Santapan Rohani Hari Ini: Domba yang Hilang

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Domba yang Hilang


Domba yang Hilang

Posted: 19 Jun 2015 10:00 AM PDT

Sabtu, 20 Juni 2015

Domba yang Hilang

Baca: Lukas 15:1-10

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:4 “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

15:8 “Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.

15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. —Mazmur 100:3

Domba yang Hilang

Laura menaikkan seekor kambing dan domba pinjaman ke atas truk panjang yang akan dibawa ke gereja untuk latihan pementasan Natal. Awalnya, kedua binatang itu saling menyeruduk dan kejar-kejaran sebelum akhirnya bisa tenang. Namun Laura harus berhenti dahulu di pompa bensin untuk mengisi bahan bakar.

Di sana, ia melihat kambingnya sedang berdiri di tempat parkir! Dan dombanya hilang! Dalam kesibukannya, ia lupa menggembok pintu bak truknya. Laura pun menelepon polisi dan beberapa teman untuk membantunya mencari domba tersebut di seputar pertokoan, ladang jagung, dan pepohonan sebelum sore tiba. Banyak yang ikut berdoa agar Laura menemukan binatang yang dipinjamnya itu.

Keesokan paginya, Laura dan seorang temannya pergi untuk menempelkan pengumuman tentang domba yang hilang itu di toko-toko setempat. Mereka mulai dari sebuah pompa bensin. Seorang pelanggan mendengar mereka meminta izin pada kasir untuk menempelkan pengumuman itu dan berkata, “Rasanya aku tahu di mana dombamu!” Ternyata domba itu mengembara sampai ke peternakan tetangganya, lalu tetangganya menempatkan domba itu di dalam gudangnya sepanjang malam.

Tuhan peduli pada domba yang hilang—termasuk padamu dan saya. Yesus datang dari surga ke dunia untuk menunjukkan kasih-Nya dan memberikan keselamatan (Yoh. 3:16). Dia bersusah payah mencari dan menyelamatkan kita (Luk. 19:10).

Ketika domba itu ditemukan, Laura pun menamainya Miracle (Keajaiban). Dan keselamatan yang dianugerahkan Allah bagi kita merupakan bukti keajaiban kasih karunia-Nya. —Anne Cetas

Bapa Surgawi, seperti kami menyayangi barang kami yang berharga, terlebih lagi Engkau menyayangi kami, anak-anak-Mu! Terima kasih untuk jawaban doa dan kasih karunia-Mu yang ajaib.

Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. —Yohanes 10:11

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1–2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Menghormati Orangtuaku Dari Jauh

Posted: 19 Jun 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Jacob Wu, China
(Artikel asli ditulis dalam Simplified Chinese: Honoring My Parents From Afar)

Processed with VSCOcam with kk2 preset

Processed with VSCOcam with kk2 preset

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12)

Selama delapan tahun terakhir, aku tinggal jauh dari keluargaku. Pada tahun 2007, aku meninggalkan Fuzhou, China, untuk melanjutkan studi. Saat ini, aku sudah meraih gelar pascasarjana dan memiliki pekerjaan di Shanghai. Aku memang sempat pulang sebentar menengok orangtua dan adik perempuanku setiap libur musim dingin dan musim panas, tetapi lebih sering aku tidak melewatkan waktu bersama dengan mereka.

Telepon menjadi sangat penting bagiku sebagai sarana komunikasi dengan orangtua. Setiap panggilan telepon dari ayah dan ibuku terasa sangat berharga. Perhatian dan kasih sayang yang mereka curahkan kepadaku selama tahun-tahun tersebut sungguh luar biasa.

Awalnya, aku sempat merasa bersalah karena tidak bisa menemani orangtuaku di rumah, dan tidak mampu membantu mereka secara finansial. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti bahwa aku dapat menunjukkan rasa hormat dan sayangku kepada mereka dalam berbagai hal lainnya.

Salah satu hal yang paling jelas dapat kulakukan adalah menjaga diriku sendiri dengan baik, terutama dalam hal kesehatan, kegiatan sehari-hari, dan keuangan. Aku perlu meyakinkan orangtuaku agar mereka tidak terlalu mengkhawatirkan aku. Orang tua mana sih yang tidak peduli dengan kesejahteraan anak-anaknya? Jika aku bisa menata kehidupanku sendiri dengan baik, orangtuaku bisa merasa tenang sekalipun aku jauh dari mereka. Mereka sering berkata bahwa asal mereka tahu aku baik-baik saja, itu cukup bagi mereka. Aku rasa kebanyakan orangtua mengutamakan kebutuhan anak-anaknya di atas kepentingan mereka sendiri. Ketika kita makin dewasa dan makin mandiri, orangtua kita otomatis akan menjadi lebih tenang dan bisa melepas kita untuk hidup sendiri.

Di sisi lain, aku perlu mulai mengambil tanggung jawab lebih dalam keluarga seiring dengan bertambahnya usia orangtuaku, agar mereka tidak khawatir dengan masa tua mereka.

Pada awal tahun ini, ketika aku pulang untuk perayaan musim dingin, aku memperhatikan sejumlah ketegangan yang terjadi antara orangtuaku dengan beberapa kerabat kami. Situasi tersebut menyadarkanku bahwa aku dapat menerapkan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengatasi konflik dan kesalahpahaman yang terjadi dalam keluarga. Sama seperti Tuhan menggunakan Ratu Ester untuk menyelamatkan bangsa Yahudi, mungkin Tuhan telah menempatkanku dalam posisi di mana iman, pendidikan, dan pengalamanku dapat berperan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang menghadang keluargaku. Sama seperti Ester, aku harus dengan berani mengambil sikap.

Matius 5:9 adalah bagian Alkitab yang selalu menguatkan aku: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Ayat tersebut mengingatkanku bahwa seorang anak Tuhan yang sejati adalah seorang yang selalu berusaha membawa damai.

Sekalipun aku akan terus tinggal jauh dari keluargaku, aku tidak merasa kesepian. Aku tahu bahwa di mana pun aku berada, aku dapat selalu menemukan sebuah keluarga di dalam tubuh Kristus. Aku tentu saja akan terus memenuhi tanggung jawabku terhadap orangtua dan adik perempuanku, namun aku yakin aku tidak perlu mengkhawatirkan mereka secara berlebihan, karena aku tahu Bapa yang di surga selalu menjaga dan memelihara kami semua.

0 komentar:

Posting Komentar