Santapan Rohani Hari Ini: Pertemuan Tak Terduga

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Pertemuan Tak Terduga


Pertemuan Tak Terduga

Posted: 09 Mar 2015 10:00 AM PDT

Selasa, 10 Maret 2015

Pertemuan Tak Terduga

Baca: Rut 2:11-20

2:11 Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.

2:12 TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung."

2:13 Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan."

2:14 Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

2:15 Setelah ia bangun untuk memungut pula, maka Boas memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara berkas-berkas itupun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu;

2:16 bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap dia."

2:17 Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.

2:18 Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu,

2:19 maka berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas."

2:20 Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel. —Rut 2:12

Pertemuan Tak Terduga

Drew, seorang anak muda yang penuh semangat, baru pertama kalinya memimpin pujian di sebuah gereja besar. Lois, anggota jemaat yang sudah lama beribadah di sana, ingin memberi Drew semangat. Namun Lois berpikir, tentu sulit untuk maju ke depan dan menemui Drew sebelum ia pergi. Lois lalu melihat bahwa ia dapat menyusup di antara kerumunan orang, dan ia pun berhasil menemui Drew dan berkata, “Aku senang melihat semangatmu dalam beribadah. Teruslah melayani-Nya!”

Saat Lois berjalan keluar, tiba-tiba ia bertemu dengan Sharon, teman yang sudah berbulan-bulan tidak dilihatnya. Setelah berbincang-bincang sesaat, Sharon berkata kepadanya, “Terima kasih atas apa yang telah kau lakukan untuk Tuhan. Teruslah melayani- Nya!” Karena Lois telah berupaya keras untuk memberikan semangat kepada Drew, tepatlah jika saat itu ia juga menerima dorongan semangat yang tak terduga.

Setelah Rut dan ibu mertuanya, Naomi, meninggalkan Moab dan kembali ke Israel, mereka menerima sebuah berkat yang tak terduga. Karena keduanya telah menjanda dan tidak ada seorang pun yang memelihara mereka, Rut pun pergi memungut bulir-bulir jelai di ladang (Rut 2:2-3). Ternyata ladang tersebut adalah milik Boas, kaum kerabat Naomi. Ia memperhatikan Rut, menyediakan kebutuhannya, dan kemudian menjadi suaminya (2:20; 4:13). Rut menerima berkat karena ia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat (2:11-23).

Adakalanya Allah menggunakan pertemuan yang tak terduga untuk memberikan berkat-berkat yang tak terduga. —Anne Cetas

Ya Tuhan, tolong aku untuk menguatkan sesamaku dengan tanpa pamrih dan tidak setengah-setengah. Aku rindu dapat membantu orang lain agar akhirnya ia mengenal-Mu. Kiranya aku dapat menjadi perpanjangan tangan dan kaki-Mu.

Ketika ada kesempatan untuk menolong orang lain, lakukanlah dengan sepenuh hati, jangan setengah-setengah.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 11-13; Markus 12:1-27

Photo credit: Nanagyei / Foter / CC BY

Saat Aku Menyadari Tidak Semua Impian Dapat Menjadi Kenyataan

Posted: 09 Mar 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Sukma Sari Cornelius

The Day I Realized Not Every Dream Would Come True

Pernahkah kamu memiliki banyak keinginan, harapan, dan cita-cita?
Pernahkah kamu menuliskan hal-hal yang kamu impikan tercapai pada titik tertentu dalam hidupmu?
Pernahkah kamu mendapati bahwa sebagian impianmu tidak akan pernah menjadi kenyataan, dan sebagian harapanmu mustahil untuk diwujudkan?

Aku pernah.

Aku memiliki banyak keinginan, banyak cita-cita. Dulu, aku rajin menuliskan setiap impian dan keinginanku. Namun, suatu hari, aku mendapati bahwa apa yang kuimpikan tidak bisa kucapai pada tenggat waktu yang sudah aku tentukan. Perasaan marah dan kecewa berkecamuk di dalam diriku. Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Dia mengizinkan aku gagal mencapai apa yang aku inginkan. Aku tahu tak seharusnya aku mempertanyakan Tuhan, tetapi saat itu kekecewaan begitu menguasaiku. Kondisiku bisa dibilang sangat buruk.

Hingga pada suatu malam sebelum tidur, aku membaca postingan teman di salah satu media sosial. Sepotong refrain dari lagu berjudul Trust His Heart, yang berbunyi:

God is too wise, to be mistaken
God is too good, to be unkind
So when you don't understand, when you don't see His plan
When you can't trace His hand
Trust His Heart

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti:

Allah begitu bijak, tak mungkin salah
Allah begitu baik, tak mungkin jahat
Saat kau tak mengerti, tak paham rencana-Nya,
tak melihat tangan-Nya,
Percaya hati-Nya.

Syair itu membuatku merenungkan apa yang kualami. Benar bahwa banyak impianku yang tidak menjadi kenyataan, namun aku telah melupakan sejumlah fakta yang penting. Aku lupa bahwa ada satu Pribadi yang selalu bekerja di balik layar. Aku lupa bahwa setelah aku diselamatkan, hidup yang kujalani sekarang ini bukanlah milikku sepenuhnya. Bukan aku yang memegang kendali penuh atas hidupku. Aku lupa bahwa meskipun aku memiliki pensil dan kertas, Allah memiliki alat tulis yang lengkap!

Allah tidak hanya berbicara melalui lagu itu, tetapi juga melalui Firman-Nya. Dia menolongku untuk memahami dengan jelas bahwa Dialah sesungguhnya yang memegang kendali penuh atas hidupku. Dia berfirman dalam Yeremia 29:11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Aku tersadar bahwa aku telah bersikap seperti seorang anak kecil yang menuntut semua keinginannya harus terpenuhi dan doanya dijawab segera begitu ia memintanya. Aku tidak sedang hidup sebagai seorang hamba yang mengenal dan percaya kepada Tuannya, Allah yang memegang kendali penuh atas hidupku.

Sobat, tidaklah salah jika kita punya banyak impian dan keinginan. Tetapi, janganlah kita pernah lupa bahwa kita memiliki Allah yang berdaulat, yang memegang kendali atas segala sesuatu. Kita boleh saja memegang pensil dan menulis semua impian dan keinginan kita, tetapi ingatlah bahwa Allah memegang penghapusnya. Izinkan Dia menghapus keinginan-keinginan kita yang tidak benar, dan menuliskan rencana-Nya yang lebih baik dalam hidup kita. Dan, perhatikanlah bagaimana Dia bekerja di balik layar hidup kita masing-masing.

Ketika kamu merasa keadaan di sekelilingmu tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu, jangan takut! Allah, Sang Pencipta sedang dan akan terus bekerja menggenapi rencana-Nya di dalam dan melalui dirimu.

0 komentar:

Posting Komentar