Santapan Rohani Hari Ini: Nama Baik |
Posted: 15 Mar 2015 10:00 AM PDT Senin, 16 Maret 2015 Baca: Amsal 10:2-15 10:2 Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut. Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. —Amsal 22:1 Nama Charles Ponzi akan selamanya dikaitkan dengan kasus-kasus penipuan keuangan yang dijadikannya sebagai mata pencaharian. Setelah didakwa bersalah atas suatu tindak kejahatan keuangan kecil dan mendekam di penjara untuk sementara waktu, pada awal tahun 1920 ia mulai menawarkan kepada para investor laba sebesar 50 persen setelah 45 hari dan 100 persen setelah 90 hari. Meskipun gagasan ini kedengarannya agak kurang masuk akal, banyak orang yang tetap menyetorkan uang mereka. Ponzi memakai uang investor baru itu untuk membayar investor terdahulu dan membiayai gaya hidupnya yang mewah. Ketika penipuan ini terbongkar pada Agustus 1920, para investor telah menderita kerugian sampai 20 juta dolar dan lima bank mengalami pailit. Ponzi dihukum 3 tahun penjara, lalu dideportasi ke Italia, dan pada tahun 1949, ia meninggal di usia 66 tahun dalam keadaan miskin. Kitab Amsal dalam Perjanjian Lama sering membandingkan reputasi orang yang bijaksana dan orang yang bodoh, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. . . . Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” (Ams. 10:7,9). Salomo menyimpulkan, “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (22:1). Kita ingin memiliki nama baik, bukan untuk meninggikan diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Kristus, Tuhan kita, nama di atas segala nama. —David McCasland Tuhan, Engkau tahu apa yang terbaik, dan Engkau ingin membimbing kami ke jalan yang lurus dan benar. Beri kami keberanian untuk percaya kepada-Mu dan mengikut-Mu di jalan hidup yang benar demi nama-Mu. Nama baik kita memuliakan Allah kita yang besar. Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 28-29; Markus 14:54-72 |
Posted: 15 Mar 2015 03:00 AM PDT Oleh: Teresia Siapa sangka skripsi bisa membuat iman bertumbuh? Bagi para mahasiswa tingkat akhir, skripsi biasanya menjadi momok. Tapi tidak bagiku. Aku sama sekali tidak menganggap skripsi sebagai sesuatu yang sulit. Aku sangat yakin skripsi dapat diselesaikan dengan baik kalau kita mau berusaha. Dan memang kenyataannya begitu. Proposal skripsiku diterima tanpa hambatan yang berarti. Tanpa disangka-sangka, beberapa minggu sebelum seminar proposalku diadakan, aku dilanda kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan. Pikiran negatif bermunculan tanpa bisa dibendung. Keluarga dan teman dekat tidak banyak membantu, karena setahu mereka, aku adalah sosok yang kuat dan percaya diri. Apa yang aku ceritakan tidak mereka tanggapi dengan serius. Mereka yakin aku pasti bisa mengatasinya. Namun, ketakutan itu begitu hebat hingga mulai mempengaruhi kondisi fisikku. Aku merasa sangat bingung. Rasanya seperti tidak mengenal diriku sendiri. Aku takut, tetapi tidak tahu apa yang kutakutkan. Aku mencoba menggunakan “Teknik Pembebasan Emosi”, bersandar pada ilmu psikologi yang memang kusukai. Tentu saja, tidak banyak membantu. Kecemasan itu masih ada. Sampai pada akhirnya aku menyerah dan mencari jawaban kepada Tuhan. Aku sangat malu saat membaca Matius 8:26. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya yang sedang ketakutan: "'Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?' Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." Sebutan "kamu yang kurang percaya" atau dalam terjemahan Inggris: "you of little faith" benar-benar menamparku. Selama ini aku "merasa" sudah punya hubungan yang erat dengan Tuhan, setiap malam aku biasa membaca Alkitab. Namun, sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari aku lebih banyak bersandar pada pengertianku sendiri. Ayat-ayat Alkitab sekadar menjadi bacaan yang baik bagiku, bukan sesuatu yang benar-benar kuhidupi. Pengalaman skripsi itu dipakai Tuhan untuk membuatku mengerti apa artinya "percaya". Dia mau aku menyandarkan hati dan pikiranku sepenuhnya hanya kepada-Nya. Mungkin ini yang namanya "spiritual awakening" alias kebangunan rohani yang sebenarnya. Mataku dibukakan pada kebenaran-kebenaran Firman Tuhan yang mengubahkan hidup. Imanku yang sempat goyah dikuatkan oleh-Nya. Semua ketakutan dan kecemasan yang tak beralasan itu pun perlahan lenyap, berganti kedamaian yang melegakan hati. Kedamaian yang hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan. Tak satu pun manusia yang bisa menghibur kita seperti itu. Tak satu pun teknik psikologi yang bisa memberikan damai serupa. Sungguh hebat mengingat bahwa kita punya Allah yang kebesaran dan kasih-Nya jauh melampaui batas pemikiran kita. Lebih hebat lagi, Dia berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita, anak-anak-Nya yang mau percaya dan bersandar penuh kepada-Nya. Apa pun kesulitan hidup yang menghadang, kita tak perlu takut menghadapinya, sebab Tuhan kita memegang kendali atas segala yang ada. Terpujilah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Bahwasanya cinta-Nya untuk selama-lamanya. Amin. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar