berserah kepada Sang Empunya.
Koreksilah ceritanya supaya kembali pada kerangka-Mu yang sempurna,
Selaraskan geraknya dengan maksud-Mu dalam menulis cerita demi cerita.

Berikanlah pena itu ketaatan, supaya menulis untuk kemuliaan-Mu saja.
Berikanlah pena itu kesanggupan, untuk berucap “He must be greater, I must be less.”
Predestinasi-Mu akan selalu tetap, ya Maha Penulis Hidup.
Kau masih berdaulat di atas setiap kegagalannya menunaikan tugas.

Engkaulah yang berhak mengakhiri proses penulisannya.
Engkaulah yang nanti menyingkapkan alasan dari setiap peristiwa.
Dan sesuai janji-Mu, di ujung lembaran yang belum bisa ia raba itu,
ada rancangan kebaikan di balik segala sesuatu.

Klimaksnya nanti tak akan pernah tentang si pena.
Klimaksnya pasti adalah tentang Engkau saja.

Si pena hanya perlu mempercayakan segenap kisahnya kepada Sang Pencerita.

 
"I was but a pen in God's hand, and what praise is due to a pen?" -Richard Baxter (1615-1691)

Sharing: Perintah Tuhan Apa yang Paling Sulit Kamu Taati?

Posted: 30 Jun 2015 10:00 PM PDT

Sharing-WarungSaTeKaMu-201507-B

Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku
Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku
Yesus hidup, Yesus hidup dalamku
Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku

Sebagai para pengikut Kristus, tentunya kita mengaminkan lagu ini. Liriknya menggemakan pernyataan Rasul Paulus dalam Galatia 2:20, sekaligus merupakan tanggapan atas panggilan Yesus dalam Lukas 9:23.

Sebuah tekad yang indah, komitmen yang menggugah hati. Pertanyaannya, bagaimana hal tersebut dapat nyata terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah kita menemukan diri kita setiap pagi bangun dengan penuh semangat untuk berpikir, bertutur, dan bertindak serupa Yesus? Apakah kamu mendapati dirimu bersukacita melakukan perintah Tuhan setiap hari?

Sejujurnya, perintah Tuhan apa yang paling sulit kamu taati?

0 komentar:

Posting Komentar