e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Kamis, 5 Maret 2015
Ayat SH: Lukas 15:11-32
Judul: Jangan seperti orang Farisi
Berbeda dengan dua perumpamaan sebelumnya, tokoh dala perumpamaan ini
ada tiga orang: ayah, anak sulung, dan anak bungsu. Diceritakan
bahwa si anak bungsu telah melakukan suatu kesalahan besar. Harta
keluarga yang dia minta dari ayahnya (12) tidak membuat dia
menjadi hartawan abadi. Hidup secara tidak bijaksana di tempat
perantauan membuat kekayaannya ludes (13-14). Bahkan untuk mengisi
perutnya pun ia merelakan dirinya untuk melakukan pekerjaan hina
(15-16). Itulah konsekuensi kesalahannya. Dalam titik terendah
itulah, ia menyadari bahwa dirinya tidak berharga lagi. Karena
itu, ia bermaksud untuk kembali kepada ayahnya. Ia tak akan
menuntut apapun dari ayahnya, ia hanya akan memohon kemurahan hati
ayahnya untuk mengampuni dia (17-19).
Pertobatan ini menyentuh hati sang ayah. Meski si anak bungsu sudah
berbuat sesuka hati, hati si ayah yang penuh dengan kasih karunia
membuat relasi di antara mereka dipulihkan (20-24). Ketika anak
sulung menolak untuk berpartisipasi dalam pesta penyambutan anak
bungsu, si ayah pun menemui anak sulungnya yang mengira bahwa
kerja kerasnya adalah dasar untuk beroleh kasih dan imbalan dari
ayahnya.
Perumpamaan ini merupakan tanggapan Yesus terhadap orang Farisi dan
ahli Taurat yang menggerutu karena Yesus menerima orang-orang
berdosa yang bertobat, dan malah bergembira atas hal itu. Memang
begitulah "penyakit" orang Farisi. Mereka melihat orang lain
sebagai pendosa. tetapi gagal mellihat diri sendiri sebagai orang
berdosa yang seharus menerima kasih karunia Allah.
Jika kita memahami anugerah Allah, kita tentu akan bersukacita bila
ada orang berdosa yang mau bertobat. Dengan kata lain, sukacita
itu akan kita miliki bila kita mau juga berbagi berita keselamatan
itu kepada mereka yang belum percaya. Bagaimana caranya? Seperti
Yesus, kita dapat menjalin relasi yang baik dengan orang-orang
itu. Bila kita menjauhkan diri dari mereka, mereka bisa saja
kehilangan kesempatan untuk mendengar berita sukacita itu.
e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2015/03/05/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Lukas+15:11-32
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Lukas+15:11-32
Lukas 15:11-32
11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian
harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan
harta kekayaan itu di antara mereka.
13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya
itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta
miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di
dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.
15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.
Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan
babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.
17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang
upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini
mati kelaparan.
18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya:
Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai
salah seorang upahan bapa.
20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh,
ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas
kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan
mencium dia.
21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga
dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke
mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah
cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah
kita makan dan bersukacita.
24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah
hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang
dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian
tari-tarian.
26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa
arti semuanya itu.
27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih
anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya
keluar dan berbicara dengan dia.
29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku
melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi
kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta
kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa
menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan
aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan
menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---
Anda terdaftar dalam i-kan-akar-santapan-harian sebagai [stefanus.777.renungan@blogger.com]
Untuk berhenti, silakan forward pesan ini ke leave-5043847-4407379.a48c7cdc0d4a88c1ce6ec770adb0f694@hub.xc.org
(e-SH) 05 Maret -- Lukas 15:11-32 - Jangan seperti orang Farisi
Labels:
0 komentar:
Posting Komentar