Santapan Rohani Hari Ini: Keadilan dan Belas Kasihan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Keadilan dan Belas Kasihan


Keadilan dan Belas Kasihan

Posted: 20 Mar 2015 10:00 AM PDT

Sabtu, 21 Maret 2015

Keadilan dan Belas Kasihan

Baca: Nahum 1:1-9

1:1 Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh.

1:2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.

1:3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.

1:4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.

1:5 Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya.

1:6 Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.

1:7 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya

1:8 dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.

1:9 Apakah maksudmu menentang TUHAN? Ia akan menghabisi sama sekali; kesengsaraan tidak akan timbul dua kali!

TUHAN itu baik; . . . tempat pengungsian pada waktu kesusahan. —Nahum 1:7

Keadilan dan Belas Kasihan

Ketika seorang terdakwa berdiri di hadapan hakim, nasibnya bergantung pada keputusan pengadilan. Jika ia tidak bersalah, pengadilan menjadi tempat perlindungan baginya. Namun jika ia bersalah, kita berharap pengadilan akan menjatuhkan hukuman.

Dalam kitab Nahum, kita melihat Allah sebagai tempat perlindungan sekaligus hakim. Tertulis demikian, “TUHAN itu baik, Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan” (1:7). Namun dikatakan juga bahwa “Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau- Nya ke dalam gelap” (1:8). Lebih dari 100 tahun sebelumnya, Niniwe pernah bertobat setelah Yunus memberitakan pengampunan Allah, dan bangsa itu diselamatkan (Yunus 3:10). Namun pada masa Nabi Nahum, Niniwe “merancang kejahatan terhadap TUHAN” (Nah. 1:11). Di pasal 3, Nahum menggambarkan secara rinci kehancuran Niniwe.

Banyak orang hanya mengenal satu sisi dari perbuatan Allah terhadap umat manusia tanpa mengenal sisi yang lainnya. Mereka berpikir bahwa Allah itu suci dan semata-mata ingin menghukum kita, atau bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan semata-mata ingin menunjukkan kebaikan. Yang benar adalah Allah itu hakim sekaligus tempat perlindungan. Petrus menulis bahwa Yesus “menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1Ptr. 2:23). Hasilnya, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (ay.24).

Seluruh kebenaran tentang Allah merupakan kabar baik! Dia adalah hakim, tetapi karena Yesus, kita dapat datang kepada Allah sebagai tempat perlindungan kita. —Dave Branon

Tuhan, jangan biarkan kami merendahkan-Mu dengan melihat satu sisi saja dari peran-Mu dalam kehidupan kami. Tolong kami untuk menikmati kasih dan kebaikan-Mu sekaligus menyadari betapa Engkau sangat membenci dosa.

Keadilan dan belas kasihan Allah bertemu di kayu salib.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 7-9; Lukas 1:21-38

Apakah Kamu Takut Gelap?

Posted: 20 Mar 2015 02:00 AM PDT

Oleh: Phoebe C.
(artikel asli dalam Bahasa Inggris: Are You Afraid of The Dark?)

Are-You-Afraid-of-the-Dark

Jujur saja, aku takut gelap. Aku tidak menyadari hal ini sebelumnya. Namun, belakangan aku mendapati bahwa ketika malam menjelang, aku merasa ada sesuatu (dan itu bukan anjingku) yang pelan-pelan mendekatiku dan hendak menyerangku.

Ketika akhirnya aku berhenti menyangkal perasaan itu dan berusaha menghadapinya dengan akal sehat, aku menemukan bahwa rasa takut tersebut berkaitan dengan beberapa potongan kelam dalam perjalanan hidupku. Aku tersadar bahwa mungkin yang kutakuti sebenarnya bukanlah kegelapan, tetapi sesuatu yang tidak kuketahui.

Apakah kamu pernah merasakan hal yang sama? Mungkin kamu pernah terbangun pada jam tiga dini hari mencemaskan tentang masa depan. Mungkin kamu bertanya, "Apa yang akan aku lakukan setelah lulus kuliah?" "Apa sebenarnya yang harus aku lakukan dengan hidupku?" "Akan jadi apa hidupku sepuluh tahun ke depan?"

Dalam Kejadian pasal 37-45, kita melihat bagaimana Allah menyertai Yusuf melewati peristiwa-peristiwa terburuk dalam hidupnya, mengubah tragedi menjadi kesempatan yang luar biasa. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir, dijebloskan ke dalam penjara, namun pada akhirnya diangkat menjadi perdana menteri—sebuah posisi yang sempurna untuk menolong keluarganya melewati masa kelaparan.

Sebagai seorang pemuda yang menderita dalam perbudakan di negeri asing, Yusuf mungkin bertanya-tanya apakah Allah akan campur tangan. Hari-hari yang ia lalui mungkin terasa sangat menakutkan, karena ia tidak tahu masa depan seperti apa yang sedang menantinya. Namun kemudian, Yusuf menjadi orang yang jauh lebih dewasa, bijaksana, dan berkuasa. Ketika ia menengok kembali perjalanan hidupnya yang sarat dengan berbagai pengalaman yang sulit dan menakutkan, Yusuf tentulah menyadari betapa Allah telah menjaga dan memelihara hidupnya senantiasa.

Kisah Yusuf sangat menghibur dan menyemangatiku; aku melihat bagaimana Allah menunjukkan kuasa-Nya secara luar biasa dalam kehidupan anak-anak-Nya. Perlahan, aku belajar untuk melihat kehidupan seperti sebuah petualangan mendaki gunung bersama Allah, dan Dia menuntunku langkah demi langkah. Adakalanya pijakanku goyah dan aku kehilangan keseimbangan; adakalanya pemandangan yang kulihat sangat menakjubkan; adakalanya muncul kabut yang mengaburkan pandanganku dan aku tidak bisa melihat jalan di hadapanku. Namun, dalam semua situasi itu, aku tahu bahwa Allah akan selalu menuntun perjalananku. Dan, hal itu membuat ketidakpastian menjadi sesuatu yang (anehnya) menggairahkan.

Jika kamu sedang mengalami situasi yang serupa, pertanyaanku untukmu adalah: Daripada membiarkan rasa takut menguasaimu, maukah kamu membiarkan Allah membawamu ke dalam sebuah petualangan? Aku jamin, hidupmu tak akan pernah sama lagi!

0 komentar:

Posting Komentar