Santapan Rohani Hari Ini: Melihat Melampaui Kehilangan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Melihat Melampaui Kehilangan


Melihat Melampaui Kehilangan

Posted: 11 Jul 2015 10:00 AM PDT

Minggu, 12 Juli 2015

Melihat Melampaui Kehilangan

Baca: Mazmur 77:2-16

77:2 Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku.

77:3 Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan.

77:4 Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela

77:5 Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata.

77:6 Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat.

77:7 Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari:

77:8 “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi?

77:9 Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun?

77:10 Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?” Sela

77:11 Maka kataku: “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah.”

77:12 Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.

77:13 Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.

77:14 Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?

77:15 Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.

77:16 Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, . . . keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. —Mazmur 77:12

Melihat Melampaui Kehilangan

Penulis William Zinsser bercerita tentang kunjungan terakhirnya untuk melihat rumah tempat ia dibesarkan, suatu tempat yang sangat dicintainya di masa kecil. Ketika ia dan istri tiba di bukit di atas Teluk Manhasset dan Selat Long Island, mereka mendapati ternyata rumah itu sudah dirobohkan. Yang tersisa hanyalah sebuah lubang besar. Dengan sangat kecewa, mereka berjalan menuju ke tanggul laut terdekat. Zinsser memandangi teluk sambil menikmati pemandangan yang ada. Di kemudian hari, ia menuliskan tentang pengalamannya tersebut, “Aku merasa tenang dan tidak terlalu sedih. Pemandangannya lengkap: paduan unik dari daratan dan lautan yang begitu berkesan sampai-sampai aku masih memimpikannya.”

Pemazmur menulis tentang suatu masa yang sulit ketika jiwanya enggan dihiburkan dan lemah lesu semangatnya (Mzm. 77:3-4). Namun dalam kegelisahannya, ia mengalihkan perhatian dari kesedihan yang dirasakannya kepada Juruselamatnya, dengan berkata, “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala” (ay.12).

Ketika dirundung kekecewaan, kita dapat memilih untuk berfokus pada kehilangan kita atau kepada Allah saja. Tuhan mengundang kita untuk memandang kepada-Nya dan menikmati seluruh kebaikan-Nya, kehadiran-Nya, dan kasih-Nya yang kekal. —David McCasland

Bapa di surga, kehidupan ini bisa menjadi indah tetapi juga mengecewakan. Kami tahu bahwa keadaan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kekecewaan itu membawa kami kepada-Mu, karena hanya Engkaulah harapan sejati bagi dunia.

Pengharapan selalu terpelihara ketika kita meyakini kebaikan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 4–6; Kisah Para Rasul 17:16-34

0 komentar:

Posting Komentar