Santapan Rohani Hari Ini: Datanglah Kepada-Ku

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Datanglah Kepada-Ku


Datanglah Kepada-Ku

Posted: 04 Apr 2015 10:00 AM PDT

Minggu, 5 April 2015

Datanglah Kepada-Ku

Baca: Yohanes 20:24-31

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.

20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."

20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."

20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"

20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,

20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. —Yohanes 20:29

Datanglah Kepada-Ku

Charlotte Elliott menulis himne “Just As I Am” (Meski Tak Layak Diriku–Kidung Jemaat, NO. 27) pada tahun 1834. Saat itu Elliott telah menjadi cacat selama bertahun-tahun, dan ia terlalu sakit untuk membantu penggalangan dana bagi sebuah sekolah bagi kaum wanita. Elliott merasa begitu tidak berguna dan penderitaan batinnya ini mulai membuatnya meragukan imannya kepada Kristus. Ia menulis himne itu sebagai tanggapan atas keraguannya. Siksaan batinnya mungkin terungkap paling jelas dalam kata-kata berikut:

Terombang-ambing, berkeluh,
Gentar di kancah kemelut,
Ya Anak domba Allahku,
‘Ku datang kini pada-Mu.

Tiga hari setelah kematian dan penguburan-Nya, Yesus bangkit dari kematian dan mengundang seorang murid yang dalam sejarah dijuluki dengan nama “Tomas yang tidak percaya” untuk memeriksa bekas luka penyaliban-Nya (Yoh. 20:27). Ketika Tomas menyentuh luka pada tubuh Yesus, ia pun akhirnya percaya akan kebangkitan-Nya. Kristus berkata kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (ay.29).

Sebagai pengikut Kristus dewasa ini, kita termasuk mereka yang tidak melihat tetapi tetap percaya. Meskipun demikian, terkadang keadaan di atas bumi ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam jiwa kita. Akan tetapi kita dapat berseru, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk. 9:24). Yesus menyambut kita untuk datang kepada-Nya sebagaimana adanya kita. —Jennifer Benson Schuldt

Yesusku, mampukan aku untuk mempercayai-Mu saat hidup terasa tak masuk akal. Angkatlah setiap keraguanku dan gantikan dengan iman yang makin teguh di dalam-Mu.

Kristus yang bangkit membuka jalan agar kamu dapat memperoleh kepenuhan hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 1-3; Lukas 8:26-56

Photo credit: MohammeD BuQuRais / Foter / CC BY-NC-SA

SinemaKaMu: Cinderella, Benarkah Keajaiban Itu Ada?

Posted: 03 Apr 2015 08:00 PM PDT

Oleh: Lisa Jong, China
(artikel asli ditulis dalam bahasa Mandarin: 有美德的地方就有奇迹——《灰姑娘》观后感)

SinemaKaMu-Cinderella

Sebuah cerita lama yang selalu disukai, berkali-kali dikemas untuk penonton yang berbeda. Ya, Cinderella kembali merebut perhatian banyak orang, kali ini dengan sentuhan baru dari studio Disney. Aku sangat senang ketika tahu film ini akan tayang, karena aku sendiri adalah penggemar berat dongeng tentang para peri. Tanpa membuang waktu, aku segera memesan tiket bioskop untuk menontonnya. Tidak sabar rasanya melihat Cinderella dengan gaun dan sepatu kacanya! Aku juga penasaran ingin melihat bagaimana ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella akan mendapat ganjaran atas perbuatan mereka di akhir cerita.

Sekalipun sebagian besar alur film ini sama dengan dongeng aslinya, tema yang ditonjolkan kali ini agak berbeda. Keajaiban yang dibuat ibu peri tetap dihadirkan, memunculkan kereta labu dan sepatu kaca yang pada akhirnya membawa sang pangeran bertemu dengan gadis yang tepat, Ella. Tetapi, ada penekanan-penekanan khusus yang diberikan di sepanjang cerita, misalnya potongan kalimat: "milikilah keberanian dan kemurahan hati", "di mana ada kemurahan hati, di situ ada kebaikan", "di mana ada kebaikan, di situ ada keajaiban". Selain itu ditegaskan bahwa yang menarik hati sang pangeran bukanlah gaun baru atau sepatu kaca Ella, tetapi keberanian dan kemurahan hatinya.

Jika kamu pernah diperlakukan tidak adil dan direndahkan seperti Ella, atau diremehkan saat kamu menunjukkan keberanian dan kemurahan hati, mungkin kamu sangat mendambakan cerita seperti Cinderella ini menjadi kenyataan. Melihat Ella yang tampak begitu mempesona di dalam balutan gaunnya yang indah, akan menghangatkan hatimu. Melihatnya menarik perhatian banyak orang di tengah pesta, terutama perhatian sang pangeran, akan menyemangati jiwamu. Bukankah setiap kita pada titik tertentu dalam hidup kita pernah berharap bahwa keajaiban yang sama juga bisa terjadi dalam hidup kita? Bukankah akan luar biasa jika ada seorang pangeran yang dapat membebaskan kita dari segala derita, rasa malu, dan putus asa dalam hidup ini?

Tahukah kamu bahwa sekalipun keajaiban ala Cinderella itu tidak nyata, sosok pangeran—atau Raja, lebih tepatnya—itu benar-benar ada. Pangeran itu, Yesus Kristus, adalah Pemilik langit dan bumi, dan Dia datang ke dunia ini untuk mencari kita (tanpa perlu mengecek ukuran sepatu kita). Dia bahkan rela menderita untuk menggantikan kita. Dia menanggung hukuman maut yang seharusnya ditimpakan kepada kita (Yesaya 53:4) sebagai ganjaran terhadap dosa yang dilakukan oleh manusia pertama, Adam, yang membuat kita semua menjadi budak dosa. Yesus membayar harga untuk memerdekakan kita dari perbudakan dosa dengan darah-Nya, dengan hidup-Nya (Roma 6:23). Lebih hebat lagi, Dia mengenakan pakaian yang baru untuk kita, yang membuat kita dapat kembali serupa dengan Dia—bukan hanya keberanian dan kemurahan hati seperti yang dikenakan Ella, tetapi juga kekudusan, kebenaran, kelemahlembutan, dan kerendahan hati (Roma 13:14). Dia menjadikan kita sebagai mempelai-Nya, ikut memerintah di dalam kerajaan-Nya yang kekal, mengangkat kita sebagai anak-anak Allah dan ahli waris dari janji-janji-Nya (Galatia 4:7).

Kedatangan Yesus memberitahu kita bahwa kita tidak perlu lagi menjadi budak dari "ibu tiri" dosa. Kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, yang telah datang dalam rupa manusia untuk membebaskan kita dari belenggu dosa. Dia mengundang kita untuk menjadi mempelai-Nya dan masuk dalam kerajaan-Nya. Aku telah menerima undangan-Nya beberapa tahun silam, dan sejak saat itu, aku menanti-nantikan tibanya hari istimewa, saat aku, seperti Cinderella, akhirnya dapat mengenakan gaun putih dan tinggal bersama Sang Pangeran, Sang Anak Domba, selamanya (Wahyu 19:7-9)

Bersediakah kamu juga menerima undangan-Nya?

 
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yohanes 1:12-13)

0 komentar:

Posting Komentar