Santapan Rohani Hari Ini: Kamu pun Tertawa

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kamu pun Tertawa


Kamu pun Tertawa

Posted: 02 Apr 2015 10:00 AM PDT

Jumat, 3 April 2015

Kamu pun Tertawa

Baca: 2 Korintus 5:1-8

5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

5:2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,

5:3 sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.

5:4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.

5:6 Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,

5:7 –sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat–

5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat [Allah] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. —2 Korintus 5:21

Kamu pun Tertawa

Bising. Getaran. Tekanan. Bola Api. Chris Hadfield, astronot asal Kanada, menggunakan kata-kata tersebut untuk menggambarkan pengalamannya saat diluncurkan ke luar angkasa. Saat roketnya meluncur menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional, tekanan gravitasi pun meningkat dan ia menjadi sulit bernapas. Pada saat ia menyangka akan pingsan, roket itu menerobos masuk ke dalam suatu keadaan tanpa bobot. Alih-alih pingsan, ia justru tertawa lepas.

Penggambarannya itu mengingatkan saya pada hari-hari menjelang meninggalnya ibu saya. Ibu memikul beban hidup yang semakin berat hingga ia tidak lagi mempunyai kekuatan untuk bernapas. Kemudian ia terlepas dari penderitaannya dan masuk ke surga yang “tanpa bobot”. Saya membayangkan Ibu pun tertawa saat bertemu pertama kalinya dengan Yesus.

Pada hari Jumat yang kita sebut “agung” itu, hal yang serupa terjadi pada Yesus. Allah menimpakan kepada-Nya beban dosa seluruh dunia—dosa masa lampau, masa kini, dan masa depan—sampai Dia tak mampu lagi bernapas. Kemudian Dia berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46). Setelah menderita karena dosa-dosa kita, Yesus menerima kembali dari Allah hidup yang dipercayakan kepada-Nya dan kini Dia hidup di tempat di mana dosa dan maut tidak lagi berkuasa. Setiap orang yang percaya kepada Kristus kelak akan tinggal bersama-Nya, dan pada saat itu kita akan bersukacita karena telah lepas dari kehidupan kita sekarang. —Julie Ackerman Link

Bapa di surga, tak ada kata yang mampu menggambarkan syukur kami untuk Anak-Mu, Yesus, yang telah menanggung beban dosa kami. Terima kasih karena begitu kami terlepas dari tubuh fana yang berbeban berat ini, kami akan tinggal bersama-Mu selamanya.

Pengorbanan Yesus membawa kita menikmati sukacita surgawi.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 19-21; Lukas 7:31-50

0 komentar:

Posting Komentar