Santapan Rohani Hari Ini: Jangan Khawatir! |
Posted: 13 Apr 2015 10:00 AM PDT Selasa, 14 April 2015 Baca: 1 Petrus 5:1-11 5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. —1 Petrus 5:7 George Burns, seorang aktor dan humoris asal Amerika Serikat, berkata, “Kalau kamu bertanya, ‘Apakah kunci utama untuk hidup panjang umur?’ Saya akan menjawab: jangan khawatir, stres, dan tegang. Kalau pun kamu tidak bertanya kepada saya, saya tetap akan mengatakannya.” Burns, yang hidup hingga usia 100 tahun, suka sekali membuat orang lain tertawa, dan rupanya ia mengikuti nasihatnya sendiri. Namun bagaimana kita dapat menjauhi kekhawatiran, padahal hidup kita begitu tidak pasti, penuh dengan beragam masalah dan kebutuhan? Rasul Petrus memberi penguatan berikut kepada para pengikut Yesus yang terpaksa harus tersebar ke berbagai tempat di Asia pada abad pertama: “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr.5:6-7). Perintah Petrus tidak diberikan untuk menolong kita menghindari penderitaan (ay.9), tetapi supaya kita dapat menemukan kedamaian dan kekuatan untuk berdiri teguh dan menang menghadapi serangan Iblis (ay. 8-10). Alih-alih diliputi oleh kegelisahan dan kekhawatiran, kita telah dimerdekakan untuk menikmati kasih Allah kepada kita dan untuk menunjukkan kasih itu kepada satu sama lain. Tujuan kita bukanlah untuk melihat berapa lama kita akan hidup, melainkan untuk hidup sepenuhnya dalam pelayanan kasih kepada Tuhan di sepanjang usia yang diberikan kepada kita. —David McCasland Tuhan, aku mengakui bahwa aku suka mengandalkan diri sendiri dan menjadi khawatir. Hal itu membebani jiwaku dan terkadang membuatku tidak bisa tidur di waktu malam. Angkatlah beban itu dari hatiku saat aku bersandar pada-Mu. Allah itu Bapaku, aku tak memikirkan lagi apa yang telah dilupakan oleh- Nya. Jadi, mengapa aku harus khawatir? —Oswald Chambers Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 25-26; Lukas 12:32-59 |
5 Hal Baru yang Kupelajari dari Kisah Orang Samaria yang Murah Hati Posted: 13 Apr 2015 02:00 AM PDT Oleh: Tri Setia Kristiyani Apa yang kamu pelajari dari "Kisah Orang Samaria yang Murah Hati" yang terkenal itu? Biasanya aku mendengar nasihat untuk berbuat baik tanpa membeda-bedakan latar belakang orang yang ditolong. Namun, ketika aku membaca sendiri catatan Alkitab tentang kisah tersebut (Lukas 10:25-37), ternyata ada banyak hal menarik yang bisa kupelajari. 1. Berbicara tentang kebenaran tidak menjamin seseorang memiliki hati yang benar. 2. Khatam Kitab Suci tidak menjamin perubahan karakter 3. Aktif melayani tidak sama dengan menaati Firman Tuhan 4. Tuhan menghendaki kita mengasihi sesama manusia, bukan manusia yang sama dengan kita. 5. Kita membutuhkan kasih karunia Tuhan untuk memampukan kita mengasihi orang lain. Kisah "Orang Samaria yang Murah Hati" bukan sekadar kisah teladan menolong orang lain tanpa pamrih. Kisah ini seperti cermin yang menunjukkan tembok-tembok keangkuhan diri yang membuat kita cenderung mencari pembenaran diri, tidak menjalankan kebenaran yang sudah berkali-kali kita dengar, menutupi ketidaktaatan kita dengan berbagai aktivitas pelayanan, atau mendefinisikan perintah Tuhan sesuai dengan standar penilaian kita sendiri. Betapa perlu Tuhan menghancurkan tembok-tembok keangkuhan itu agar kita dapat benar-benar mengasihi sesama seperti diri sendiri, sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar