Santapan Rohani Hari Ini: Dirongrong Oleh Kesalahan |
Posted: 27 Feb 2015 09:00 AM PST Sabtu, 28 Februari 2015 Baca: Mazmur 32:1-5 32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari. —Mazmur 32:3 Melalui sebuah tulisan di surat kabar, seorang pendeta menceritakan pengalamannya berikut ini. Ia pernah berbincang dengan seorang pria lebih tua yang baru saja dikenalnya. “Anda pernah bekerja di sebuah perusahaan layanan listrik?” kata sang pendeta sembari menyebutkan nama perusahaan itu. “Betul,” jawab si pria. Sang pendeta bercerita bahwa saat ia masih kanak-kanak, kabel-kabel listrik dari perusahaan itu melintas di atas rumah orangtuanya. “Di mana Anda tinggal?” tanya pria tersebut. Ketika pendeta itu menyebutkan alamat rumah orangtuanya, pria tadi berkata, “Oh, saya ingat rumah itu. Saya sering kesulitan menjaga papan peringatan tentang bahaya kabel di sana untuk tetap berdiri. Ada anak-anak yang selalu menembaki papan itu sampai jatuh.” Ketika wajah pendeta tersebut memerah karena malu, pria itu berkata, “Anda salah satu dari anak-anak itu, bukan?” Pendeta itu pun mengakuinya. Sang pendeta kemudian memberi judul kisah pengakuannya: “Papan peringatanmu akan menimpamu”, dengan mengacu pada kata-kata Musa dalam Bilangan 32:23: “Dosamu itu akan menimpa kamu.” Kesalahan-kesalahan kita di masa lalu bisa kembali untuk merongrong kita. Dosa-dosa masa lalu yang belum dituntaskan dapat mengakibatkan konsekuensi serius. Demikianlah ratapan Daud dalam Mazmur 32: “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu.” Namun ketika kita mengakui kesalahan kita, persekutuan kita dengan Tuhan akan pulih kembali: “‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (Mzm. 32:5). Dengan mengakui dosa, kita dapat menikmati pengampunan dari Allah. —JDB Ya Tuhanku, kini saatnya aku datang kepada-Mu dengan jujur. Orang Kristen tidak perlu lagi mengingat dosa yang tidak lagi diingat oleh Allah. Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13 |
Tiga Hal yang Kerap Terlupakan Tentang Kasih Posted: 27 Feb 2015 01:00 AM PST Oleh: Elisabeth Ch. "Love is a Verb", kata John Mayer dalam lagunya, dan Gary Chapman dalam bukunya. Sebuah film tahun 2014 juga mengangkat judul yang sama. Pada dasarnya ungkapan ini memberitahu kita bahwa kasih sejati seharusnya ditunjukkan dalam tindakan nyata, bukan teori semata. Aku sepenuhnya setuju, karena Alkitab sendiri berkata, "Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:18). Hukum yang terutama dalam Alkitab juga menegaskan bahwa "kasih" itu melibatkan keseluruhan hidup kita: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu … dan… kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39). Namun, kadang-kadang aku lelah juga untuk "menunjukkan kasih" kepada orang lain. Adakalanya aku merasa seperti orang munafik, dari luar terlihat membantu sesama, namun sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan tentang mereka. Mungkin kamu juga pernah merasakan hal yang sama. Tanpa tindakan nyata, segala pembicaraan tentang kasih menjadi omong kosong belaka. Namun, tindakan yang didasari oleh alasan-alasan yang keliru juga sama buruknya. Rasul Paulus menulis dalam 1 Korintus 13:3, "Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku". Mengapa kita menunjukkan kasih sama pentingnya dengan bagaimana kita menunjukkan kasih. Kasih lebih dari sekadar tindakan, lebih dari sekadar keinginan-keinginan berbuat baik yang hanya bertahan sebentar. Alkitab mengajarkan banyak hal tentang kasih ilahi, kasih yang sejati. Berikut ini tiga hal yang kupikir penting untuk selalu diingat: 1. Kasih berasal dari Allah. 2. Kasih adalah alasan yang menggerakkan kita bertindak. 3. Kasih mengalir dari sukacita mengenal Allah dan menaati Dia. Aku tahu aku masih perlu banyak bertumbuh dalam kasih. Sebab itu, aku berdoa agar Allah mengaruniakanku sukacita untuk terus tinggal di dalam Dia, Sumber Kasih yang sejati, untuk menikmati persekutuan dengan-Nya sebagai harta terbesar dalam hidup. Hanya dengan demikian kasih sejati dapat mengalir di dalam dan melalui hidupku kepada orang lain, entah itu kepada keluarga, sahabat, rekan kerja, atau setiap orang yang Allah izinkan hadir dalam perjalananku. Kiranya ini menjadi doamu juga. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar